Apa yang mau dikata sekarang? Kekayaan dan kehormatan, elok rupa-performance secara fisikly menawan, strategi perang yang jitu, kemampuan intelektual-Keceradasan otak yang mumpuni- tidak cukup menjadi pemimpin populis elok, apalagi massa-umat yang dipimpin adalah massa-umat Allah.
Saul Sang Pemimpin populis yang elok rapuh oleh tindakan dan kebijakannya karena menyalahi kehendak Tuhan, akhirnya harus lengser dari kedudukan dan turun dari jabatan sebagai raja.
Eksegese kontekstual bagi pemimpin hari-hari ini dengan bercermin pada pola kepemimpinan Saul yang disiarkan secara biblis adalah selain segala keistimewaan yang dimiliki secara pribadi (sebagai gift), termasuk Phisical Capital, dan IQ (=Kecerdasan Otak) yang tinggi, harus dibarengi dengan sikap "taat dan patuh" (Obidience-Loyalty) pada Allah, jujur (honesty) dalam kehidupan dan tugas, memiliki "SQ" (=Kecerdasan Spiritual), dalam arti takut pada Allah, punya "EQ" (=Kecerdasan Emosional) yang tegak-vertikal, bukan "jongkok", punya sikap syukur (Gratitude) dan tulus mengakui kebahagiaan-kesuksesan orang lain, bukan jelous kepada oposan yang berhasil seperti kepada Daud yang siap menggantikannya sebagai Raja Israel.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H