Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Kerukunan Hidup, Mzm. 133

23 Oktober 2024   12:31 Diperbarui: 23 Oktober 2024   12:34 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri. Merpati Simbol damai)

Memaknai Kerukunan Hidup Dalam Konteks Biblis, Mzm. 133

(By:  V. Al Hayon, Suswati D. Aldrin)

Topik dari Mazmur 133 adalah "Hidup bersama dengan rukun." Atas topik ini ada satu keyakinan bahwa  kehendak untuk hidup rukun bersaudara ada pada semua umat beriman, baik itu pada tataran mikro maupun makro.

Teks Mazmur ini adalah juga nyanyian ziarah yang secara umum dinyanyikan ketika umat Israel dari berbagai pelosok desa, kota dan negara bahkan belahan dunia berbondong-bondong ke pusat perayaan akbar di Yerusalem. Biasanya berkisar pada hari-hari menjelang perayaan Paskah Yahudi.

Liryk Mazmur ini terbentuk dari penyataan-pernyataan yang berkaitan dengan pure fraternity (kerukunan hidup dan persaudaran sejati), yang dapat diurai sebagai berikut, pertama, "Sungguh alangkah baik dan indahnya".  Browning (2016) dalam Kamus Alkitab menguraikan bahwa "Kata "baik" di sini bukan ada pada level "baik biasa", karena kata itu diterjemahan dari kata "TOV" (Tulisan Ibraninya:  ).

Kata "TOV" (= ) ini muncul pertama kali pada kitab Kejadian pasal 1:31; "Tuhan melihat segala sesuatu yang diciptakanNya "Sungguh Amat Baik". Lembaga Alkitab Indonesia menggunakan tiga suku kata; "Sungguh, Amat, dan Baik", untuk mengartikan teks Ibrani TOV yang di pakai oleh Mazmur 133; "Sungguh alangkah baik" atau TOV.  

Dengan demikian kata "baik" yang dimaksud dalam Mazmur 133 itu bukan "baik" berdasarkan ukuran manusia, tetapi ukuran dari pihak Tuhan, (adalah "sungguh amat baik").

Kedua, "Apa yang dibuat sehingga disebut baik?"  Serupa ketika orang berdiam dengan rukun, itu lah ukuran dari "baik". Duduk diam itu artinya duduk bersama atau hadir bersama dengan rukun. Kata rukun di sini diterjemahkan dari kata YA-HAD, artinya bukan cuma rukun tetapi mengandung arti kedua, "damai dan harmonis". Jadi kandungan arti lainnya adalah "duduk bersama tanpa ada pertikaian dan suasana yang dibangun adalah harmonis".

Teks mzm 133 ini sangat berkaitan erat dengan realitas jalinan persaudaraan antara Israel Utara dan Israel Selatan yang sering konflik, hidup tidak damai dan tidak harmonis. Karena itu Mazmur ini adalah refleksi atas realitas yang diangkat penulisnya (Daud) dengan visi dan harapan bahwa betapa kemudian dari perbedaan (karena konflik itu) besar ini, mereka duduk sama-sama lalu menganggungkan tentang tidak ada pertikaian, bahwa kami sedang harmonis.

Ketiga, penegasan pernyataan "sungguh amat baik" pada ayat ke-3 terakhir dari Mazmur 133 ini bunyinya: "Tuhan perintahkan berkat" selalu untuk dan pada situasi yang "sungguh amat baik" (damainya, keharmonisanya, dan rukunnya). "Ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat".

Atas ayat ini tampil pertanyaannya seperti ini, "Model berkat yang bagaimana yang mau disampaikan Daud?" Tentunya model berkat itu "melimpah ruah seperti minyak di kepala Harun meleleh ke jangut dan sampai ke leher jubahnya".

Cobalah dideteksi makna penggunaan kata "Minyak." Dalam mazmur 23 "minyak" menunjuk tentang kesukaan. Dalam Yesaya 1:6, "Minyak" sama dengan/ simbol ketentraman. "Minyak" juga bicara soal urapan seorang imam sebagaimana di Kitab Keluaran, 30, dan sangat erat kaitan dengan atau menyebut tentang "kepantasan, kelayakan atau kesucian".

Sehingga bicara soal berkat yang Tuhan perintahkan pada suasana damai yang sungguh amat baik itu, adalah bicara tentang "kesukaan," bicara tentang "ketentraman" dan bicara tentang "kesucian-kekudusan". Oleh karena itu ketika dikorelasikan dengan pernyataan tentang "Minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut lalu ke leher jubah" sesungguhnya sedang berbicara tentang "kelimpahan".

"Berkat yang diperintahkan" itu sungguh melimpah, tumpah ruah sehinga merembes, meleleh ke leher jubbah. Ini menunjukkan porsi "berkat"  yang melebihi dari apa yang pernah diberikan Tuhan kepada Bangsa pilihan-Nya.

Pada titik ini yang dipersoalkan adalah soal kuantitas, jumlah namun dalam konteks tulisan Daud ini adalah soal kualitas atau mutu. Pertanyaanya, "Seperti apa kelimpahan yang berkualitas itu"? Jawaban biblisnya adalah seperti "embun di gunung Hermon mengalir ke bukit-bukit Sion".

Walau demikian jawabannya namun secara realistik logic hal ini tidak mungkin, bahwa embun dari gunung Hermon menetes (mengalir) sampai ke bukit-bukit Sion. Bagaimana hal itu mungkin? Gunung Hermon posisinya di wilayah utara, gunung ini diyakini gunung tertinggi di Palestina, letaknya hanya 22 km di sebelah utara "Kaisarea Filipi" memiliki ketinggian sekitar 2814 dari permukaan air laut.

Sion terletak di wilayah selatan. Kita kemudian berusaha membayangkan seperti ini, embun itu mengalir dari utara ke selatan. Bisa? (hanya mungkin bagi Allah). Tetapi ketika bicara soal kualitas, maka jelas bahwa situasi alam panas terik tidak menghalangi embun itu mengalir dari utara menuju selatan, tidak bicara jumlah tetapi dia bicara soal kualitas, sehingga point yang berkaitan dengan "berkat yang diberikan Tuhan" bukan cuma soal kelimpahan, berlimpah melebihi porsi tetapi Tuhan berikan yang berkualitas, dan kualitasnya tidak dapat dibandingkan dengan apapun.

(Dokpri. Penyuluh Agama, garda depan Kerukunan)
(Dokpri. Penyuluh Agama, garda depan Kerukunan)
Keempat, Penegasan pernyataan pada Mazmur di atas hanya terjadi dan diperintahkan untuk mengalir dan berlaku hanya bagi atau untuk mereka (orang-orang/ pribadi-pribadi/kelompok-kelompok) dalam kondisi yang "sungguh amat baik, benar-benar harmonis, rukun dan damai". Pada kondisi itulah berkat dicurahkan.

Pemaparan atas dasar tafsiran di atas menuntut refleksi lanjut, "Bagaimana mengkondisikan tafsiran berkaitan dengan "kerukunan hidup yang berkelimpahan dan berkualitas" pada situasi dan kondisi hidup sosial religious kita? 

Ketika damai sejahtera tersendat dalam kebersamaan hidup, merasa tidak diberkati, jangan-jangan Yahad (kondisi kerukunan) tidak dimiliki, sedang tidak terjadi dan menyebabkan berkat tidak diperintahkan oleh "Yang Empunya Berkat." Karena berkat dari Tuhan hanya terbuka bagi keadaan (suasana) yang sedang rukun. Katakan rukun beresiko berkat atau mendatangkan berkat.

Hal-hal seperti kondisi yang tidak rukun, tidak harmonis biasanya dianggap sepeleh dan lumrah, tetapi sesungguhnya amat penting, sementara kualitas rukun itu harus dalam takaran Tuhan, yakni "Tov" atau "sungguh amat baik" supaya ke sanalah berkat diperintahkan.

Bagaimana mungkin kita akan bicara tentang kerukunan, suasana damai kalau fokus kehidupan diarakan kepada perbedaan, diarahkan kepada kepentingan yang tidak sama, bahkan acap kali realita ini menjadi batu sandungan untuk melahirkan skisma atau perpecahan. Kita pun harus sadar bahwa perbedaan sekalipun adalah anugerah dari Tuhan, kita diajak untuk belajar pada tanda alami pada pelangi atau "Busur Allah".

Warnanya merah, kuning dan hijau, dan lain-lain yang membentuknya, kemudian kita menyebut pelangi itu indah. Jika semua warnanya merah? Biarkan merah tetap merah, kuning tetap kuning dan tidak melebur, tetap berdiri sendiri, apa jadinya? Menariknya warna-warna itu saling bergandeng, mereka membusur dalam perbedaan dan membentuk kurfa yang menarik, dan amat baik (indah) di mata yang melihat.

Itu tanda Tuhan, untuk pembebasan manusia dari hukuman air bah. Tentunya kerukanan anatarkita, antarumat beragama harus merujuk pada tafsiran ini agar damai, rukun, harmonis sejati kita miliki dan ke sana Tuhan melipahkan berkatNya.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun