Mohon tunggu...
vinymutia
vinymutia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

suka healing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Generasi muda terjepit beban mental dimasa pandemi

2 Januari 2025   23:05 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Generasi Muda Terjepit Beban Mental di Masa Pandemi

Malang, Jawa Timur - Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir telah membawa perubahan besar dalam cara belajar siswa. Tidak hanya berdampak pada akademik, namun juga mengancam kesehatan mental mereka. Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dari Prodi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menggali lebih dalam tentang gangguan mental dan emosional siswa selama masa pandemi.

Menurut Muhammad Ari Arfianto, salah satu peneliti utama, pembelajaran daring yang menggantikan pembelajaran tatap muka memberikan tantangan berat bagi banyak siswa. "Banyak siswa yang merasa tertekan. Bukan hanya karena sulit memahami pelajaran secara daring, tapi juga karena mereka kehilangan interaksi sosial dengan teman-temannya," ujarnya.

Stres Mengancam Jiwa Muda

Muhammad Ari menjelaskan bahwa tekanan mental seperti ini dapat memicu reaksi negatif seperti kebingungan, frustrasi, dan bahkan perubahan perilaku yang tidak sehat. Hal ini bisa berlanjut menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk kecemasan, kehilangan harapan, depresi, hingga rendahnya rasa percaya diri.

Penelitian ini melibatkan 153 siswa SMA di Malang sebagai responden. M Rosyidul Ibad, yang turut terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa hasilnya cukup mengkhawatirkan. "Sebanyak 83,25% siswa menunjukkan tanda-tanda gangguan internal seperti kecemasan dan perasaan sedih yang mendalam. Sementara itu, 21,57% mengalami masalah perhatian seperti sulit berkonsentrasi, dan 2,61% menunjukkan gangguan eksternal seperti perilaku agresif," paparnya.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah hanya 15,69% siswa yang tidak menunjukkan gejala gangguan mental atau emosional. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghadapi masalah kesehatan mental selama pandemi.

Peran Orang Tua dan Guru

Sri Widowati, salah satu anggota tim penelitian, menekankan pentingnya peran orang tua dan guru dalam mendampingi siswa selama masa-masa sulit ini. "Orang tua dan guru harus peka terhadap tanda-tanda gangguan mental pada anak, seperti murung berkepanjangan atau kesulitan bersosialisasi. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan," sarannya.

Sri juga menambahkan bahwa keterbukaan komunikasi antara siswa dan lingkungan sekitarnya dapat membantu mengurangi beban psikologis. "Anak-anak perlu tahu bahwa mereka tidak sendiri menghadapi ini. Dukungan moral sangat penting untuk mencegah kondisi ini memburuk," tambahnya.

Solusi dan Harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun