Hai namaku Zahro aku sudah lulus dari SMP, sekarang aku bingung mau lanjut SMA mana. Nilai pas-pasan, tidak ada semangat sama sekali untuk melanjutkan SMA. Aku dan orang tuaku sudah pasrah, apalagi dunia? haha. Dua minggu setelah kelulusan, pendaftaran SMA sudah mulai buka. Sebenernya aku tuh pingin masuk SMAN favorit di desaku namanya SMAN Suka Maju.
Tapi impianku itu sudah sirna karna nilaiku yang pas-pasan. Kenapa aku bilang sirna? Ya karena sudah aku anggap tidak memenuhi syarat, daripada hatiku terluka karena tertolak sekolah, mending tidak perlu daftar sekalian hehe. Eh lanjut.Â
Aku mencari sekolah yang biasa-biasa saja tetapi masih negeri. SMAN Wijaya. Oke singkat cerita aku diterima di SMAN Wijaya, agak malas sih, karena sekolahnya tidak sesuai dengan harapanku. Akupun berangkat sekolah dengan rasa malas, dengan memakai seragam SMP yang sudah press body alias kekecilan.
Para calon murid baru berada di lapangan sekolah, karena memang belum  memiliki aula. Di sana diadakan acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), suasana tidak begitu asyik, nggak ada yang menarik. Hari pertama  MPLS  adalah pengumuman pembagian kelas, untungnya aku satu kelas dengan temanku Lusi yang konyol itu, lalu pengenalan guru, setelah itu istirahat. Dan berkumpul lagi untuk persiapan pulang.Â
Hari kedua MPLS para calon murid baru diajak keliling sekolah per kelas. Tidak membutuhkan waktu yang lama, karena sekolahnya yang tidak terlalu luas. Setelah berkeliling, kami istirahat, dilanjut kegiatan pengenalan organisasi yang ada di sekolah SMA Wijaya.
Kami dikenalkan oleh organisasi seperti Paskibra, Pramuka, Osis, MPK, Rohis, Atletik, Pecinta alam, PMR, KIR, Pencak silat, Rebana, Olahraga, Drumband, Karawitan. Ternyata kegiatan di SMAN Wijaya beragam juga, aku tidak menyangka. Dan semua itu aku tidak tertarik sama sekali. Aku juga bingung mauku apa. Paling aku ikutan Pramuka, itu juga karena kegiatan yang wajib.Â
Lalu ada pengumuman untuk membawa perlengkapan MPLS hari terakhir. Gila, perlengkapan yang harus dibawa tidak jelas. Kakak Osis hanya memberi ciri-ciri barang yang harus dibawa. Seperti daging pocong, roti berkumis, bolpen cita-cita, putih bergaris. Untugnya tidak disuruh membawa topi dan tas yang aneh-aneh. Beruntungnyaaa. Setelah itu kami pulang.
Di perjalanan pulang aku dan Lusi berencana untuk mencari perlengkapan MPLS itu. Kami duduk di taman bermain yang ada di desaku. Sembari aku memikirkan apa yang dimaksud dengan daging pocong dan teman-temannya.
Tidak butuh waktu lama semua barang yang dimaksud itu ketemu. Bukan aku yang nemu sih, tapi Lusi, dia anak yang pandai juga konyol, dia pandai melukis. Tembok kamar Lusi penuh dengan karyanya. Setelah itu kami langsung menuju toko untuk membeli perlengkapan MPLS hari terakhir. Lanjut.Â
Keesokan harinya para calon murid kumpul di lapangan sekolah, untuk megikuti kegiatan MPLS hari terakhir. Suasana masih sama, aku mengikuti kegiatan MPLS hanya sebatas formalitas. Kakak Osis yang memandu kegiatannya asik, tapi belum ngena ke aku.
Aku memang tidak suka ditempat ramai. Selera humorku terlalu tinggi. Beda dengan si Lusi. Seperti biasa, ada sesi istirahat, aku menuju ke kantin bersama Lusi. Aku pesan ayam geprek, Lusi pesan soto ayam dan itu semua dalam versi mie hehe.Â