Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Penyuluh Agama di HUT RI ke-79

22 Agustus 2024   19:57 Diperbarui: 22 Agustus 2024   20:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri, Penyuluh Suswati sedang bawakan dia)

SUASANA gegap gempita mewarnai upacara bendera memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-79 di lapangan upacara Kantor Camat Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT, Sabtu 17 Agustus 2024 baru lalu.

Warga masyarakat dari seluruh lapisan, dan profesi,  para pejabat, para ASN, polisi, tentara, dan para siswa-siswi lingkup kecamatan Kupang Tengah hadir memadati petak area yang telah disiapkan di lapangan upacara.

Paskibraka HUT Kemerdekaan RI ke-79, standbye-siaga penuh dibaluti uniform dominan warnah putih  dengan peci hitam di kepala. Tampak serasi nan menawan. Barisannya rapi dan irama sentakan kaki yang bergemuruh bak dentuman meriam, maju menenteng dan mengiringi Bendera Merah Putih untuk dikibarkan.

Pengibaran bendera diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Soepratman. Seluruh hadirin menaikan hormat, secara bersama menanyikan lagu kebangsaan sembari menghaturkan sembah syukur dalam bathinnya  kepada pemilik alam Indonesia, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Esa.

Wujud syukur sembah itu kemudian menggema dalam lantunan doa yang dibawakan Suswati Duapadang S.Th., ASN dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kupang. Ia seorang penyuluh Agama yang bertugas penyuluhan pada kelompok cendekia ASN Kantor Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

Suaranya lantang membahana. Seruannya menyapu seluruh hadirin, termasuk pembina upacara HUT RI ke-79, camat Kecamatan Kupang Tengah bersama jajarannya, Ketua panitia  dan sekretaris perayaan Hut RI ke-79, serta seluruh massa yang hadir saat itu.   

Manakala ucapan doa melambung tinggi ke singga sana, semesta alam Indonesia seakan bergetar dan mereduplah sinar mentari yang menyengat jelang siang itu oleh sapuan angin selatan melewati kawasan lapangan uapacara.

(Dokpri, Penyuluh Suswati sedang bawakan dia)
(Dokpri, Penyuluh Suswati sedang bawakan dia)
Untaian doa yang dilambungkan sebagai berikut, "Mahabesar Engkau, Ya Allah Sang Penentu Sejarah. Engkaulah Allah kami pengendali ruang dan waktu. Kami tertunduk dalam sembah, seraya melantunkan pujian dan hormat yang tiada henti membumbung tinggi, naik ke hadiratMu untuk nikmat kemerdekaan yang Engkau anugerahkan bagi Indonesia, bangsa dan tanah air kami tercinta". 79 tahun sudah kami menghirup harum aroma kebebasan.

Tapak demi tapak kami tempuh, peristiwa berganti peristiwa terus kami rajut baik di kala senang ataupun tegang. Hanya ini ucapan agung dari bibir kami, "Laudate Dominum," Pujilah Tuhan hai Segala Bangsa, megahkanlah Dia hai segala suku bangsa.  Terpujilah Dia yang tetap mengokohkan tali cinta di antara kami, karena kuat Kasih SetiaNya sehingga hari ini kami bersatu dalam sembah syukur kepada-Mu.

Ya Allah, Pemimpin Yang Maha Agung, di hari bersejarah nan mulia ini, kami mengingat lagi jiwa-jiwa  luhur para kusuma bangsa, yang telah memberikan teladan tentang perjuangan, pengorbanan, patriotisme, nasionalisme, bela Negara hingga akhir nafasnya.

Kami percaya Engkau menempatkan mereka di sisi-Mu. Biarlah kenangan akan mereka, memotivasi kami untuk mengikuti keteladanan yang ditunjukkan, siap bela Negara dan cinta tanah air, menjadi pribadi manusia Indonesia yang mendahulukan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Ya Tuhan, Allah Pengasih lagi Penyanyang. Walau pekik merdeka terucap dari teriak mulut kami, namun tiliklah kami. Ada jeritan pilu yang sungguh pedih. Seperti ibu pertiwi yang berduka karena begitu banyak penderitaan, demikian kami anak-anak bangsa ini.

Tangisan terdengar di seantero negeri karena kehilangan pekerjaan, terlindas oleh kekuasaan, ketidakadilan merajai, harga melambung, tanah tiada berair dan benih pun mati sebelum berbuah;  anak-anak dan perempuan yang tersakiti; serta alam yang tidak lagi bersahabat.

Dari Sabang ada ratap, di Marauke berharap riang bisa menetap. Gempa terus menggoncang Sangie dan petik sasando mengiringi lagu pedih terdengar dari pulau paling selatan Tanah airku, Rote Ndao.

Ya Tuhan Sumber segala rahmat. Kepada-Mu kami memohon dalam kerendahan, pulihkan negeri ini dari segala bentuk penderitaan. Angkatlah beban dan bebaskanlah kami dari segala kepahitan. Hindarkanlah kami dari angkara-murka-Mu, dan bergegaslah ulurkan tangan pemulihan-Mu dan bersegerahlah menolong kami.

Curahkan hikmat, pengetahuan, serta cinta-Mu kepada seluruh Pemimpin bangsa ini, dari Bapak Presiden, Seluruh Menteri, Bapak Gubernur, Bupati, Camat, desa, lurah, hingga RT/RW, agar bercermin dari kepemimpinan-Mu, untuk dapat mengayomi, memberi tuntunan, menjadi teladan, menghadirkan kebahagiaan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Negeri  Indonesia Raya tercinta.

Untuk seluruh anak bangsa ini, kami berdoa, "Biarlah secara bersama kami merawat kebhinekaan, menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung-jawab, menghidupi cinta-kasih, meninggalkan sikap fanatik dan radikal, memperjuangkan keadilan serta kebenaran, rela berkorban untuk kebaikan dan kemegahan bangsa, agar supaya kami menjadi Nusantara Baru, Indonesia Maju.  Kami percaya bahwa Indonesia akan terus menjadi Rumah bersama yang aman, nyaman, damai dan sejahtera untuk kami tinggali.

Diujung sembah kami dalam doa ini, dan dalam kepasrahan yang sungguh kepada Engkau, ya Allah yang Maha menyertai, kami serahkan hidup seluruh warga Indonesia dan bangsa ini untuk dipimpin oleh tangan-tangan perkasa yang telah engkau jamah dengana tangan kasih dan kuasa-Mu, ya Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa.  Amin

Hembusan nafas akhir dari ucapan doa itu serasa mengangkat hati semua peserta upacara yang hadir ke suatu suasana spiritual perubahan, untuk menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin, siap bekerja dan bersama-sama bekerja membangun Indonesia tercinta dalam suksesi tingkat lokal di bidang tata kepemimpinan, baik di tingkkat provinsi, kota, maupun Kabupaten. Biarkan semua sukses terselenggara.

Langkah-langkah kaki yang anggun  sang pembaca doa menuju tempat semula di lapangan upacara hari itu, diringi tatapan mata dan senyum girang peserta yang hadir, sebagai akibat aura spiritual yang terkonstruk oleh lantunan doa yang penuh harap dan membangkitkan semangat juang baru untuk Nusantara Baru, Indonesia Maju yang berefek damai sejahtera dan persatuan.* 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun