Mohon tunggu...
viorensa amalia
viorensa amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

rajin dan bertanggung jawab

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Schopenhauer

8 Januari 2024   14:50 Diperbarui: 8 Januari 2024   15:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

NAMA: Viorensa Amalia Bijaksono

NPM: 1512300023

Suatu hari yang dilanda hujan lebat, saya membuat keputusan untuk menjelajahi perpustakaan kota. Langit yang kelam dan tetesan-tetesan hujan yang tak henti-hentinya turun seolah mencerminkan keadaan hati saya yang dipenuhi kegelapan. Dalam usaha mencari pemahaman atas kekacauan hidup dan ketidakpastian masa depan, minat saya tiba-tiba terarah pada konsep kehendak menurut pandangan Schopenhauer.

Di perpustakaan, saya memilih buku-buku yang membahas karya-karya Schopenhauer. Seperti mengikuti jejak takdir, pandangan saya tertarik pada sebuah buku berjudul "The World as Will and Representation." Saya tenggelam dalam pembacaan yang tekun, terperangkap dalam kompleksitas pemikiran filosofis yang disajikan.

Sambil tenggelam dalam bacaan tersebut, hujan terus merintik di luar jendela perpustakaan, merangsang renungan mendalam mengenai pandangan Schopenhauer tentang kehendak. Menurutnya, kehendak adalah kekuatan penggerak di balik segala hal di dunia ini, dan keinginan yang tak terbatas dari manusia merupakan sumber penderitaan. Hujan di luar menjadi seakan-akan metafora dari kehendak yang tak pernah berhenti, sebagaimana siklus kehidupan yang terus berputar.

Tiba-tiba, dalam lamunan filosofis saya, seorang pria tua dengan mantel hujan yang basah duduk di kursi di sebelah saya. Senyum simpel di wajahnya seolah-olah menyiratkan pemahaman mendalam akan kehidupan yang penuh ketidakpastian dan tak terduga. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia membuka dompetnya dan memperlihatkan foto keluarganya. Mungkin, dengan tindakan tersebut, dia bermaksud menyampaikan pesan bahwa di tengah penderitaan dan kehendak yang tak terhentikan, kebahagiaan dan makna hidup dapat ditemukan dalam momen-momen sederhana.

Pertemuan singkat tersebut membuka mata saya terhadap paradoks kehidupan, sebagaimana dijelaskan oleh Schopenhauer. Meskipun kehendak dapat menjadi sumber penderitaan, namun di dalamnya terdapat peluang untuk menemukan makna sejati hidup. Mungkin, di tengah keadaan suram seperti hujan di luar, kita dapat menemukan sinar kebijaksanaan yang membimbing kita menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang eksistensi kita.

Setelah pertemuan itu, saya melanjutkan perjalanan hidup dengan pandangan yang lebih bijak. Sementara kehendak terus bergerak, saya belajar untuk menemukan kedamaian dalam momen-momen sederhana dan merangkul paradoks kehidupan ini. Mungkin, sebagaimana yang diungkapkan oleh Schopenhauer, makna sejati hidup terletak pada pengakuan akan kehendak dan kemampuan untuk melampaui penderitaan yang tak terhindarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun