Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pertarungan Mitos dan Logos

3 Maret 2023   22:54 Diperbarui: 3 Maret 2023   22:55 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat lahir dari kegelisahan dan ketidakpuasan manusia akan jawaban-jawaban yang diberikan oleh Mitos. Para filsuf awal mempertanyakan Mitos, karena tidak masuk akal. Maka, mereka berusaha mencari jawaban yang lebih masuk akal menurut akal budi manusia. Jawaban yang masuk akal itulah yang disebut dengan logos. Logos berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti.  

Sejak zaman Thales, Filsuf pertama, hingga saat ini Mitos tetap ada, dan bahkan terus berkembang di zaman sekarang. Bukan hanya di daerah-daerah pedalaman, tetapi di perkotaan juga masih banyak orang yang lebih percaya kepada Mitos dari pada Logos. Mitos terdapat dalam setiap budaya dan adat yang berlaku di masing-masing daerah.  

Memang sebelum manusia mengenal teknologi dan ilmu pengetahuan modern, Mitos menjadi satu-satunya jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam pikiran manusia, ketika mereka berhadapan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Namun, tak dapat dipungkiri pada zaman sekarang di mana teknologi dan ilmu pengetahuan sudah berkembang pesat, Mitos masih menjadi referensi bagi orang-orang yang mau mencari jawaban atas segala permasalahan hidupnya. 

Contohnya ketika seseorang sakit, maka ia akan mencari penyebab dari penyakit itu, agar mendapatkan pengobatan yang tepat. Bila seseorang yang percaya kepada Mitos, bisa jadi jawabannya adalah pengaruh dari roh-roh halus yang menyebabkan dia jatuh sakit. Maka, solusinya dia akan melakukan berbagai macam ritual, agar bisa sembuh dari sakit tersebut. Setelah ritual itu ternyata tidak mempan dan ia tidak kunjung sembuh, barulah ia berobat secara medis. Namun, sayangnya penyakit itu sudah parah dan tak tertolong lagi, dan menurut analisa dokter penyakit itu bukan dari roh halus, tetapi virus. 

Maka, sudah saatnya kita meninggalkan Mitos dan beralih ke Logos. Logos kita dapat berkembang jika kita tekun belajar Filsafat. Filsafat membuka ruang bagi perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang, baik ekonomi, kesehatan, sosial, agama, politik, dan lain-lain. Dengan berfilsafat, maka pikiran kita akan terbuka terhadap dunia dan sekitarnya. Orang yang sungguh berfilsafat tidak akan terkurung dalam Mitos maupun ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. 

Namun, Filsafat juga harus tahu diri. Filsafat bisa mempertanyakan segala sesuatu, tetapi tidak dapat mengupas tuntas segala sesuatu. Tetap ada batas-batas bagi pemikiran manusia, terutama berhadapan dengan hal-hal yang bersifat Ilahi. Jadi, kita bisa berfilsafat sejauh fenomena yang kita hadapi itu mampu dinalar dan dipahami oleh akal budi manusia. Akan tetapi selebihnya, yang berkaitan dengan Misteri, kita serahkan kepada Agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjawabnya, dan bukan kembali lagi kepada Mitos.

Pertarungan Mitos dan Logos merupakan pertarungan abadi. Mitos diwariskan turun temurun dalam keluarga dan masyarakat. Namun, di sisi lain Logos dikembangkan di sekolah-sekolah dan di kalangan intelektual. Pilihan ada pada diri kita masing-masing: "Apakah mau tetap mengandalkan Mitos atau mengembangkan Logos dalam kehidupan kita?" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun