Belakangan aku ketahui bahwa ia sedang kesal dengan kekasihnya, dan aku menjadi objek pelampiasan rasa kesal dan amarahnya. Hampir setiap malam aku dibuatnya menangis. Aku tidak pernah bisa marah atau berontak padanya, aku selalu terima semua perlakuan buruknya padaku dan memaafkannya. Mungkin aku memang bodoh, tapi mungkin cinta itu buta.
Arjuna lelaki yang keras kepala, egois, pemarah, tetapi lemah. Aku selalu berusaha untuk berpikir positif saja, setidaknya aku belajar banyak hal darinya. Aku belajar menjadi pribadi yang lebih sabar saat menghadapinya. Aku bersedia menjadi apapun dan siapapun untuknya. Aku sadar kalau aku hanya sebagai pemeran pengganti saja dalam hidupnya, bahkan harus siapp untuk menjadi pelarian cintanya.
Sampai pada suatu hari ia mengatakan sesuatu yang membuat aku mengerti, mengapa ia bersikap seperti itu terhadapku. Ia bercerita bahwa kekasihnya mempunyai kekasih lain dan hanya memanfaatkan dirinya saja. "Aku mencintainya, dan aku menyayangimu. Aku menyakitimu karena dia menyakitiku," tuturnya kepadaku. Ternyata dia sayang padaku karena dia membutuhkanku. Sedangkan aku membutuhkannya karena aku sayang padanya.
Beberapa kali aku mencoba untuk meninggalkannya, tetapi ia selalu datang kepadaku dan memohon agar aku tidak meninggalkannya, ia begitu rapuh tanpaku. Aku tidak pernah bisa menolak permintaannya, tatapan matanya memaksaku untuk tidak berkata tidak.
Hari berganti hari, dan aku membiarkan hubungan kami semakin renggang. Awalnya aku tidak mengerti mengapa ia menjauhiku, padahal ia selalu mengatakan bahwa ia membutuhkanku. Ia hanya menghubungiku ketika ia membutuhkanku saja. Kabar yang aku dengar dari teman-temannya, hubungan Arjuna dan kekasihnya sudah mulai membaik, kekasihnya sudah berubah dan meninggalkan kekasih lainnya itu. Aku sedikit bahagia saat mendengarnya, dan aku mencoba untuk menerima kenyataan. Menurutku, mencintai seseorang adalah mengupayakan kebahagiaan orang yang aku sayang. Aku akan tetap di sini untuknya, aku tidak akan pernah meninggalkannya, tetapi aku akan membiarkannya meninggalkanku. Aku akan selalu menyambutnya dengan tangan terbuka saat ia datang karena membutuhkanku. Apapun yang ia lakukan dalam hidupnya, pintu hatiku akan selalu terbuka untuknya.
Suatu hari aku mengirimkan pesan singkat kepadanya melalui telepon genggam.
To: Arjuna
28.03.2009. 23:15
Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Kita adalah satu, satu dalam cerita. Sama-sama merasakan apa yang kita rasa. Aku padamu, dan kamu padanya. Sebuah rahasia yang sulit untuk diungkapkan kepada siapapun maupun untuk siapapun. Aku meninggalkan untuk ditinggalkan.
Pesan singkat yang kukirimkan kepadanya itu kemudian aku jadikan sebuah lagu. Lagu itu aku beri judul "Meninggalkan untuk Ditinggalkan" karena seolah-olah aku meninggalkannya, semata-mata agar ia meninggalkanku. Aku sadar bahwa sampai kapanpun aku tidak akan mungkin bisa bersamanya atau memilikinya. Bukan karena kami tak saling cinta, bukan pula karena kami berbeda. Tetapi karena kami sama, kami sama-sama laki-laki. Aku berharap suatu hari nanti ia bisa mendengarkan laguku, mendengarkan isi hatiku yang aku simpan untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H