Mohon tunggu...
Vio Lisna Putri Cahyani
Vio Lisna Putri Cahyani Mohon Tunggu... Lainnya - asem (anak semarang)

#terusberbenah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah Akhir Pencarian Bola Mataku yang Hilang, Apakah Aku Berhasil Mendapatkannya?

5 November 2020   07:52 Diperbarui: 5 November 2020   08:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi tidak ada pengaruhnya sama sekali, malah suara dari sosok misteri itu semakin kuat. Apakah bonggol jagung emas ini palsu? Sialan aku dibohongi penafsir mimpi, ya Tuhan apa yang harus aku lakukan.

 Akhirnya aku mencoba menusuk wajah sosok misteri itu sambil berteriak "abditeeeh" dengan keras. Sosok misteri menjerit kesakitan. Dan perlahan menghilang. Kakiku tiba-tiba lemas, akupun jatuh dan meneteskan air mata, eh aku tidak punya mata. Maksudnya aku meneteskan keringat perjuangan. 

Tiba-tiba suasana tempat yang aku injaki ini berubah, aku merasa aman, nyaman, tentram, seperti punya keluarga yang sakinah, mawardah warahmah, dan ternyata memang tempat ini berubah menjadi terang benderang, dihiasi oleh bunga-bunga indah yang bermekaran bagai bunga di surga dan diterangi oleh cahaya mentari yang amat hangat. 

Lalu tidak lama kemudian muncul penafsir mimpi. Dia memberi selamat kepadaku, dan memberi tahu tentang keberadaan bola mataku. Dia berkata bahwa aku harus menunggu munculnya bulan purnama, dan beruntungnya malam ini adalah jadwal munculnya bulan purnama. Kali ini penafsir mimpi menemaniku menunggu munculnya bulan purnama datang.

Dan malampun tiba. Aku diperintahkan penafsir mimpi untuk duduk bersila sambil menghadap ke bulan purnama, tanganku membuka menghadap ke langit dan membayangkan kalau aku sudah mempunyai kelopak mata dan dalam hati berjanji akan menggunakan mata untuk hal yang baik, dan tidak untuk melihat hal yang buruk. Kata penafsir mimpi jika tanganku terasa sudah memegang bola mata, maka aku harus memasangnya dibagian mataku. 

 Dengan fokus dan tenang aku melakukan perintah itu. Lalu aku merasakan seperti memegang bola mata, perlahan aku memasangkan bola mata itu dibagian mataku. Lalu perlahan aku membuka mataku.  Jeng  jeng  jeeng. Akhirnya aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri. 

Aku heran, kenapa berada di kasur empuk yang aku tempati untuk mengistirahatkan badanku waktu lelah? Yang lebih mengherankan lagi, jika aku menutup mata aku berada ditempat yang indah dan ditemani penafsir mimpi itu, jika aku membuka mata aku berada di kasur empuk. 

Kalau kalian jadi aku, kalian pilih yang mana? membuka mata ataukah menutup mata? Kalau aku sih pilih kedua-duanya ada saatnya menutup mata untuk bermimpi dan ada saatnya  membuka mata untuk mewujudkan mimpi itu. Sekian dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun