Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Love is Blue, Love is Blind

11 Desember 2023   17:23 Diperbarui: 11 Desember 2023   17:31 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(By Al Hayon).

Ungkapan "Love is blue, Love is blind" tenar pada masanya  dan sangat bergantung pada situasi dan kondisi mana ia dikenakan. Ia pas juga untuk hari-hari ini. Hari di mana Umat Nasarani sedang berada di jelang perayaan besar keagamaan, Hari Raya Natal, Hari Raya Kelahiran Yesus, Sang Imanuel.

Jelang hari raya keagamaan ini atau di masa Adventus ini ada hal yang menarik perhatian untuk direfleksikan. Saya memilih untuk  merenungkan ajaran tentang "Love atau Kasih." Dalam ajaran iman, Kasih adalah Hukum Terutama dan Pertama. Sifatnya vertikal relasional dan Hukum Kasih kedua, lebih horisontal relasional.

Hukum KASIH sebagai hukum terutama dan pertama merupakan juga zema Israel atau way of life bagi para pemeluk Hukum Taurat Musa. Hukum ini saban waktu diperdengarkan juga atau dipengajarankan kepada kaum Nasarani, khususnya umat yang mengimani Perjanjian Baru.

Hukum Kasih sebagai hukum terutama dan pertama itu, kemudian disempurnakan dengan tambahan hukum kedua yang lebih horisontal relasional. Bunyinya seperti ini: "Kasihilah Sesamamu Manusia seperti dirimu sendiri."  Hukum  ini kemudian diterima, diakui dan diwaris-lanjutkan kepada orang-orang percaya yang mengakui  Yesus sebagai Tuhan dan Kristus.

Pewarisan "Hukum Kasih" ini mulai dari yang paling tua, kemudian diteruskan kepada yang muda. Selanjutnya dari yang muda kepada anak-anak. Singkat kisah selalu ada keberlanjutan.

Hari-hari ini, dimasa jelang Hari Raya Natal atau di masa Adventus, Penulis Injil (Kabar Gembira) atau Penginjil Matius mengulangi lagi dan mengharuskan kita untuk membaca (syukur jika ada yang membaca), atau mendengar, merenung dan melakukan atau menjalankan Hukum Kasih itu, yang terdapat dalam nats, Matius 22:30-40.

Membaca, mendengar, merenungkan, mewartakan kisah ini merupakan tugas, dan pekerjaan mudah, tetapi tidak dengan dan dalam PELAKSANAAN. Soal MEWUJUDKAN KASIH dalam kehidupan kita setiap hari bukan perkara mudah.

Inilah alasan mengapa Hukum Kasih selalu diulang-ulang diwartakan, atau disampaikan? Selain penting dan utama karena realita atau kenyataan hidup dan praktek hidup yang TIDAK peduli dengan Hukum Kasih.

Contoh kecil, dalam kehidupan keagamaan, para pemeluk mungkin LEBIH  memperhatikan agama itu sebagai lembaga, suatu badan yang menghimpun orang-orang yang percaya yang ketat dengan aturanya dari pada memperhatikan dan mengutamakan religiositas atau "Hubungan atau Relasi" seseorang dengan Tuhan dan praktek hubunganya itu dengan atau terhadap sesama. Ini merupakan aspek inti dari beragama atau wujud nyatanya nampak dalam pelaksanaan hukum Kasih.

Akibatnya orang-orang percaya hanya mengutamakan hal-hal "pinggiran" dan lupa mewujudkan KASIH sebagai hukum pertama dan kedua. Kasih kepada Allah dan Kasih kepada sesama.

Akibat lebih jauh adalah orang-orang hanya melihat agamanya dan umatnya, golongan dan kelompoknya, dirinya dalam kelompok yang sama dan menjauhkan "diri yang lain" (sesama) dalam kelompok lain.

Pada point ini hukum hanya dilihat sebagai "Kata BENDA" dan Bukan "Kata Kerja." Sebagai Kata Benda, ia tinggal di tempat (untuk diri sendiri, kelompok sendiri, orangnya sendiri=introfet) sedang jika sebagai Kata Kerja, ia akan bergerak keluar diri, keluar kelompok, ke orang lain (ekstrofet), dan perlakuan kasihnya bercermin pada perlakuan kasih untuk dirinya sendiri dan atau kelompoknya sendiri.

(Dokpri. Rose lambang cinta. Indah, harum dan teris mewangi).
(Dokpri. Rose lambang cinta. Indah, harum dan teris mewangi).
Masa jelang Hari Raya Natal atau di masa Adventusn ini kita mendapat kesempatan untuk lihat kembali atau cek kembali bagaimana perwujudan Kasih dalam keluarga, dalam hidup bertetangga, dalam hidup dengan penganut agama lain, atau antaragama, dan dalam bermasyarakat. Apakah anda dan saya selalu memilah-milah Kasih.  Menomor satukan Kasih atau menomorduakan perwujudan paham Kasih  sejati, sehingga terjadi ketidakseimbangan atau menimbulkan "kegoncngan" dalam hidup dan kehidupan ini?

Apakah anda punya pandangan tersendiri tentang KASIH di pihak yang satu dan Cinta di pihak yang lain ?
Apakah KASIH itu seperti Love is blue dan Cinta itu  terkandang "Blind"  sehingga lebih sering menyakitkan dan tidak selalu membuat seimbang dalam perwujudannya, bahkan selalu menghadirkan "goncangan" yang hebat bagi kehidupan? Apa begitu ???

Sepatutnya kita hadirkan Kasih yang bermakna untuk kehidupan dan cinta yang seimbang untuk suatu pelayanan kehidupan. Tujuan dari semua ini agar hidup manusia damai, bahagia dan sejahtera rohani dan jasmani.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun