Mohon tunggu...
Vionita Anjani
Vionita Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

Photographer and Wanderlust, 97'

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika dan Nalar dalam Bermedia

20 Desember 2021   17:34 Diperbarui: 20 Desember 2021   17:35 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teknologi yang semakin canggih menuntut kita untuk lebih memahami perkembangan apa yang terbaru dan apa yang dapat kita lakukan dengan perkembangan tersebut. Salah satunya ialah komunikasi, dengan majunya teknologi komunikasi, masyarakat atau khalayak memiliki kesempatan untuk menyuarakan aspirasinya atau pesannya secara tidak langsung, dengan caranya masing-masing.

Masalahnya adalah bagaimana jika dalam penyampaiannya tersebut, digunakan kata-kata yg seharusnya tidak diucapkan dengan mudah. Apalagi yang mengucapkan kata-kata tersebut ialah public figure atau artis yang kita kenal. Salah satu contohnya dapat kita lihat pada salah satu akun youtube artis, di Indonesia. Dalam video terbarunya, thumbnail atau gambar mini yang diperlihatkan dalam akunnya tertulis :

"Ini orang apa bangsat !?"

Kata-kata bangsat untuk penyuguhan thumbnail atau gambar mini pada akun youtube tersebut seakan akan terlihat biasa, padahal kata tersebut sangat tidak baik untuk di ucapkan di tempat umum apalagi pada sebuah ruang media yang di tonton oleh banyak orang dari berbagai usia. Contoh lain juga dapat kita lihat pada thumbnail lain yang tertulis :

"SHITT! Nangis kita, bangsat mereka"

Dengan caption yang tertulis :

"EMANG ANJING KALIAN"

Kata "shit" yang berarti kotoran merupakan salah satu kata kasar dalam bahasa inggris. Kata "SHIT", "Anjing" dan "Bangsat" bukan kata-kata yang dulunya terdengar biasa, tetapi sekarang berbeda. 

Seringnya kata-kata tersebut dilontarkan oleh artis-artis ternama dalam akun youtubenya seakan menormalisasi pengucapan kata kasar tersebut.

Penggunaan kata kasar dalam penyuguhan sebuah video hanya salah satu dari banyaknya masalah etika komunikasi digital. Masalah lainnya adalah kepentingan youtuber akan subscriber dan like yang lebih diutamakan sehingga kualitas dari isi pesan dan latar belakang narasumber yang di undang oleh pemilik akun youtube diabaikan begitu saja.

Contoh kasusnya :

Sehari setelah penangkapan Coki Pardede terkait penggunaan narkoba, salah satu artis kita, mengupload video wawancara dengan Coki Pardede sebagai narasumber. 

Dalam podcast atau video tersebut, ia berbicara mengenai konsep Ketuhanan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kepercayaannya. 

Pada video tersebut, Coki tidak mengetahui adanya Tuhan karena tidak ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa Tuhan itu ada. 

Secara halus juga disampaikan oleh Coki bahwa mereka yang mempercayai keberadaan Tuhan merupakan orang-orang yang sesat. 

Tuhan menurut pandangan Coki dalam video ini merupakan "Penguntit" yang selalu mengawasi gerak geriknya sehingga ia tidak dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia yang bebas. Ia menerangkan lebih jauh bahwa Kitab Suci yang ditinggalkan oleh Tuhan terlalu menjudge umatnya, seperti kaum LGBT dimana mereka merupakan kaum yang sangat dilarang dalam Al-Quran misalnya.

Hal ini tentu keliru dan menjadi keresahan, dimana seorang pengguna narkoba berbicara dan membahas topik yang berkaitan dengan Agama, Tuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan Religi.

Isi media dengan narasumber pecandu narkoba dengan topik Keagaman tentu tidak patut untuk dijadikan konsumsi khalayak banyak. 

Di sisi lain, mereka yang sudah dipengaruhi oleh zat-zat adiktif seperti narkoba, sabu dan yang lainnya memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang-orang normal, artinya pecandu narkoba dapat terus-menerus memikirkan sesuatu yang tidak biasa, seperti menanyakan keberadaan Tuhan dan lain sebagainya. Bisa saja, apa yang diutarakan oleh Coki sendiri merupakan hasil dari apa yang ia konsumsi selama ini.

Pernyataan-pernyataan kontroversial yang disampaikan oleh Coki dalam video tersebut menurut saya terlepas dari apa yang dianut atau yang dipahami oleh Coki sangat tidak patut untuk ditayangkan di media karena dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat dan yang lebih parahnya video tersebut juga dapat menggoyahkan iman seseorang yang lemah, mengingat video tersebut dapat diakses oleh siapa saja tanpa ada batasan umur dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, akan lebih baik jika topik- topik video seperti ini tidak ditayangkan karena memang tidak semua topik dapat diupload atau diunggah ke media social, terutama topik yang berkaitan dengan agama.

Internet dan media digital salah satunya yaitu media social merupakan sebuah tantangan masyarakat banyak dan membuka peluang atas beragam masalah. Jika kita sebagai pengguna media social kurang cakap dalam memanfaatkannya, maka akan menimbulkan ketidakefektifan dalam penggunaannya. 

Oleh karena itu, teknologi digital seperti media social harus digunakan sebaik-baiknya dengan menganut atau memperhatikan lebih dalam etika yang ada dalam bermedia social, agar apa yang ingin kita sampaikan kepada khalayak banyak tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kepentingan banyak orang. 

Saya harap tulisan ini dapat menjadi sebuah acuan untuk kita dalam menggunakan, memanfaatkan dan mengonsumsi isi media sosial lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun