Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Reflektif: Bukan Cuma Daun Saja

28 Juli 2024   10:47 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:51 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa perlu pohon arah dikecam salah atau disalahkan?" Itulah pertanyaan ikutannya. Kiranya pohon Ara itu bukan jadi sasaran kecaman tetapi makna dibalik kecaman Yesus selaku Tokoh Cerita itulah penting. Sesungguhnya dibalik kecaman itu, Ia sedang mengajar kepada murid-murid-Nya bahwa: "Pohon Ara dalam teks ini adalah gambaran kehidupan orang-orang percaya, mereka yang telah mengikuti-Nya."   

Bahwa sebagai orang Kristen, pengikut Kristus kadang kita diidentikan dengan pohon Ara ini. Tumbuh subur dengan lebat daun yang hijau, menjadi rindang dengan batang yang koko tetapi tidak "menghasilkan buah". Padahal "buah" itu yang diharapkan. 

Realita kehidupan kekristenan pada masa ini, kurang lebih serupa. Banyak yang tidak "menghasilkan buah." Mungkinkah seperti  para ahli Taurat dan para Farisi pada masa lalu itu? 

Mereka kelihatan  begitu taat, begitu setia untuk beribadah kepada Allah dan menjalankan tata peribadatan mereka sebagai orang Yahudi dengan ketat, dengan berbagai aturan yang mengikat dan berpegang teguh pada hukum Taurat, tetapi "Mengapa Yesus mengecam mereka?"

Bukankah mereka orang yang taat? Kelompok orang yang patuh, yang setia pada Taurat, yang beragama? Kelompok ini patut diacungi jempol untuk hal-hal beragama, tetapi dalam praksis hidup, pada tataran implementasi sikap "tidak ada apa-apanya".

Ada banyak aplikasi hidup hanya berupa "kesing." Menarik agar sedap dipandang mata. Glamour dengan simbol-simbol keagamaan yang hebat tetapi semua itu hanya untuk memenuhi aturan agama bukan untuk memenuhi dan atau menjawab aturan yang diberikan oleh Allah atau dijalankan sesuai yang di kehendaki Allah yang tergambar dalam dan melalui kehendak Yesus.

Itulah hidup mereka "Tidak berbuah" dalam pandangan Yesus. "Mereka cuma daun-daun saja." Jadi benarlah jika nats ini menjadi teguran tidak hanya bagi mereka tetapi juga bagi kita sebagai pengikut Kristus. Sesungguhnya buah dalam kehidupan orang percaya itu nampak melalui perkataan, tindakan, atau pada sikap hidup tiap-tiap hari.

Sangat disayangkan jikalau kita pergi ke gereja, rajin beribadah tetapi tampilan sikap hidup kita terjadi sebaliknya. Jikalau kita menunjukkan bahwa kita adalah orang yang taat dan patuh kepada apa yang diperitakan oleh Allah, rajin baca Alkitab, rajin berdoa, rajin menyembah Allah.

Tetapi dalam hidup bersama kita suka menyakiti hati orang lain, suka memfitna, suka mengosip, tidak mengasihi dan tidak menunjukan kebaikan kita sebagai anak-anak Allah maka tidaklah bedanya hidup kita dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kita seperti "pohon Ara yang belum menghasilkan buah, cuma daun-daun saja.

Pertanyaan reflektif yang patut direnungkan adalah apakah sebagai orang percaya kita telah "menghasilkan buah", dan "buah kita" menjadi berkat bagi sesama dan boleh menyenangkan hati Tuhan? 

Hendaknya kita jangan hanya menjadi orang Kristen dan hanya berbuah pada musim tertentu tetapi jadilah orang Kristen yang menghasilkan buah setiap saat, setiap waktu tanpa menunggu musim buah tiba. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun