(Catatan lepas babak perempatfinal PD Qatar 2022)
Pandangan lumrah jika ada yang menang dan ada yang kalah dalam suatu pertandingan. Tetapi kejadian di Qatar 2022 ini, amat beda.Â
Kalah berarti pulang kampong dengan segudang kesal, kecewa dan berbagai perasaan minor lainnya,
Menang (terlebih pada quarter final) berarti masih lanjut bermain. Qatar masih memberikan tempat dan peluang untuk maju lebih jauh bahkan sampai be champion dunia. Mereka bersuka-cita, bergembira-riah, dan sejuta perasaan mayor lainnya bercampur jadi satu dalam syukur.
Semua perasaan yang digambarkan di atas manusiawi sekali, sama halnya sebelum laga dimulai sebagai manusia yang sehat dan terlebih sebagai pemain dalam suatu tim sudah ada rasa lapar dan haus akan kesuksesan -menang di setiap laga- untuk ajang seakbar Fifa World Cup.
Ada keinginan juga meraih prestasi besar baik secara tim maupun secara perorangan di gelanggang bergensi dan bermartabat mondial itu.Â
Pada kenyataan ada 8 tim yang berlaga dan hanya 4 tim yang lolos ke babak perempat final, dan nanti di babak final hanya ada 1 tim yang menjadi champion. Â
Memang benar bahwa karena strategi/ taktik, teknik (terlatih, terdidik dan talent individu), visi dan misi bermain, pemetaan pemain, kekompakan, kecerdasan, chemistry, daya-usaha yang mencakup teamwork dan work in team yang mensuport tim untuk menang dalam pertandingan.Â
Pertanyaan: "Apakah ada factor "x" yang dipandang lebih substansial dari  hal-hal serupa strategi/taktik, dan lain-lain  di atas?
Kita mulai dari Timnas Croatia. Ketika tertinggal satu goal dari Timnas Brazil yang diprediksi sebelumnya akan memenangkan laga, ada satu faktor atau sama dengan kekuatan besar yang nampak jelas dari wajah sang kapten tim, Luca Modric dan hampir merata di semua pemain Timnas Croatia, yakni: "Ketenangan". Â