Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Humanisasi Teknologi: Analisis atas Pabrik dalam Perspektif Habermas

1 Maret 2023   19:35 Diperbarui: 1 Maret 2023   19:36 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221116210428-92-874793/pengusaha-nilai-ada-salah-pemahaman-soal-relokasi-pabrik

Perkembangan teknologi di satu sisi memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, sebab dengan adanya penemuan baru di bidang ini, kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan lebih optimal dan efektif. Tidak diragukan lagi sejak revolusi industri, segala kebutuhan manusia dapat diproduksi dengan cepat dan berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Akan tetapi di sisi lain, perkembangan teknologi juga membawa dampak yang negatif bagi kehidupan manusia.

Salah satu fenomena perkembangan teknologi di bidang industri adalah pabrik. Pabrik mengolah berbagai jenis kebutuhan manusia, dengan jumlah yang besar dan menjamin keefektifan dan keefesienan dari hasil produksi. Memang, sebagaimana dikatakan di atas, bahwa pabrik ini berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, dengan jalan menghasilkan berbagai kebutuhan manusia. Namun, pabrik juga membawa dampak negatif bagi lingkungan dan hidup manusia. Kita dapat melihat secara langsung, bagaimana pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya pabrik, misalnya: polusi udara akibat asap hitam yang dikeluarkannya, dan pembuangan limbah ke sungai, sehingga mengganggu kesehatan warga yang tinggal di dekat kompleks industri.

Teknologi yang Tidak Bebas Nilai 

Fenomena pencemaran lingkungan dan terganggunya kesehatan manusia akibat pabrik, menjadi fokus dalam tulisan ini, yang akan dibahas dengan sudut pandang filsafat Habermas. Namun, sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai analisis permasalahan, penulis ingin menampilkan latarbelakang tokoh dan pemikirannya. Sekiranya dengan pendasaran ini, kita dapat memperoleh suatu analisis yang lebih kritis dalam menanggapi realita keberadaan pabrik ini.

  

Jurgen Habermas 

Jurgen Habermas lahir di Gummersbach pada tahun 1929. di universitas kota Gottingen, ia belajar kesusasteraan Jerman, sejarah, dan filsafat, serta mengikuti kuliah di bidang psikologi dan ekonomi. Sesudah beberapa tahun di Zurich, ia meneruskan studi filsafat di Univeritas Bonn, dan meraih glear "doktor filsafat" (1954). Habermas juga berkecimpung dalam bidang politik, terutama sehubungan dengan diskusi yang hangat di Jerman pada saat itu tentang persenjataan kembali (rearmament).

Kemudian, pada tahun 1956 Habermas berkenalan dengan Lembaga Penelitian Sosial di Frankfurt dan menjadi asisten Adorno. Ia juga sangat populer dalam kalangan mahasiswa Jerman (pada awal tahun 60-an) dan oleh beberapa golongan dianggap sebagai ideologi mereka, khususnya beberapa golongan SDS (Sozialistische Deutsche Syudentenbund

Humanisme 

Habermas memberikan sebuah sumbangan pemikiran filsafat, yaitu teori kritis. Dalam teori kritis ini ia mengkritik filsafat Karl Marx. Menurut dia, filsafat Marx masih sangat tergantung pada filsafat Hegel. Prandaian-prandaian metafisis yang masih menentukan ajaran Marx harus diganti dengan kritik atas masyrakat. Ditambah lagi dengan kegagalan Marx dalam sejarah, bahwa apa yang dicita-citakannya, yakni masyarakat tanpa kelas tidak pernah terwujud (utopia), justru saat ini kelas masyarakat semakin terintegrasi.

Sebagai seorang penerus teori kritis, Habermas merancang pemikiran yang memberikan perhatian pada teknologi. Pemikiran ini disebut "logika interaksi". Logika  interaksi dikatakan bahwa, kepentingan melekat bukan pada penguasa, melainkan pada saling pengertian atau komunikasi. Inti dialog ini ialah dialog yang berlangsung berdasarkan pengakuan satu sama lain antara orang-orang yang mengambil bagian dalam bagian tersebut, di mana diusahakan untuk menaklukkan kemungkinan-kemungkinan teknologis pada humanitas. 

Model interaksi ini menentukan pengertian Habermas tentang politik. Tugas politik adalah menjamin terwujudnya suatu ruang lingkup bebas-penguasaan (herrschaftsfrei) yang serasi bagi diskusi di mana setiap orang mengakui yang lain dan mencari dasar saling pengertian dalam kebebasan dan persamaan mereka bersama. Diskusi dialogis dan bebas-penguasaan ini dianggap Habermas juga sebagai ruang lingkup di mana orang harus mencari kesepakatan tentang tujuan-tujuan yang dapat diakui semua sebagai tujuan-tujuan untuk mewujudkan humanitas.

Dalam lingkup ilmu pengetahuan, Habermas mengemukakan, bahwa ilmu pengetahuan itu tidak dapat lepas dari kepentingan. Pengetahuan malah hanya mungkin sebagai perwujudan kebutuhan manusia yang terungkap dalam suatu kepentingan yang fundamental. Jadi, ilmu pengetahuan bukan saja tidak dapat bebas dari nilai, melainkan harus menjadi medium kepentingan.

Berkaitan dengan humanisme, berarti kita berbicara mengenai moral yang memungkinkan suatu tindakan dinilai manusiawi atau tidak. Berikut ini kutipan dari tulisan Habermas, yakni "Etika Diskursus", yang menjelaskan tentang prinsip moral:

"...intuisi yang terungkap dalam gagasan bahwa prinsip-prinsip harus dapat diuniversalisasikan mengatakan lebih: norma-norma sah mesti berhak diakui oleh semua orang yang terlibat....sebuah titik tolak hanya boleh dianggap tidak berpihak apabila titik tolak itu menjamin bahwa norma-norma yang dapat diuniversalisasikan hanyalah norma-norma yang dapat diharapkan akan disetujui umum karena kelihatan sesuai dengan kepentingan bersama semua pihak yang bersangkutan -- dan karena itu pantas diberi pengakuan intersubjektif...."

Habermas tidak memberikan nilai moral yang secara definitif atau partikular, misalnya: keadilan, kejujuran dan lain-lain. Tetapi ia memberikan metode untuk mengkritisi suatu nilai moral yang sudah ada di dalam masyrakat.

 

Penilaian Atas Pabrik 

Suatu teknologi itu tidak bebas nilai dan selalu dibarengi dengan kepentingan. Begitu pula dengan fenomena pabrik di atas, pasti ada kepentingan di balik keberadaan pabrik tersebut. Kita dapat menerka, bahwa kepentingan-kepentingan itu ialah kepentingan dari perusahaan yang mengelola, berkaitan dengan laba. Selain itu, ada juga kepentingan dari masyrakat, yakni kebutuhan akan barang-barang produksi yang mereka perlukan sehari-hari. Berbagai kepentingan dapat diungkapkan dari fenomena pabrik ini.

Menurut Habermas, kepentingan dari suatu teknologi tidak boleh berasal dari kepentingan penguasa. Dalam hal ini, pengelolaan pabrik tidak boleh semata-mata menjadi perwujudan dari kepentingan perusahaan dan pemerintah. Namun, harus juga memperhatikan kepentingan dari masyarakat. Kepentingan masyarakat pun jangan hanya dilihat dari pihak konsumen yang membutuhkan produk tersebut, tetapi juga orang-orang sekitar yang berada di pemukiman industri. Para warga ini juga mempunyai kepentingan, misalnya: mereka membutuhkan udara yang segar, air yang bersih untuk kehidupan mereka sehari-hari.

Dari segi kepentingan, pabrik telah melanggar kepentingan orang lain. Bahkan kepentingan yang fundamental, yakni hak untuk hidup, yang tercermin dari hak akan hidup yang sehat (bebas dari penyakit). Demikian juga dari segi moral, pabrik sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bebas nilai. Dalam hal ini, pabrik dapat dinilai secara moral.

Sebenarnya, permasalahan utama dari pabrik ini bukanlah mengenai keberadaannya, tetapi lebih pada efeknya. Akibat yang disebabkan dari pabrik ini yang menimbulkan masalah bagi lingkungan dan warga sekitarnya. Melihat kondisi saat ini yang semakin marak akan kemajuan teknologi, tapi tidak sebanding dengan penghargaan atas martabat manusia, maka perlu diusahakan pabrik yang ramah lingkungan, baik dari segi proses produksinya, maupun dalam pengolahan limbahnya. Hal ini diusahakan, supaya kita tidak lagi menjadi korban dari kemajuan teknologi, tetapi menjadi tuan atas teknologi.

Jika para filsuf pendahulu berbicara mengenai nilai-nilai kemanusiaan, dan bagaimana memanusiakan manusia, kini di zaman teknologi ini kita mempunyai tugas untuk memanusiakan teknologi. Artinya, kita menjadikan teknologi sebagai sarana untuk mewujudkan humanitas di dalam masyarakat. Maka, menjadi tugas dari para ilmuwan dan pihak perusahaan industri untuk memperhatikan masalah ini. Dengan demikian, masyarakat dapat menjadi sejahtera berkat kehadiran teknologi yang manusiawi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun