Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Metafisik dari Pertanian Organik (Bagian 1)

26 Februari 2023   01:26 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:03 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan Alam di Pedesaan (Dok.Pri)

Alam sebagai tempat tinggal bagi semua makhluk hidup, kini telah mengalami kerusakan yang amat parah. Kerusakan tentunya mengakibatkan sesuatu yang buruk bagi setiap individu. Hal ini dapat dirasakan oleh penduduk yang berada di perkotaan. Setiap hari mereka menghirup udara yang kotor oleh debu dan asap kendaraan atau pabrik. 

Polusi udara ini yang merusak alam perkotaan. Akibatnya, banyak sekali orang yang terserang penyakit, entah itu sesak nafas atau batuk, dan lain-lain. Selain itu, kita bisa melihat keadaan sungainya juga. 

Sungai bukan lagi menjadi sumber air minum, tetapi tempat pembuangan sampah atau limbah pabrik. Pencemaran di darat juga nampak dengan bertebarannya sampah di mana-mana. Demikianlah sedikit gambaran pencemaran yang terjadi di perkotaan.

Ternyata kerusakan alam tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di pedesaan. Namun, kerusakan ini dalam bentuk yang berbeda. Kalau di kota, pencemaran terjadi pada hampir semua alam, yaitu: udara, air, dan tanah. 

Sedangkan di desa, pencemaran lebih pada tanah. Sejauh yang diketahui dan dialami oleh penulis, tanah di pedesaan sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian atau perkebunan. 

Hal ini terjadi, karena latar belakang penduduk desa yang mayoritas bermatapencaharian sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahan yang luas untuk dijadikan sawah atau ladang. Di sanalah mereka bercocok tanam, misalnya: padi, ketela, atau sayur-sayuran.

Banyak orang beranggapan bahwa alam di desa masih murni, asri, atau utuh. Namun kenyataannya, pencemaran telah terjadi dari perkotaan hingga ke pedesaan yang jauh dari keramaian kota.

Apabila pencemaran ini terjadi di desa, dan bersentuhan langsung dengan matapencaharian mereka, yaitu pertanian atau perkebunan, maka hal ini akan membawa dampak buruk bagi kehidupan mereka sekeluarga.

Pencemaran yang terjadi pasti ada penyebabnya. Penyebab tersebut ialah manusia. Hal ini terjadi dan ada, sebagaimana telah kita lihat pada fenomena di atas, karena adanya manusia. Manusia bertindak berdasarkan pengetahuannya. 

Kalau berbicara tentang alam, berarti pengetahuannya tentang alam. Bagaimana kita memahami alam? Dan bagaimana kita memperlakukannya? Mari kita bedah dengan Filsafat Plotinus 

Filsafat Alam Plotinus

Filsafat Plotinus sebagaimana termuat dalam buku Enneads, menjelaskan asal mula segala sesuatu. Secara metafisik, ia menerangkan penciptaan segala sesuatu yang ada di bumi ini. Penciptaan itu disebut emanasi (penyinaran). Penyinaran tersebut berawal dari The One (Yang Satu) dan menurun kepada Nous (intelek), Soul (jiwa), dan materi. 

Selain itu, ada juga ajarannya yang mengajak kita untuk berkontemplasi dari hal yang material kepada soul, nous, dan yang tertinggi, yaitu The One. Hal ini disebut sebagai pemurnian, agar kita dapat kembali kepada sumber segala sesuatu. 

The One sebagai pencipta memiliki sifat yang transendental. Ia melampaui segala sesuatu. Dialah sumber segala sesuatu, maka secara logika Ia harus dibedakan dari segala sesuatu, sebab prinsip filsafat mengungkapkan, bahwa segala sesuatu yang tinggi harus dibedakan dengan segala sesuatu yang rendah. The One melebihi segala sesuatu, oleh karena itu Ia berbeda dari segala sesuatu dan bukan segala sesuatu itu sendiri. 

Plotinus mengatakan bahwa The One memiliki atribut, yaitu kebaikan. Dari The One muncullah Nous/ intelektual. Akan tetapi dalam Nous ini tidak lagi murni seperti The One, sebab dalam dirinya ada subjek pemikir dan objek yang dipikirkannya. 

Di dalam Nous terdapat banyak ide-ide segala sesuatu (ide abadi). Konsep ini diambil Plotinus dari pemikirannya Plato, yaitu Demiurgos. Demiurgos ini memandang ide-ide abadi, kemudian menciptakannya ke dunia material.

Emanasi ini dapat dianalogikan seperti matahari yang menyinari segala sesuatu sehingga kita dapat melihatnya, dari yang terdekat sampai pada yang terjauh, bahkan ada hal juga yang tidak disinari olehnya. 

Setelah tercipta Nous, maka dalam dalam diri Nous muncullah Soul (jiwa). Dalam diri jiwa juga terdapat dua jiwa, yaitu jiwa dunia dan jiwa individual. 

Jiwa dunia ini tak bertubuh dan tak kelihatan, tetapi ia tetap berhubungan dengan dunia super-inderawi (super-sensual world) dan dunia inderawi (sensual world). Ia tidak hanya berhubungan dengan Nous, tetapi juga dengan dunia alamiah (nature).

Ada dua posisi yang diberikan oleh Plotinus dalam menjelaskan jiwa dunia ini, yaitu jiwa yang tertinggi, yaitu jiwa yang dekat dengan Nous, dan jiwa terendah yang dekat dengan materi. Jiwa dunia inilah yang menjaga keharmonisan alam semesta dan keteraturannya. 

Jiwa lainnya adalah jiwa individual, yang merupakan penggabungan dari jiwa dan materi. Dalam hal ini segala makhluk hidup merupakan jiwa individual, termasuk manusia.

Ciptaan yang terjauh adalah materi, sebab keberadaannya jauh dari The One yang menyinari. Bahkan dikatakan bahwa materi itu tidak memperoleh penyinaran, sehingga ia disebut kegelapan. 

Meskipun demikian, ia ada karena ada The One, dan ia muncul hasil dari proses emanasi. Perbedaannya dengan ciptaan lain, (Nous dan Soul) ada pada dirinya sendiri, yaitu keberadaannya yang terbatas dan terendah di alam semesta ini.

Emanasi atau penyinaran merupakan gerak menurun dari The One menuju ke segala yang ada. Inilah proses penciptaan menurut Plotinus. 

Selain itu, Plotinus juga memberikan pemikiran tentang pemurnian, yang merupakan gerakan menaik menuju ke The One, sebagai sumber segala sesuatu. Proses tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: melalui kesenian, berfilsafat, dan berkontemplasi.

Memang, dalam filsafatnya Plotinus terkesan merendahkan alam yang kelihatan. Akan tetapi, kita perlu memahami kosmologinya dengan melihat perhatiannya yang lebih menekankan kesatuan dan keharmonisan dari alam semesta.

Bersambung .................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun