Mohon tunggu...
Viona Stefany
Viona Stefany Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2019 UAD

Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2019 UAD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengungkap Tabir dan Mengeja Makna dibalik Film "The Social Dilemma"

15 Juli 2021   23:20 Diperbarui: 15 Juli 2021   23:25 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media sosial telah menjadi salah satu dan banyak platform digital yang sampai hari ini sangat populer dari kalangan masyarakat bawah, menengah hingga kalangan atas, bahkan lingkup cakupanya sudah sampai mendunia. Perkembangan teknologi memang melahirkan perangkat canggih yang menjadikan masyarakat mudah untuk mengakses puluhan hingga ribuan konten yang ada di media sosial. Namun dibalik itu semua, media sosial ibaraktan sebuah pedang bermata dua yang dengan kata lain bisa memberikan dampak positif maupun negaatif.

Didalam film social dilemma ini, isinya benar benar membuka tabir dan membongkar dampak dampak negatif dari media sosial yang bahkan kita tidak sadar dan sama sekali tidak mengetahui bahwa bagaimana sebenarnya secara mendasar ada cara kerja media sosial benar benar menjerumuskan kita.  Ternyata teknologi yang bekerja didalam media sosial memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan teknologi yang sebelum sebelumnya manusia gunakan.

Mulai dari tersebarnya hoax atau informasi palsu  yang menyesatkan seseorang, hingga pencurian data pribadi  yang bisa saja merugikan seseorang secara finansial. Tak ada lagi perlindungan privasi di dalam bersosial media. Bahkan, film ini juga memperlihatkan bagaimana media sosial bekerja dan berdampak dalam isu kesehatan mental para penggunanya. Penggambaran sisi buruk media sosial  yang disampaikan oleh para pembuat platform ini seakan membuka mata kita semua bahwa internet dan media sosial memang tempat  yang menyeramkan. Hal-hal  yang ditampilkan banyak orang hanyalah permukaan saja, tanpa kita semua tahu apa  yang terjadi dibaliknya. Media sosial memang bisa jadi hiburan  yang murah bagi masyarakat. Namun, penggunaannya harus tetap dibatasi dan diwaspadai karena berbagai hal negatif bisa saja merugikan.

Dalam film The Social Dilemma ini juga menceritakan bagaimana penduduk disebuah negara di asia tenggara, myanmar, sangat dekat dengan salah satu social media besar, yaitu Facebook, yang bahkan melalui Facebook itu benar benar menjadi momok yang dianggap sumber dari kebenaran yang ada di internet. Apa yang ramai di Facebook bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran.

"Di Myanmar, saat orang memikirkan media massa, memikirkan internet,  yang terpikir ialah Facebook," kata Chyntia M. Wong, mantan Peneliti Internet Senior di Lembaga HAM dalam film tersebut.

Setiap orang  yang membeli ponsel, penjual akan memasangkan aplikasi Facebook sekaligus membuatkan akun di ponsel barunya. Sehingga, hal pertama  yang dilakukan oleh mereka dengan ponsel barunya ialah membuka Facebook.

Penduduk di negara Myanmar, setelah membeli sebuah smartphone, maka penjua akan memasangkan aplikasi facebook hingga membuatkan akun dari pembeli tersebut, atau bahkan pembeli sebelum penjual memasangkan aplikasi Facebook, si pembeli sudah meminta terlebih dahulu untuk dipasangkan. Hal teresebut kemudian dimanfaatkan oleh pemerintahan junta militer Myanmar sebagai sebuah senjata untuk melakukan propaganda dan menyebarkan isu isu yang ingin mereka sebarkan kepada masyarakat. Orang orang Militer dan pelaku kejahatan melakukan manipulasi opini publik terhadap kaum muslim rohingya, hingga hal tersebut membuat pihak facebook tidak sanggup membedung berita hoax itu. Fitur didalam media sosial facebook sediri juga sangat mendukung dalam penyebaran sebuah informasi, baik itu benar atau salah, sehingga membuat perpecahan ditengah masyarakat hanya karena tersebarnya opini publik yang dibuat oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Ujaran kebencian yang ramai difacebook itu kemudian membuat kasusnya semakin meluas, sehingga banyak orang orang diluar yang ikut membenci umat Muslim rohingya.

Semua hal baik aktifitas langsung mauoun tidak langsung yang kita lakukan di internet terutama media sosial akan selalu diawasi, direkam, dan dicatat setiap tindakan kita. Kemudian itu semua dijadikan data oleh mereka untuk kemudian dipakai sesuai kepentingan mereka. Bahkan seperti kita melihat gambar aoa, menonton video apa, berapa lama kita melihatnya, apa yang kita ketik, itu pun juga direkam dan dicatat oleh developper media sosial tersebut. Dari situ mereka dapat mengetahui bagaimana kondisi psikologi dan kondisi pikiran maupun perasaan yang sedang kita alami, baik itu senang, sedih, depresi, bahagia, stress atau apapun itu mereka bisa tahu, bahkan jam tidur kita pun bisa mereka prediksi melalui jam terakhir kita membuka media sosial sebelum tidur. Sampai pada titik seperti apa karakter kita, apakah introvert atau ekstrovert merekapun bisa tau. Dari data data itulah mereka bisa memprediksi konten konten seperti apa yang kita suka dan kita betah menontonya, sehingga itu lah yang nantinya akans ering muncul disosial media kita supaya kita makin betah. Dan data data itu bisa mereka jual pad orang yang membutuhkan apa saja barang atauu hal yang kita sukai, dan itupula yang menjadi pundi pundi uang bagi para pemilik media sosial.

"Jadi, semua data  yang kita semua berikan setiap saat, dimasukkan ke sistem  yang nyaris tak diawasi manusia,  yang terus membuat prediksi  yang makin membaik tentang apa  yang kita semua lakukan dan siapa kita semua," kata Sandy Parakilas, mantan Manajer Operasi Facebook.

Poin penting yang disampaikan dalam film The Social Dilemma tersebut adalah sifat adiksi atau candu dari media sosial, dimana rasa candu tersebut akan dirasakan oleh setiap penggunanya dan tidak memandang latar belakang dia apakah masih berusia dini ataupun sudah beranjak dewasa. Terlebih lagi anak anak dizaman ini sudah mengenal gadget sejak mereka kecil, tak jarang orang tua yang sibuk dan memiliki banyak kerjaan akan dengan mudah memberikan gadget kepada anak mereka. Sehingga anak anak sudah muali terbiasa untuk apa apa dilakukan melalui ponsel mereka, dan ini membuat candu untuk kemudian banyak bergerak dan berkembang.

Ketika kita ingin membagikan konten baik foto maupun video diakun media sosial kita, pasti kita akan memilih mana foto atau video terbaik yang ingin kita bagikan, tentu tujuanya untuk menciptakan citra atau impresi yang bagus dari orang orang yang melihatnya. Dan hal itulah yang membuat kita ataupun orang lain terlihat lebih sempurna. Dari situ kita akan merasa terkoneksi oleh orang orang di internet atau media sosial yang berkomentar atau memberikan like kepada kita, sehingga seolah olah kita bisa menjangkau mereka semua yang jaraknya jauh dalam waktu yang singkat. Di isi lain dari hal ini ialah kita semua jadi memiliki standar kehidupan  yang tak realistis, yang kemudian memunculkan rasa untuk membandingkan diri dengan orang lain dan mencoba mendapatkan apa  yang bisa mereka dapatkan juga. Baik dari harta benda hingga standar kecantikan atau bahkan kondisi fisik seperti warna kulit, tinggi dan berat badan kita.

Masih dalam pembahasan sebelumnya, bahwa media sosial ternyata juga dapat memberikan dampak berupa tendensi untuk membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang kita lihat dimedia sosial, sehingga dari situ menciptakan rasa ketidak percayaan diri dan ketakutan akan tidak diterima. Dampak dari hal tersebut tentu sangat besar bagi anak anak diusia remaja. Hate Speech atau pembulian akan sering terjadi, dan dari itu para remaja yang melakukan slef harm akan meningkat, dan parahnya lagi angka bunuh diri juga akan meningkat seiring hal tersebut.

Dampak lain  yang kemudian dirasakan ialah adanya polarisasi opini di tengah publik. Hal ini bisa kita semua lihat sendiri saat suasana menjelang pilkada atau pilpres di Indonesia. Dalam kedua belah kubu, akan menyuarakan opini masing-masing secara lantang. Secara tak langsung, juga ada pihak-pihak  yang coba menyerang atau melukai kelompok  yang punya pandangan  yang berbeda. Tentunya, hal ini tak lantas membuat kita semua tak punya kebebasan beropini di media sosial. Tapi,  yang perlu kita semua ketahui ialah bagaimana sistem algoritma di media sosial itu bekerja. Setiap klik  yang kita semua buat akan mengarah kepada bacaan atau tontonan tertentu. Lalu, semakin tinggi intensitas kita semua mengonsumi sebuah konten, maka rekomendasi konten serupa pun akan terus dihadirkan. Inilah  yang membuat adanya polarisasi opini publik di media sosial. Hal ini mungkin bisa menjawab keresahan kita semua selama ini tentang mengapa seseorang bisa punya pandangan  yang bertolak belakang dengan kita semua. Jawabannya mungkin sesederhana konten  yang mereka konsumsi berbeda dengan kita semua.

Pada mulanya semua fitur yang mengasikan di media sosial itu merupakan cara  yang dikembangkan oleh perusahaan media sosial guna membuat penggunanya betah berlama-lama menggunakan aplikasi buatanya. Dan fitur-fitur yang mengasikan tersebut merupakan hasil dari analisa  yang melibatkan banyak ahli, termasuk ahli psikologi.  Dalam dunia media sosial dan dunia startup pada umumnya biasanya dikenal istilah growth hacking. Growth Hacking merupakan suatu metode metode guna meningkatkan jumlah pengguna layanan kita semua, dan bagaimana supaya pengguna  yang sudah ada tak berhenti dan tak meninggalkan layanan kita semua. Berkat growth hacking itulah lahir fitur-fitur unik di media sosial,  yang jadikan orang seolah 'kecanduan' media sosial sebagaimana orang kecanduan rokok atau bahkan kecanduan narkoba yang bisa membuat orang ketergantungan dan tidak betah jika tidak memakainya dalam waktu yang lama. Dan yang namanya kecanduan itu biasanya negatif, dan memang orang  yang kecanduan dalam bermain media sosial itu jadi "sakit". Dia tak bisa melewatkan waktu sehari pun tanpa mengakses media sosial. Secara tidak langsung, media sosial ini mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Terkadang apabila kita dan teman teman kita sedang berkumpul disuatu tempat, maka sebagian besar dari kita banyak yang memilih untuk membuka gadget dan bermain media sosial ketimbang mengobrol bersama teman sebelahnya, karena mereka merasa lebih asik berada dimedia sosial yang memanjakan dan merasa kurang puas apabila hanya mengobrol langsung.

Sebenarnya media sosial itu memiliki banyak kualitas dan fungsi  yang bermanfaat, beberapa  yang disebutkan dalam film tersebut adalah saling terkoneksinya orang tanpa mengenal jarak, bisa mendapatkan pengetahuan, dan bahkan mendapatkan donor organ. Film ini juga menyentuh pada kenyataan bahwa kegiatan pengguna pada platform online itu diawasi, dicatat, diukur, dilihat, dan direkam. Perusahaan kemudian mengolah informasi ini guna meningkatkan engagement, pertumbuhan, dan keuntungan iklan. Bahkan kemungkinan terburuknya adalah, data kita yang direkam oleh media sosial itu dapat dijual kepada orang orang yang memiliki kepentingan.

Kita juga tidak bisa membohongi diri sendiri, bahwa media sosial pun juga telah banyak membantu dan bermanfaat bagi kita semua. Salah satunya ialah bisa membuat kita semua terhubung dan seolah jadi sangat dekat dengan saudara, sahabat, atau kawan lama,  yang ada di belahan dunia lain. kita semua juga tak bisa menampik fakta bahwa media sosial telah menciptakan sebuah keindahan  yang menakjubkan dari relasi  yang dimungkinkan oleh internet. Tapi di sisi lain, media sosial turut berkontribusi besar dalam kasus pencurian data, kecanduan teknologi, berita palsu, juga polarisasi di tengah masyarakat.

Sangat sedikit pengguna internet, juga media sosial,  yang memahami bagaimana algoritma ini bekerja. Hingga kita semua nyaris kehilangan kendali atas sistem  yang ada ini. Karena mereka mengendalikan informasi  yang kita semua terima, akibatnya mereka mengendalikan kita melebihi kita mengendalikan mereka. Internet akan mempelajari terus menerus apa  yang kita semua cari, sehingga dia akan semakin baik dalam merekomendasikan apa  yang kita semua sukai. Ingat,  yang kita semua sukai, bukan  yang kita semua butuhkan. Internet akan memberikan  yang kita semua mau, alih-alih  yang kita semua butuhkan. kita semua hanya akan menerima informasi-informasi  yang kita semua sukai dan kita semua mau saja, begitu juga dengan orang lain. kita semua juga akan dihubungkan dengan orang-orang  yang satu pemikiran dengan minat  yang sama dengan kita semua saja. Misalnya orang-orang  yang menyukai hal-hal berbau teori konspirasi, maka algoritma akan merekomendasikan dia dengan orang-orang  yang juga menyukai hal tersebut.

Pandangan Pribadi dan Pengalaman Pribadi

Ibaratkan pisau bermata dua, teknologi bisa mendatangkan kebaikan dan juga keburukan. Dalam hal media sosial, kebaikan  yang bisa dipetik juga banyak sebenarnya. Misalnya saja, melalui media sosial, dua orang  yang lama terpisah bisa bertemu kembali, orang tua bertemu kembali dengan anaknya, saudara kembar  yang terpisah ketika bayi bisa bertemu kembali, dsb. Hal positif lainya misalnya ketika menggalang dana dan dukungan guna tetangga  yang kebetulan kaum dhuafa, ketika anaknya sakit keras. Penggalangan dana jadi lebih mudah dan bisa menjangkau lebih banyak orang dengan bantuan media sosial. Melalui media sosial terbentuklah komunitas-komunitas dengan berbagai latar belakang kesamaan. Komunitas petani, komunitas pedagang, komunitas penyuka tanaman hias, apa pun.  yang melalui komunitas daring ini orang bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman, berjualan, janjian guna ngumpul, dll. 

Pengalaman pribadi saya dalam dampak adanya social media ini ialah, beberapa waktu kadang saya merasa Insecure atau kurang percaya diri terhadap diri saya, baik dari penampilan fisik maupun pencapaian selama saya hidup, karena beberapa kali melihat orang orang disocial media masih sesusia saya sudah berhasil membangun bisnis sendiri dan mereka pun bisa bertumbuh jadi remaja  yang cantik dan cerdas, sehingga disitu tumbuh rasa iri dan ketakpercayaan pada diri saya. Namun semakin kesini saya berusaha jadikan hal itu sebagai motivasi bahwa saya juga punya titik sendiri dimana saya akan sukses dan berhasil seperti mereka.

Cara agar Teknologi dan Social Media Bermanfaat

Bagaimanapun kehidupan kita semua sekarang ini tidak akan bisa dipisahkan dari media sosial. kita semua juga tidak bisa mengambil langkah ekstrim dengan membuang hp kita semua dan hidup tanpa hp. Menurut saya itu sama halnya dengan membuang pisau besi kita semua dan kembali mengasah batu dan berburu binatang untuk dimakan. Teknologi ada untuk kemudian meningkatkan taraf hidup Manusia. kita semua manfaatkan itu semaksimal mungkin dan meminimalisir dampak negatifnya. kita semua manfaatkan guna hal-hal  yang memberikan nilai kebaikan pada diri, keluarga dan lingkungan disekitar kita semua. Dalam rangka membendung dampak negatifnya, hal utama yang kita semua harus menyadari bahwa teknologi itu punya sisi gelap. Sisi gelap ini  yang harus kita semua tangani dengan bijak supaya tidak menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Jangan sampai kita semua kecanduan berlebihan dan akut pada media sosial.  yang mengakibatkan munculnya hal-hal buruk terjadi pada diri kita semua. Dan setelah kita semua berhasil menghalau sisi gelap teknologi dari diri sendiri, kemudian kita terapkan pula pada orang terdekat kita semua, keluarga, dan kemudian lebih luas lagi. kita semua ingatkan mereka supaya lebih bijak bermedia sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun