Hal ini terbukti manakala ia membantu Suku Yabes menang perang melawan Bani Amon. (lih. 1 Sam Pasal 11-14). Saul muda tidak mengerti strategi berperang karena pekerjaannya sebagai peternak. Tetapi ia punya strategi jitu, yakni melakukan "gerakan wajib perang" bagi semua warga Israel.
Praksis strategi adalah ia membagikan potongan-potongan daging kerbau kepada seluruh warga Israel (untuk membantu mereka) dengan pesan, "Seperti potongan-potongan kerbau ini demikian juga kuperlakukan kalian jika tidak menemuiku di lapangan."
Setelah seluruh umat Israel berkumpul di lapangan dan puluhan ribu siap berbaris bersamanya (Lih. 1 Sam. Pasal 12-13), dia mengatur mereka ke kelompok 3000-an, dan bersama Suku Yabes maju memerangi Bani Amon. Mereka kemudian menang perang.
Keunggulan-keunggulan Saul secara fisik, pemikirannya, status sosialnya  dan back ground ekonmi keluarga (dan diyakini atas penyelenggaraan Tuhan) sangat memungkinkan Saul terpilih sebagai Raja Israel. Prosesnya sebagai berikut (Lih. 1 Sam 10:17), ketika Saul sedang menggiring keledai dan sibuk dengan urusannya, massa-umat sedang berkumpul, siap untuk pemilihan raja. Si Pemuda Saul dipanggil untuk proses pemilihan ini.
Ketika Saul berdiri di tengah massa-umat yang berkumpul, semua yang hadir terkagum-kagum melihat Saul. Dari ujung rambut sampai ujung kaki "sangat elok" (=Tob), amat dewasa di usianya, dan datang dari turunan berada. Segala kriteria dan persyaratan dipenuhi. Â Kemudian Samuel mengurapi Saul jadi Raja Israel dan Seluruh hadirin langsung melegitimasinya. Saul menjadi Raja Israel.
Latar belakang keluarga. Raja Saul berasal dari Suku Benyamin, suku kecil. Ayahnya bernama Kish. Mereka dari keluarga peternak keledai, dan dari keluarga berada (1 Sam. 9:1). Pertanyaanya, "Apa hubungan keledai dengan kekayaan?"
Keledai adalah kendaraan para bangsawan, jadi dapat dibayangkan bahwa keluarga ini memproduksi kendaraan melalui beternak keledai, maka tidak heran mereka disebut sebagai keluarga yang berada, dan secara finansial mereka mapan, suku kecil namun punya status sosial tinggi karena kekuatan ekonomi-finansial melampaui yang  lain.
Keterpilihan Saul dalam konteks "keinginan bangsa Israel" merujuk juga pada kriteria lain, seperti, orang itu harus menonjol, orang itu harus "lebih tinggi" dalam banyak hal, orang itu harus mampu dan terseleksi, memiliki modal finansial, berstatus sosial yang tinggi dan mapan dari segi ekonomi, serta punya kecerdasan berpikir.
Bahkan Tuhan juga menyetujui. Dia tahu "isi kepala" bangsa Israel. Raja atau pemimpin yang mereka cari syaratnya dipenuhi Saul, dan Tuhan melalui Samuel mengurapi Saul menjadi Raja Israel. Ia pemimpin populis yang elok, pemimpin yang memihak pada umatNya, pemimpin yang merakyat, yang berjuang untuk kesejahteraan rakyat.
Walau di mata rakyat, demikian hebat Sang Raja dan Pemimpin populis ini tetapi belum cukup untuk menopang Saul sang raja menjalankan tanggung jawab sebagai wakil Tuhan. Mengapa? Jawabnnya tertulis dan terwariskan, bahwa di tahun-tahun kepemimpinanya, ia mulai melanggar kehendak Tuhan (bdk. 1 Sam pasal 13).
Ketika mengalami keterjepitan menghadapi musuh, dia bukan datang ke Tuhan, atau kepada Pelihat Samuel sebagai "Corong Allah" tetapi melakukan korban bakaran dari harta (hewan) rampasan. Pada posisi ini Saul Sang Raja jatuh pada penyembahan berhala dan menduakan Tuhan. Sang Raja rapuh dan dan dapat runtuh oleh perbuatannya sendiri yang berdampak fatal.