Secara arsitektur pada mulanya rumah betang ini didirikan sebagai antisipasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan bentuk bangunannya yang tinggi, rumah ini menjadi aman terhadap bahaya banjir, dan ancaman binatang buas yang pada waktu itu masih banyak terhadap di hutan Kalimantan.Â
Memang sekilas rumah betang ini memiliki nilai praktis dari pada estetis. Namun tidak berarti bahwa rumah betang ini terlepas sama sekali dengan nilai estetis, melainkan di dalamnya terkandung baik itu nilai estetis secara fisik, maupun filosofis.
Dari segi estetika, rumah betang memiliki keindahan yang tampak dari ukiran-ukiran yang sangat indah dan menjadi ciri khas dari seni tradisional Kalimantan.Â
Pada bagian depan rumah betang terdapat bale yang berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu. Bale ini memiliki interior yang sangat indah, karena setiap dindingnya terdapat ukiran-ukiran atau lukisan yang indah. Seni ukir dan motif ini bersifat natural.Â
Ukiran dan motif ini menyimbolkan akar-akar dari pepohonan yang saling berhubungan dan bekerja sama. Kerja sama dan relasi sosial ini menjadi cerminan dari kehidupan masyarakat Dayak. Dengan demikian seni dari rumah betang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata.
Rumah betang menjadi pusat dari aktivitas sosial masyarakat Dayak. Selain memiliki nilai seni yang tinggi, rumah betang juga mengandung nilai-nilai luhur, antara lain:
(1) kekeluargaan, kebersamaan, toleransi, dan solidaritas. Hal ini tampak dengan semangat berbagi, ketika mereka memperoleh binatang buruan, pasti hasil buruan tersebut dibagi-bagikan kepada tetangga mereka.Dalam rumah betang ini juga tercipta kerukunan, kedamaian, hidup yang sejahtera, dan kesederhanaan.Â
(2) Edukatif dan filosofis. Dalam kehidupan sehari-hari, bagian terbuka dari rumah betang menjadi tempat para pemuda Dayak untuk belajar dari para tetua mereka. Di situlah sejarah lisan, tradisi, dan filsafat hidup dengan berbagai kebijaksanaan dan pengetahuan asli manusia Dayak, yang terkandung dalam sejumlah cerita rakyat dan pengalaman hidup diturunkan dari generasi ke generasi.Â
(3) Pengembangan kreativitas dan karya seni. Tempat ini juga digunakan oleh para putri Dayak untuk belajar menganyam dan menenun. Selain itu, rumah betang juga digunakan untuk acara ritual, pengadilan adat, dan perundingan dalam mengambil keputusan bersama yang harus ditaati oleh setiap orang.Â
Bersambung.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H