Mohon tunggu...
Viona Agustin
Viona Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Apa Itu Komunikasi Terapeutik dalam Konseling

30 Juli 2024   17:14 Diperbarui: 30 Juli 2024   17:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi dapat diartikan pertukaran informasi antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Bentuk penyampaian komunikasi tidak hanya secara lisan, komunikasi mempunyai banyak sekali penyampaian baik secara lisan (verbal) ataupun gerakan tubuh atau gestur (non-verbal).

Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk tujuan terapi, dalam rangka membantu Konseli mencapai kembali pada kondisi yang adaptif dan positif. Sehingga untuk melakukan komunikasi terapeutik ini perlu perencanaan yang baik agar menciptakan komunikasi yang harmonis antara konselor dan konseli.

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi Konseli ke arah yang lebih positif atau adaptif serta diarahkan pada pertumbuhan Konseli yang meliputi:

* Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri

* Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi

* Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain

* Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis

Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang Konselor sebelum melakukan komunikasi terapeutik ini, diantaranya:

* Seorang konselor dan konseli perlu hadir dalam percakapan, karena harus ada terlibatnya aspek fisik, mental dan intelektual individu.

* Komunikasi yang diciptakan harus melibatkan perasaan dan hati sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan

* Seorang konselor perlu memiliki sikap empati terhadap klien, agar seorang konselor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh klien berdasarkan perspektif klien tersebut

* Menjaga kontak mata dengan konseli, saat konseli sedang berbicara

* Mempertahankan sikap terbuka antara Konselor dan Konseli

Setelah seorang Konselor menerapkan syarat-syarat tersebut sebelum melakukan komunikasi terapeutik, seorang Konselor pun wajib menghindari beberapa hal yang bisa menyebabkan komunikasi terapeutik ini tidak berjalan dengan baik. Diantaranya:

- Comparing, Membandingkan diri dengan orang lain

- Mind read, mencoba membaca pikiran apa yang ada dalam diri orang lain

- Planning, merencanakan argumen atau cerita yang akan dikatakan selanjutnya

- Filtering, hanya mendengar topik yang diminati

- Judging, memberikan penilaian dengan pernyataan seperti: bodoh, lemah, aneh dan label-label negatif lainnya

- Mengarah pada bentuk perdebatan yang berorientasi untuk mengalahkan lawan bicara

- Dengan cepat mengganti topik pembicaraan atau tertawa ketika Konseli sedang bercerita dengan serius

Dengan demikian, seorang Konselor yang menerapkan hal-hal diatas saat melakukan Komunikasi Terapeutik dengan Konseli akan menciptakan mutu pelayanan yang memuaskan untuk Konseli. Mutu pelayanan dapat dipengaruhi dengan beberapa hal, salah satunya ialah komunikasi Konselor kepada Konseli.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun