Sambil menutup mata, eh aku kan tidak punya mata, jadi aku mulai mengistirahatkan jiwa ragaku dan aku berpikir bahwa, kakek tua yang baik hati itu hanya punya rumah yang seperti gubuk ini tapi punya emas, entahlah, tidak perlu dipikir.Â
Aku tertidur lelap. Dan dipagi hari, kakek tua itu sudah bangun dan sedang menyiapkan sesuatu, karena penasaran akupun bertanya. Ternyata kakek tua itu akan pergi berkebun.Â
Kakek tua itu menanyai tujuanku kemana, dan aku menjawab bahwa sedang mencari jagung emas untuk mengembalikan bola mataku. Kakek itupun mengangguk dan merasa sudah paham tentangku, aku berpikir bahwa dia yang akan memberi jagung emas.Â
Yaah semoga saja iya. Kakek itu menawariku agar ikut berkebun bersamanya. Akupun mengiyakan karena ini adalah misiku untuk berbuat kebaikan pada orang lain.Â
Sesampainya di kebun, aku membantu kakek tua untuk mengambil jagung yang sudah bisa dipanen. Jagung gais..firasatku mengatakan bahwa kakek inilah yang punya jagung emas yang aku cari.Â
Dan itu memang benar, setelah selesai membantu memanen jagung, aku diberi jagung emas sebagai hadiah karena sudah bersikap baik pada kakek itu. Â
Setelah aku  mendapatkan jagung emas itu, berarti penafsir mimpi itu akan datang, aku menunggunya tapi belum muncul-muncul, apakah dia berbohong?Â
Oh tidak mungkin..tapi setelah aku melihat jagung emas itu, warna emas pada jagung belum begitu nampak, apakah aku harus menunggu agar warna emas itu terlihat jelas? Mungkin iya..Oke aku akan menunggunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H