Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemikiran Filosofis Kierkegaard tentang Eksistensi Manusia

17 Maret 2023   23:30 Diperbarui: 17 Maret 2023   23:36 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://picjumbo.com/download?d=man-standing-on-top-of-the-mountain-free-photo.jpg&n=man-standing-on-top-of-the-mountain&id=1

Tahap-tahap dalam eksistensi manusia menurut Kierkegaard memiliki tiga tahap, yaitu: tahap estetis, etis, dan religius. Pada tahap estetis, manusia hanya mengarahkan diri pada sesuatu di luar dirinya, demi kepuasan dan kenikmatan dirinya sendiri. Ia hanya mengejar kenikmatan indrawi, dan memuaskan hasrat dan nafsunya. Tahapan estetis ini mengekspresikan kebebasan manusia. Namun pada tahap ini manusia mengalami ketakutan, yaitu perasaaan tidak enak dan kebosanan. Kesenangan yang dicarinya itu tidak terbatas, sedangkan keadaan dirinya terbatas dalam hal pemenuhan tersebut, akhirnya ia menjadi putus asa. 

Seseorang yang berada pada tahap ini pada akhirnya akan mengalami keputus-asaan. Di sinilah ia mengalami pengalaman eksistensial, di mana ia dihadapkan pada dua pilihan, yakni tetap pada keadaan ini atau melompat pada tahap yang lebih tinggi, yakni tahap etis? Namun untuk mencapai tahap selanjutnya dalam eksistensi manusia, diperlukan tindakan memilih, yang melibatkan kehendak bebas manusia, dan komitmen pribadi dari keseluruhan diri manusia. Kedua hal ini menjadi syarat bagi seseorang untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Usaha ini disebut lompatan eksistensial.

 Lompatan eksitensial bukan sekedar perubahan dari cara pikir saja, tetapi lebih pada kehendak dan pilihan yang mengarah pada tindakan tertentu. Di sini dibutuhkan komitmen personal dari pribadi yang integral. Lompatan eksistensial ini dilakukan oleh manusia dengan pilihannya sendiri. Ia mencapai tahap yang lebih tinggi dari sekedar kenikmatan estetis, tetapi ia mencapai tahap etis, dan menjadi manusia etis.

Pada tahap ini, manusia menguasai dan mengenal dirinya sendiri. Ia berusaha untuk menyesuaikan tindakannya dengan nilai-nilai moral. Ia bukan sekedar mengerti perbedaan baik dan buruk, tetapi juga mengamalkan kebaikan itu dalam kehidupan konkret. Dalam taraf ini, manusia menerima pembatasan dari standar nilai moral dan kewajiban, yang merupakan suara akalbudi universal, yang memberikan bentuk dan konsistensi bagi hidupnya. 

Akan tetapi pada taraf etis manusia masih menemukan keterbatasan dari eksistensinya. Ia menyadari akan kedosaan dirinya, namun ia tidak mampu menjelaskannya, sebab pada taraf ini manusia tidak mampu memahami dosa. Maka, manusia kembali dihadapkan pada pilihan untuk tetap tinggal dalam keadaan ini, atau beralih pada tahap yang lebih tinggi, yaitu tahap religius? Tahap religius hanya dapat dicapai oleh manusia melalui lompatan iman.

 Pada tahap religius, manusia menjalin relasinya yang personal dengan Yang Tak Terbatas. Ia menyadari keterbatasannya dan kedosaannya, maka ia membutuhkan Pribadi Lain Yang Tak Terbatas. Ia berhadapan dengan Paradoks Absolut, yang berada di luar kemampuan rasional manusia. 

Disini manusia menemukan realita yang berbeda dengan realita yang ia alami pada tahap etis. Contoh yang diberikan oleh Kierkegaard ialah sikap yang diambil oleh Abraham yang berada pada tahap religius dan dibandingkan dengan Sokrates yang berada pada tahap etis. Abraham melakukan sesuatu yang absurd bagi manusia, yakni ingin mengorbankan anaknya, tapi tindakan ini didasari oleh imannya yang taat secara total kepada Allah. Tahap religius ini juga merupakan suatu pertualangan, penuh resiko, dan tetap membutuhkan komitmen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun