Mohon tunggu...
Viona Stefany
Viona Stefany Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2019 UAD

Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2019 UAD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media Baru Dan Perannya Dimasa Kini

1 April 2021   19:20 Diperbarui: 1 April 2021   19:24 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media merupakan pilar demokrasi, melalui media kita dapat beropini untuk berpartisipasidan berperan dalam pemerintahan, karena pemerintahan itu tidak hanya satu arah saja dari atas kebawah melainkan harus mendapat feedback dari bawah ke atas (publik). Publik mempunyai hak untuk ikut menyuarakan aspirasinya dan berhak juga untuk di dengar. 

Di era globlalisasi ini muncul media baru atau biasa disebut new media. Apa itu new media? New media adalah media baru yang lebih berfokus untuk menekankan pemanfaatan teknologi sebagai distribusi dan penanyangan konten media. Perbedaan mencolok dari new media dibanding media convensional atau media lama, yaitu terletak pada pemanfaatan teknologi dalam sisi produksi, distribusi serta cara berkomunikasinya.

New media mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan kita. Karena dimasa sekarang new media lebih familar untuk kaum millenial. Selain mudah diakses dimana pun dan kapan pun, new media mempunyai tampilan lebih menarik dari pada media konvensional yang terkesan kuno dan membosankan.serta harus menunggu waktu tertentu untuk mendapatkan informasi yang kita inginkan. Sebagai Mahasiswa dari Ilmu Komunikasi dari Universitas Ahmad Dahlan, pemanfaatan media convensional maupun new media itu sangat familiar dikalangan kami, karena setiap komunikasi yang kita lakukan membutuhkan media serta serta mata kuliah di prodi ilmu komunikasi pasti berhubungan dengan media convensional dan media baru.

Teknologi komunikasi baru sangat terkait dengan tiga hal berikut, yaitu interactivity, de-massification, dan asynchronous. Interactivity dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk berbicara balik atau interaksi menggunakan sistem teknologi komunikasi baru. Metode yang lebih interaktif seperti ini membuat penggunanya dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan lebih efektif dan juga optimal (Junaedi, 2011: 8-9).

lKita juga harus memahami tentang apa arti baru (new) dari konsep media baru yang sedang kita pelajari. Media baru bukanlah teknologi saja. Pemahaman kita harus jauh melebihi itu. Kita harus sadar bahwa perkembangan teknologi akan membawa perubahan pada banyak bidang di dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan tersebut berujung pada tiga hal berikut. Pertama, peralatan terkait dengan teknologi yang dipergunakan memungkinkan individu dapat memperluas kemampuan berkomunikasi. Kedua, kegiatan dan praktek komunikasi dalam media baru dapat meningkatkan kemampuan individu dalam penggunaan alat teknologi. Ketiga, penggunaan alat dan praktek dalam media baru akan membentuk nilai-nilai sosial dan sistem pengorganisasian yang baru pula.

Menurut pengalaman pribadi saya dalam memanfaatkan media konvensional ataupun media baru, media baru lebih nyaman digunakan dibanding media konvensional seperti koran, televisi dan radio, selain mudah diakses kapan saja, dan dimana saja,media baru memiliki kelebihan yang lebih up to date dalam memberikan informasi serta lebih praktis. Sedangkan ketika menggunakan media konvensional membutuhkan waktu yang cukup banyak, seperti misal ingin mengetahui informasi berita terkini dari televisi, kita harus menunggu waktu tayang yang telah ditentukan pihak penyiar. Begitu pula dengan radio dan koran atau media massa lainnya. Sehingga dirasa kurang efisien ketika ingin mengetahui informasi secara cepat diwaktu yang sama. Dengan menggunakan media baru kita tidak perlu repot repot untuk membawa televisi atau radio ketika kita sedang berada di luar rumah, hanya cukup mengakses portal berita melalui internet yang sudah tersedia dalam gengaman (handphone).

Media sosial sebagai bagian dari media baru memang menghadirkan cara pandang baru terkait bagaimana manusia memaknai arus informasi yang di era globalisasi ini "berseliweran" dimana-mana. Media sosial memang memberikan informasi, yang bagi manusia modern adalah bagian dari kebutuhan primer, hanya saja akurasi dan kebenaran dari informasi tersebut membutuhkan verifikasi lanjutan. Bedanya dengan media konvensional, di mana ada aturan hukum yang melingkupi setiap aliran informasi yang ditampilkannya, dalam konteks media sosial hal tersebut sama sekali tidak ada. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa media baru memberikan banyak peluang untuk meningkatkan komunikasi eksternal yang efektif dan efisien. Tapi, kehadirannya tentu disertai beberapa hal yang harus diwaspadai. Pertama, media baru menciptakan cyber selfishness, (keegoisan pengguna internet), maksudnya menghasilkan banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab secara sosial. Kedua, sekalipun ruang dan waktu tidak terbatas, hal tersebut tidak berlaku untuk pertemuan langsung secara fisik. Oleh karena tidak bertemu dengan lawan bicara secara langsung, kemungkinan terjadi penipuan atau pembohongan di dalam dunia maya cukup tinggi. Ketiga, terjadinya berita atau tulisan yang dianggap tidak sesuai (hoax), maka dengan cepat komentar akan mengiringnya, sehingga pihak organisasi atau perorangan yang memiliki kepentingan untuk pembangunan citra semestinya harus memiliki pengetahuan dan literasi terhadap dampak media baru.

Beragam informasi, dalam bentuk gagasan, ide, tuntutan, sampai protes, dapat disampaikan melalui ranah daring, yaitu internet. Internet pun memiliki kecepatan yang jauh melebihi media-media konvensional lainnya, seperti televisi atau media cetak. Konektivitas sesama masyarakat, maupun antara infrastruktur dan suprastruktur politik, dapat dilakukan tanpa melalui batasan ruang dan waktu. Saat ini komunikasi politik yang dilakukan oleh masyarakat bersifat lebih bebas, bukan hanya karena eranya sudah demikian, tetapi perkembangan teknologi membuat penggunaan ruang publik dapat diinisiasi melalui ruang-ruang privat, yang bernama Facebook, Twitter, Instagram, You Tube, Line Today, dan sebagainya, yang masuk dalam kategori media baru.

Kehadiran media baru di Indonesia mengubah secara drastik perjalanan politik dan demokrasi bangsa ini. Di era Orde Baru, kebebasan berpendapat adalah suatu hal yang sangat dibatasi, bahkan cenderung tabu. Namun, di era globalisasi seperti sekarang ini hampir tidak ada lagi batasan bagi setiap warga negara atau masyarakat untuk menyuarakan pendapat dan ekspresinya. Di era multimedia, seperti sekarang ini, berpendapat adalah bagian esensial dari kehidupan manusia. Pendapat-pendapat itu tak jarang memiliki konten politik. Atas dasar itulah, komunikasi politik di era ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan, karena secara kuantitasnya sudah dilakukan secara masif.

Saya sendiri sebagai salah satu mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan juga telah banyak merasakan bagaimana peran new media atau media baru dalam menunjang segala aktivitas akademik dimasa pandemi ini. Permasalahan administrasi pun kini juga dapat dilakukan dari jarak jauh dengan adanya sosial media dan website. Webinar maupun seminar yang diadakan pun kini telah beradaptasi dengan keadaan yang terjadi, yaitu dengan media live streaming di youtube serta melalui media zoom yang dapat menampung lebih dari 500 peserta. Dengan adanya perkembangan teknologi pun, kini teman teman yang ada diberbagai daerah tetap dapat mengakses berbagai informasi dan mejalankan komunikasi dengan pihak universitas.

Media memiliki posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Peran media dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai komunikator serta agen of change dan sarana interaksi. Media memiliki peran yang sangat penting sehingga posisi media masapun menjadi penting dalam masyarakat. Sebagai bentuk dari pentingnya media dapat dilihat dari pengaruh yang dirasakan oleh khalayak, mulai dari dampak positif hingga negative dari media sosial. Walaupun posisi dan peran media sangat penting akan tetapi masyarakat juga harus berhati-hati dengan media mengingat bahwa sifat media yang begitu fleksibel. Nilai negatif atas peranan media bisa saja terjadi baik dari media massa ataupun media sosial, sehingga perlu adanya perhatian dari setiap pihak, baik dari pengelola media hingga masyarakat itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun