Mohon tunggu...
Viola Kharida Hasna
Viola Kharida Hasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswia Universitas Muhammadiyah Malang

Hai semua perkenalkan nama Saya Viola Kharida Hasna, Saya berasal dari Kota Malang . Senang melihat Anda mampir untuk membaca tulisan yang Saya muat di laman Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Cerita Tentang Bait Bernada Musisi Peduli Anak Indonesia

20 Desember 2022   13:31 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:37 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sugiarto, memetikkan jarinya untuk membuat nada yang indah dengan gitar miliknya,  lalu dibuatnya bait-bait lirik untuk melengkapi senandung lagu tentang anak-anak. Rangkaian nada dan bait yang tercipta dari pria bertopi dan berjanggut tipis itu membuat kita semua ingat akan pentingnya nasionalisme bagi anak-anak.

'Negeriku yang kaya/bahagia ada disana/serasa menikmati nirwana/harum mewangi Indonesia'
Lirik lagu dengan nuansa nasionalis itu mengalun merdu dari suara musisi yang satu ini. Pria yang akrab disapa dengan Ugik ini telah menciptakan setidaknya 12 lagu anak dengan tema yang beragam. Pria kelahiran Malang, 25 mei 1973 itu memiliki alasan tersendiri dalam memilih membuat lagu anak meskipun tanpa imbalan apapun.

"Pada dasarnya Saya, seorang seniman, masyarakat, pemerintah itu sedang gelisah karena melihat kondisi anak anak sekarang untuk mengenal lagu nasional, lagu daerah, lagu permainan dan lagu anak sudah sangat minim. " kata Ugik.

Ugik bukanlah seniman tanpa jam terbang. Rekam jejak dan kemampuan dalam merangkai kata kata untuk sebuah lagu sudah tidak perlu diragukan lagi. Setidaknya total keseluruhan lagu yang dibuat oleh Ugik ada sekitar 20 lagu dengan mengusung tema Indonesia, tema anak anak dan keluarga.

Sejak tahun 2000-an awal Ugik sudah aktif dalam melakukan campaign untuk melestarikan lagu nasional dengan mengadakan kunjungan sekolah-sekolah bersama teman-temannya, Arbanat String Ansamble setiap bulan Agustus dengan tajuk "Simfoni Tjinta Tanah Air". Dengan gesekan biola Ugik dan para teman-temannya setidaknya Ugik berharap dapat membantu untuk mengenalkan kepada anak-anak mengenai lagu nasional Indonesia agar tidak dilupakan dengan lagu yang hits sekarang.

Dokumen Ugik (Sugiarto)
Dokumen Ugik (Sugiarto)

Mengapa memilih Arbanat

Cerita berawal dari Ugik yang saat itu hendak pergi berangkat les biola. Dengan membawa tas berisikan alat musik 4 senar itu, ia melewati teman-teman sebayanya yang sedang berkumpul. Tiba-tiba saja seorang temannya menyeletuk "minggir ada orang jualan Rambut Nenek". Di daerah  Jawa Timur sendiri jajanan rambut nenek disebut dengan arbanat. Arbanat adalah jajanan tradisional yang berasal dari Desa Kesambi di Kabupaten Lamongan. Biasanya penjual arbanat berkeliling sambil memainkan alat musik Rebab yaitu semacam biola. 

Ugik yang mendengar hal tersebut awalnya sempat geram karena dirinya disandingkan dan disamakan dengan penjual rambut nenek. Tetapi pada saat itu juga ia berpikir, apa yang salah dengan panggilan itu? Justru nama tersebut terkesan unik. Belum lagi Arbanat adalah jajanan yang dekat dengan anak kecil. Rasanya yang manis dan tanpa pengawet menjadikan jajanan ini ramah untuk dikonsumsi anak-anak. Dari situlah nama Arbanat String Ansamble pertama kali muncul dan dipilih oleh Ugik hingga sekarang.

Dokumen Ugik (Sugiarto)
Dokumen Ugik (Sugiarto)
Arti musik bagi Ugik
Bagi Ugik musik sudah menjadi kehidupannya. Dunia musik memang sudah ia kenal sejak masih belia melalui keluarganya. Terbukti dengan ayahnya adalah seorang pemain keroncong, ibunya pemain karawitan, bahkan kakak laki-laki dan perempuannya juga bermain musik.

"Musik dalam kehidupan Saya adalah bagian-bagian dari hidup. Dalam kehidupan sehari-hari musik itu sangat berpengaruh nagi saya. Dengan musik akan menciptakan keharmonisan hubungan antara saya dengan anak dan keluarga saya." kata Ugik.

Musik bisa sebagai penjembatan untuk sarana menyampaikan pesan. Sedangkan usia anak yang efektif untuk diberikan materi mengenai nasionalisme, budaya tradisional secara efektif paling fundamental adalah pada saat masih usia dini. Itulah alasan mengapa Ugik bertekad untuk memperbaiki hal paling fundamental dalam kehidupan anak Indonesia sekarang agar tidak tergeser oleh budaya luar yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun