Mohon tunggu...
Vio Regina
Vio Regina Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa aktif

seseorang yang baru memulai menulis artikel dilaman mungkin yang saya up ini pertama kali bagi saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gamping sebagai Pengatur PH Kompos dari Bahan Baku Kotoran Ternak Sapi

20 April 2024   12:44 Diperbarui: 20 April 2024   12:52 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Negara kita Indonesia merupakan negara yang mayoritas berpenghasilan dari industry pertanian, yang kemudian banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk bagaimana menghasilkan hasil panen yang melimpah berkualiatas dan berkuantitas tinggi yang nantinya akan menambah nilai angka ekonomi masyarakat itu sendiri maupun negara, dari sini akan banyak ide kreatifitas maupun inovasi bagaimana cara untuk menghasilkan hasil panennya yang baik, dengan melihat mulai dari cuaca kemudian keadaan lingkungan, apakah terbebas dari hama, kebutuhan unsur hara tanah dll, karena yang memungkinkan bisa ditingkat kan yaitu dari segi kebutuhan unsur hara  maka para petani pun banyak yang menginovasikan pupuk, banyak dikalangan masyarakat luas jenis-jenis pupuk mulai dari pupuk organic maupun pupuk anorganik.

            Pupuk merupakan suatu material yang ditambahkan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara ditanah yang nanti akan menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas, salah satu inovasi yang sangat fenomenal yaitu pupuk organik dari kotoran sapi sebagai bahan baku kompos, mengapa hal ini terjadi karena memang kotoran sapi sangat melimpah dikalangan masyarakat menengah kebawah dan tidak dipungkiri lagi bahwa kandungan yang terdapat pada kotoran sapi sangat bagus untuk kebutuhan unsur hara pada tanah, yaitu nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, Pupuk kompos dari kotoran sapi tentu sangat ramah lingkungan.

            Disamping itu tahukah bahwa adanya pupuk selain untuk kebutuhan unsur hara juga menyeimbangkan pH dalam tanah, kompos dari kotoran ternak sapi memiliki pH sekitar 4,0-4,5 yang artinya terlalu asam sehingga mikroba didalamnya akan hidup terbatas, walaupun memang dilihat dari nutrisi didalamnya sangat memungkinkan menjadi pupuk yang baik namun tanpa adanya penetrelisasian pH didalam pupuk kompos akan mengurangi kualitas dari pupuk, ketika pH dalam tanah asam kemudian pupuk sebagai mencukupi kebutuhan unsur hara juga asam maka tanaman yang akan dihasilkan tidak akan maksimal.

            Maka dari itu inovasi gamping sebagai pengatur pH kompos dari bahan baku kotoran ternak sapi patut diimplikasikan, mengapa gamping mampu menjadi penetral kompos? Gamping merupakan batuan kapur, gamping biasa digunakan dalam pembanguan sebagai bahan kontruksi, salah satu manfaat lain dari batu gamping adalah kemampuaanya mengatur pH atau tingkat keasamaan pH gamping yaitu sekitar 7,5-8,5 batu gamping memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tanaman seperti magnesium, kalsium, dan sulfur, gamping mendukung aktivitas mikroorganisme sebagai pengurai bahan organic, pH yang baik akan membuatnya lebih optimal untuk proses pengomposan dan akan lebih bermanfaat bagi tanaman, namun gamping tidak bisa digunakan pada kompos yang sudah memiliki pH yang ideal karena adanya gamping yaitu untuk menaikkan pH ketika pH sudah ideal ketambahan oleh gamping maka pH akan tinggi hal ini juga akan memicu tanaman tidak tumbuh dengan maksimal juga.

            Lalu bagaimana cara membuat kompos dari bahan baku kotoran ternak sapi dengan gamping sebagai pengatur pH yang pertama tentunya menyiapkan kotoran sapi dan gamping (gamping dihaluskan) lalu alat yang dibutuhkan seperti sekop dan juga alas, kemudian dicampur dan ditambah dengan Em4 yaitu produk fermentasi kompos yang dimanfaatkan untuk memfermentasi dan mendekomposisi bahan organic kompos, dan juga meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan pada kompos, terakhir ditambah dengan tretes yaitu limbah penyulingan dari produksi gula tretes digunakan untuk menambah glukosa pada kompos, glukosa pada kompos berfungsi sebagai prebiotic mikroba selanjutnya di fermentasi dengan estimasi waktu 6 hari/ 1 minggu diruang tertutup.

DOKUMEN PRIBADI
DOKUMEN PRIBADI

            Pupuk/kompos ini sudah bisa di pakai pada jagung maupun padi minimal umur 10-20 hari salah satu penduduk desa Majasem kecamatan Kendal kabupaten Ngawi bernama bapak parmin mengaplikasikan kompos dari fermentasi ini "abok iki apik kasil orak arik dewe ramah lingkungan, nek jagung karo pari yo apik iso dadi tenan, iki wes tak gawe yo panen iki tur yo ora larang-larang metune duit ge abok iki" tutur beliau yang artinya kompos ini bagus hasil dari pengolahan sendiri ramah lingkungan, pada jagung dan padi dengan hasil yang bagus, beliau sudah menerapkan kompos sampai panen terakhir ini, dan juga tidak mahal-mahal pengeluran uang untuk kompos ini.

       

DOKUMEN PRIBADI
DOKUMEN PRIBADI

            Melihat ini maka patut untuk dikembangkan segala inovasi yang ramah lingkungan, tujuan adanya sebuah inovasi adalah sebagai upaya untuk pengembangan terhadap sesuatu hal yang tidak pernah terfikirkan namun ternyata memiliki banyak kebaikkan didalamnya, maka dari itu generasi muda sekarang harus lebih peka kritis dengan segala upaya yang ada demi suatu kemajuan, dan dengan melihat sisi teori dan keurgentnannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun