Generasi Muda Terjepit Beban Mental di Masa Pandemi
Malang, Jawa Timur - Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir telah membawa perubahan besar dalam cara belajar siswa. Tidak hanya berdampak pada akademik, namun juga mengancam kesehatan mental mereka. Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dari Prodi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menggali lebih dalam tentang gangguan mental dan emosional siswa selama masa pandemi.
Menurut Muhammad Ari Arfianto, salah satu peneliti utama, pembelajaran daring yang menggantikan pembelajaran tatap muka memberikan tantangan berat bagi banyak siswa. "Banyak siswa yang merasa tertekan. Bukan hanya karena sulit memahami pelajaran secara daring, tapi juga karena mereka kehilangan interaksi sosial dengan teman-temannya," ujarnya.
Stres Mengancam Jiwa Muda
Muhammad Ari menjelaskan bahwa tekanan mental seperti ini dapat memicu reaksi negatif seperti kebingungan, frustrasi, dan bahkan perubahan perilaku yang tidak sehat. Hal ini bisa berlanjut menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk kecemasan, kehilangan harapan, depresi, hingga rendahnya rasa percaya diri.
Penelitian ini melibatkan 153 siswa SMA di Malang sebagai responden. M Rosyidul Ibad, yang turut terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa hasilnya cukup mengkhawatirkan. "Sebanyak 83,25% siswa menunjukkan tanda-tanda gangguan internal seperti kecemasan dan perasaan sedih yang mendalam. Sementara itu, 21,57% mengalami masalah perhatian seperti sulit berkonsentrasi, dan 2,61% menunjukkan gangguan eksternal seperti perilaku agresif," paparnya.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah hanya 15,69% siswa yang tidak menunjukkan gejala gangguan mental atau emosional. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghadapi masalah kesehatan mental selama pandemi.
Peran Orang Tua dan Guru
Sri Widowati, salah satu anggota tim penelitian, menekankan pentingnya peran orang tua dan guru dalam mendampingi siswa selama masa-masa sulit ini. "Orang tua dan guru harus peka terhadap tanda-tanda gangguan mental pada anak, seperti murung berkepanjangan atau kesulitan bersosialisasi. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan," sarannya.
Sri juga menambahkan bahwa keterbukaan komunikasi antara siswa dan lingkungan sekitarnya dapat membantu mengurangi beban psikologis. "Anak-anak perlu tahu bahwa mereka tidak sendiri menghadapi ini. Dukungan moral sangat penting untuk mencegah kondisi ini memburuk," tambahnya.
Solusi dan Harapan