Mohon tunggu...
Violeta Charisma Saragih
Violeta Charisma Saragih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Let GOD lead..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bali Menyepi

1 April 2014   04:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Hari Raya Nyepi / Kompasiana (kompas.com)"][/caption] Saat saya menulis tulisan ini saya sedang bergelap-gelap ria bersama teman-teman di kosan yang lagi asik nonton film horor di laptop. Saya seorang mahasiswi perantau yang tinggal di Bali yang sedang merayakan hari raya Nyepi. Walaupun bukan asli orang Bali, namun tetap saja kita harus mengikuti peraturan-peraturan saat Nyepi. Salah satunya dengan tidak menghidupkan lampu atau api selama seharian penuh. Pertanyaan 'Nyepi kemana?' atau 'Nyepi sama siapa?' sudah menjadi trending topic menjelang hari H. Sangat tidak menyenangkan apabila kita menghabiskan hari Nyepi sendirian di Bali. Apalagi ada larangan untuk melakukan kegiatan di luar rumah dan tidak boleh berisik. Namun ada keringanan untuk keluarga yang mempunyai bayi. Bahkan ada hotel yang menawarkan paket Nyepi karena hotel dan rumah sakit mendapat dispensasi. Nyepi di Bali berarti benar-benar sepi. Tidak ada sama sekali suara motor atau mobil di jalanan. Tidak ada radio dan siaran TV. Toko-toko sudah banyak yang tutup sehari sebelum hari H. Bandara dan pelabuhan tutup. Tidak ada akses masuk dan keluar di pulau yang satu ini. Bali is closed. Ini adalah tahun kedua saya Nyepi di Bali. Sehari sebelum Nyepi saya dan keempat teman saya sudah mempersiapkan bekal untuk hari ini. Sebagai anak kuliahan yang berstatus anak kos, kami belanja bahan makanan yang praktis dan mudah untuk dimasak. Tidak lupa membeli camilan untuk teman nonton film. Pada hari itu sudah banyak ogoh-ogoh disekitar jalan yang siap untuk diarak. Ogoh-ogoh adalah patung yang di buat oleh masyarakat Bali yang katanya patung-patung ini adalah setan atau iblis yang ada di bumi. Masyarakat Bali membuat patung ini di banjar mereka masing-masing. Jadi bisa dibayangkan saja berapa banyak ogoh-ogoh yang tercipta menjelang hari raya Nyepi. Patung-patung ini diarak ke jalan-jalan sehari sebelum Nyepi dan kemudian dibakar. Ini merupakan simbol untuk memusnahkan iblis atau roh jahat yang ada di bumi. Walaupun ogoh-ogoh ini termasuk patung yang seram dengan wujud monster, tetapi salut deh buat masyarakat Bali. Kemampuan seni mereka memang patut diacungi jempol. Mereka membuat patung sangat detail sekali, bahkan untuk sesuatu yang akan dibakar sekalipun. Selain itu yang membuat saya salut adalah tidak hanya orang tua saja yang berpartisipasi dalam perayaan ini, anak kecil juga tidak kalah dengan ogoh-ogoh mereka yang berukuran kecil pula. Jaman sekarang ogoh-ogoh dilombakan dan tidak dibakar karena keindahannya. Bahkan ada orang yang membeli hasil seni ini. Pada saat hari H, kegiatan yang kami lakukan hanyalah masak, makan, mandi dan nonton film. Plus ketawa dan bercanda. Sangkin serunya seringkali salah satu diantara kami berkata 'ssttttt' saat volume suara sudah melewati batas. Saat hari mulai gelap, kami tetap tidak boleh menghidupkan lampu. Tahun lalu saya dan kakak saya menutup jendela dengan kardus dan selimut agar cahaya lampu dari dalam tidak terlihat dari luar. Namun tahun ini dengan nekatnya kami menggunakan lampu belajar yang lebih redup. Alhasil kami semua sembunyi ketakutan dan refleks mematikan lampu saat anjing di sekitar kos menggonggong keras menandakan ada orang yang berjalan. Ya, siapa lagi kalau bukan pecalang. Pecalang bisa dibilang polisi adat Bali. Mereka mengawasi apabila ada masyarakat yang tidak mengikuti peraturan-peraturan adat.  Kabarnya bila ada orang yang melanggar akan dikenakan sanksi seperti bersih-bersih banjar hehehe. Namun ternyata tidak ada pecalang yang datang, padahal jantung ini sudah hampir keluar. Bali menyepi mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi keesokan harinya. Sebenarnya masyarakat Bali asli (Hindu) harus benar-benar berpuasa hari ini. Mereka tidak boleh makan dan minum. Mereka juga harus sembahyang bahkan ada yang mempergunakan waktu Nyepi ini dengan bertapa. Disaat orang lain merayakan tahun baru dengan sorak sorai gegap gempita, masyarakat Bali malah mengheningkan diri untuk merenung. Salah satu dari banyak keunikan yang ada di Bali. Pada hari ini sudah pasti pulau Bali telah menghemat ribuan energi listrik, tidak ada polusi udara ataupun suara. Suasana menjadi tenang sekali, memang waktu yang tepat untuk merenung. Andaikan saja bukan hanyadi  Bali, tapi tempat-tempat seluruh dunia juga menerapkannya dimana mereka bisa memberikan waktu untuk diam sejenak dari kesibukan duniawi.. Bagi anda yang ingin merasakan keheningan sepertinya mencoba Nyepi di Bali merupakan hal yang menarik. Bukan hanya menikmati keindahan alamnya, tapi juga tradisinya. Rahajeng Nyangra Rahina Nyepi Tahun Baru Caka 1936 untuk semua warga Bali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun