Mohon tunggu...
Viola Eva Reditiya
Viola Eva Reditiya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswi Magister

Banyak orang gagal dalam hidup karena tidak menyadari seberapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Edison).

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Maskulinitas Bukan Toksik, Tapi Empati

29 Januari 2025   19:21 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak, banyak laki-laki yang masih terjebak dalam ekspektasi maskulinitas tradisional. Standar yang menuntut mereka untuk menjadi tangguh secara fisik, dominan, dan tidak menunjukkan emosi membuat banyak dari mereka kehilangan esensi sejati dari menjadi seorang pria. Seperti pesan pada gambar, "jadilah lelaki yang jujur karena yang menipu sudah terlalu ramai," maskulinitas sejati tidak terletak pada kemampuan untuk memanipulasi atau menguasai, tetapi pada keberanian untuk hidup dalam kejujuran, integritas, dan empati. Dunia sudah penuh dengan kebohongan, manipulasi, dan kepalsuan. Laki-laki sejati justru adalah mereka yang memilih jalan kejujuran, meskipun sulit.

Menghormati perempuan bukanlah kelemahan, tetapi sebuah refleksi dari karakter yang kuat. Gambar tersebut menegaskan bahwa sesulit apa pun jalan yang ditempuh, komitmen untuk mendampingi dan mendukung pasangan adalah cerminan maskulinitas yang sehat. Maskulinitas toksik sering mengajarkan bahwa hubungan adalah soal dominasi, tetapi maskulinitas yang berlandaskan empati mengajarkan bahwa hubungan adalah tentang saling mendukung dan berjalan bersama. Ketika laki-laki jujur pada dirinya sendiri dan orang lain, mereka membangun kepercayaan yang kokoh dan menghadirkan rasa aman bagi orang-orang di sekitarnya.

Empati adalah landasan penting dalam setiap hubungan, terutama bagi laki-laki yang sering diajarkan untuk menekan emosi dan menghindari rasa peduli. Padahal, empati adalah kekuatan yang luar biasa. Dengan memahami dan merasakan apa yang orang lain alami, seorang laki-laki tidak hanya menjadi pasangan, teman, atau pemimpin yang lebih baik, tetapi juga manusia yang lebih utuh. Keberanian untuk memahami perempuan, mendukung perjuangan mereka, dan menolak eksploitasi adalah langkah besar untuk membangun dunia yang lebih baik. Bukankah dunia ini sudah cukup dipenuhi mereka yang hanya mementingkan diri sendiri?

Jujur dan empati adalah kunci untuk mendobrak dinding maskulinitas toksik yang telah lama membelenggu. Jadilah laki-laki yang tidak hanya memikirkan bagaimana terlihat kuat, tetapi juga bagaimana menjadi kuat dalam prinsip dan hati. Sebagaimana pesan dalam gambar, keberanian untuk mendampingi dengan penuh kejujuran adalah karakter yang langka dan sangat berarti. Dunia membutuhkan lebih banyak laki-laki yang tidak takut menunjukkan sisi lembutnya, yang berani jujur pada dirinya sendiri dan orang lain, karena di tengah keramaian yang penuh kepalsuan, mereka yang tulus akan selalu menjadi cahaya harapan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun