Mohon tunggu...
Viola Tri Lestari
Viola Tri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta/2022. Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melangkah Maju Melawan Stunting: Tantangan dan Langkah-Langkah Strategis Untuk Membangun Generasi Unggul di Indonesia

3 April 2024   02:11 Diperbarui: 3 April 2024   02:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan budaya yang melimpah serta sumber daya alam yang melimpah. Namun, di balik panorama keindahannya, negara ini juga menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah masalah stunting. 

Stunting, yang terjadi ketika anak mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif yang terhambat akibat gizi buruk pada masa awal kehidupannya, telah menjadi perhatian utama bagi pemerintah, masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat stunting di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun telah dilakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga mengancam potensi pembangunan jangka panjang negara.


Oleh karena itu, penting untuk memahami akar penyebab serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah stunting ini. Dengan dibuatnya artikel ini tentunya kita dapat mengetahui lebih dalam permasalahan stunting di Indonesia dengan menggali factor-faktor yang mempengaruhinya, disini juga akan menganalisis strategi apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan keefektifitasan penggunaan strategi tersebut dalam mengurangi angka stunting.


Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif seorang anak terhambat atau tertunda akibat kekurangan gizi yang berlangsung dalam jangka waktu panjang, terutama pada masa awal kehidupan, yakni sejak periode kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak. Hal ini dapat mengakibatkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari rata-rata usianya, serta memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai penyakit dan gangguan perkembangan.


Stunting biasanya disebabkan oleh defisiensi gizi kronis, yang meliputi kurangnya asupan nutrisi penting seperti protein, energi, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap stunting meliputi faktor genetik, akses terhadap layanan kesehatan yang terbatas, sanitasi yang buruk, praktik pemberian makan yang tidak tepat, serta lingkungan sosial dan ekonomi yang kurang mendukung. Stunting memiliki dampak yang serius tidak hanya pada kesehatan individu, tetapi juga pada potensi pembangunan manusia suatu negara. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis, rendahnya prestasi pendidikan, dan keterbatasan kemampuan produktif di masa dewasa.


Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih mengkhawatirkan, mencapai 24,4%. Artinya, 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting, kondisi yang menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif mereka. Dalam penanganannya sendiri, pemerintah telah menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024. 

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan upaya yang keras dan terintegrasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah. Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menurunkan angka prevalensi stunting pada balita di Indonesia, antara lain:
1. Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi
Langkah ini mencakup berbagai upaya untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi, terutama bagi keluarga dengan anggaran terbatas. Hal ini dapat dilakukan melalui program pemerintah yang memberikan subsidi atau bantuan pangan kepada keluarga miskin, serta memperluas jangkauan dan ketersediaan pasokan makanan bergizi, seperti buah- buahan, sayuran, sumber protein, dan sumber energi yang penting untuk pertumbuhan anak-anak.
2. Memperbaiki sanitasi dan air bersih
Sanitasi yang buruk dan akses terhadap air bersih yang terbatas dapat menjadi faktor risiko utama terjadinya stunting. Oleh karena itu, diperlukan investasi dalam infrastruktur sanitasi yang lebih baik, seperti pembangunan sistem sanitasi yang aman dan fasilitas pengelolaan limbah yang memadai. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih juga penting untuk memastikan bahwa anak-anak dapat minum air yang bersih dan sehat, serta memenuhi kebutuhan sanitasi mereka.
3. Memberikan edukasi gizi dan kesehatan terhadap masyarakat
Pendidikan dan pengetahuan tentang gizi yang tepat sangat penting untuk membantu orang tua dan keluarga memahami pentingnya pola makan yang sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Melalui program-program edukasi yang terarah, masyarakat dapat diberikan informasi tentang nilai gizi makanan, cara memasak makanan agar tetap bergizi, praktik pemberian makan yang baik untuk anak-anak, serta pentingnya imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya.
4. Memberikan layanan kesehatan yang berkualitas kepada ibu hamil dan anak balita
Layanan kesehatan yang berkualitas sangat penting untuk memantau perkembangan kesehatan ibu hamil dan anak balita, serta memberikan intervensi yang diperlukan jika ditemukan masalah gizi atau kesehatan lainnya. Ini termasuk pemeriksaan kehamilan rutin, konseling gizi bagi ibu hamil, pemantauan pertumbuhan anak, pemeriksaan rutin yang mencakup imunisasi dan pengobatan penyakit menular, serta penyediaan suplemen gizi jika diperlukan. Selain itu, memastikan bahwa layanan kesehatan ini mudah diakses oleh masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, juga merupakan bagian penting dari strategi untuk mengurangi prevalensi stunting.

Sebagai Langkah konkrit dari pemerintah pula, telah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting (Perpres 72/2021) menggantikan Perpres sebelumnya di tahun 2013. Perpres ini mendorong penurunan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024. Kebijakan ini didasari kesadaran bahwa stunting berdampak jangka panjang pada kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.


Adanya peraturan presiden ini masih menjadi perbincangan karena memang dalam pelaksanaannya berjalan dengan optimal, tidak optimal, ataupun menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam upaya menuntaskan angka prevalensi stunting pada balita di Indonesia. Beberapa yang dapat berjalan optimal adalah seperti target yang jelas berupa fokus pada penurunan angka stunting, tentunya dapat disadari bahwasanya Memiliki target yang jelas untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 merupakan langkah positif. Hal ini membantu mengarahkan upaya-upaya penanggulangan stunting secara lebih terarah dan terukur.


Selain itu, pendekatan terintegrasi dan melibatkan berbagai kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah sudah berjalan dengan cukup optimal, seperti kolaborasi antara kementerian (Kemenkes, BKKBN, Kemendikbudristek, Kemensos, Kemendes PDTT, dan PUPR), pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), dan organisasi non-pemerintah (Organisasi masyarakat sipil, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan dunia usaha) dapat memperkuat upaya penanggulangan stunting secara menyeluruh. Dengan adanya kolaborasi lintas sektor inipun tentunya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas program-program penganggulangan stunting.


Adapun kerangka kerja yang mencakup pencegahan dan penanganan stunting yang dinilai dapat berjalan dengan optimal, seperti Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) 2018-2024: hal ini merupakan kerangka kerja nasional yang memuat strategi dan intervensi untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia. Adanya kerangka kerja yang mencakup pencegahan dan penanganan stunting menunjukkan pendekatan yang komprehensif dalam menangani masalah ini. Langkah-langkah pencegahan yang efektif dapat membantu mengurangi jumlah kasus stunting baru, sementara penanganan yang tepat dapat memberikan dukungan kepada anak-anak yang sudah mengalami stunting.


Beberapa yang tidak berjalan dengan optimal diantaranya adalah kebijakan nasional yang belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan oleh pemerintah daerah, Kurangnya pemahaman dan implementasi kebijakan nasional oleh pemerintah daerah dapat menghambat efektivitas upaya penanggulangan stunting secara maksimal. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk memastikan bahwa kebijakan nasional diimplementasikan dengan baik di tingkat lokal. Ada juga koordinasi lintas sektor yang belum berjalan dengan optimal, hal ini dapat menghambat sinergi antara berbagai program dan kebijakan yang relevan dengan penanggulangan stunting. Perlu ditingkatkan komunikasi dan kerjasama antarlembaga untuk mengoptimalkan hasil. Serta yang terakhir, yaitu belum adanya evaluasi menyeluruh terkait efektivitas kebijakan, valuasi yang komprehensif diperlukan untuk mengevaluasi pencapaian target dan mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan.

Dalam menghadapi tantangan serius yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi stunting, pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang signifikan. Upaya-upaya ini meliputi pendekatan terintegrasi antar kementerian dan pemerintah daerah, peningkatan akses terhadap makanan bergizi, perbaikan sanitasi dan air bersih, serta pemberian edukasi tentang gizi dan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 sebagai landasan kebijakan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 merupakan langkah positif. Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah pemahaman dan implementasi kebijakan nasional yang belum sepenuhnya optimal oleh pemerintah daerah. Koordinasi lintas sektor juga perlu ditingkatkan untuk memastikan sinergi antara berbagai program dan kebijakan yang relevan.


Evaluasi menyeluruh terkait efektivitas kebijakan juga perlu dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian target dan mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan. Secara keseluruhan, upaya-upaya penanggulangan stunting di Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan, tetapi masih diperlukan komitmen yang kuat dan kerja sama yang erat dari semua pihak untuk mencapai target penurunan angka stunting secara efektif dan berkelanjutan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tantangan dalam memperluas pengetahuan masyarakat tentang stunting dan pentingnya gizi seimbang sangatlah nyata. Upaya edukasi yang berkelanjutan dan mendalam diperlukan untuk mengatasi masalah ini, dan kita perlu mengadopsi pendekatan komunikasi yang kreatif dan beragam agar dapat mencapai semua lapisan masyarakat.


Seperti apa yang ditulis sebelumnya bahwa terdapat tantangan yang signifikan dalam meningkatkan akses masyarakat, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk memperkuat infrastruktur kesehatan dan memastikan adopsi model pelayanan kesehatan yang terjangkau serta mudah diakses oleh semua orang. Tentunya dapat diketahui bahwa mendorong perubahan perilaku masyarakat terkait pola asuh dan sanitasi merupakan tantangan yang kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun