TEMA BIBLIS UNTUK PESTA PADUAN SUARA GEREJANI
 (Catatan reflektif Pasca Pesparani Nasional II)
Yang tersisa dari Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Nasional II di Kupang ada banyak. Di antaranya ada rasa kagum, ada kenangan akan perjumpaan, ada aneka remah jalinan persaudaraan yang terpateri kuat di bathin dan  memory, sejumput decak pujian yang masih terngiang, aneka pembelajaran dan satu dua sentilan ketidakberhasilan karena hal-hal teknis manusiawi atau lainnya.
Pesparani Nasional II yang melibatkan 34 kontingen dari seluruh provinsi di Indonesia ini berlangsung megah-meriah, Â penuh sukacita, nyaman dan lancar. Suasana pesta nampak jelas, sejak opening ceremony, sampai dengan closing ceremony. Waooo, keren dan luar biasa.
Semua itu boleh terjadi karena keyakinan, bahwa Tuhan telah campur tangan, dan intervensi itu mewujud pada kerja sama dan sam-sama bekerja dari semua pihak, yang dinafasi tema realisnya, "Dari Nusa Tenggara Timur untuk Nusantara."
Dengan persiapan yang baik dan matang semua kontingen beradu kebolehan di pentas Pesparani. Ada 6 mata lomba yang dilakukan secara online dan 8 lainnya secara offline, yakni Paduan Suara Dewasa Campuran, Mazmur Anak, Mazmur Remaja, Mazmur Orang Muda Katolik, Mazmur Dewasa, Bertutur Kitab Suci, CCR Anak dan CCR Remaja.
Semua mata lomba offline diikuti oleh para kontingen dari 34 provinsi. Segala energy dan kemampuan dikerahkan untuk memberikan yang terbaik. Dengan memberi yang terbaik maka efeknya jelas, yakni juara, dan ini nyata.
Meraih juara pada setiap mata lomba adalah kebanggaan kontingen dan daerah/provinsi. Suatu kebanggaan bermartabat karena hasil yang diraih tidak datang dari perseteruan melainkan upaya personal dan komunal yang telah melebur satu dalam semangat juang,"Soli Deo Glorya" (hanya untuk kemulaiaan Allah). Juara adalah bukti dari hasil yang tidak mengingkari proses.
Sementara itu bagi yang tidak dan/ atau belum juara, sepertinya keberhasilan masih tertunda. Usaha keras dan perbaikan sana-sini masih harus diupayakan, dan menanti pembuktian pada ajang Pesparani berikut.
Dari kacamata "kalah- menang," Pesaparani ini adalah perlombaan dalam semangat persaudaraan. "Kita semua bersaudara," dengan merujuk pada pernyataan iman: "Dalam Yesus kita bersaudara." Ini essensi lomba dalam Pesparani Nasional II kali ini.
Atas dasar inilah, Pesparani Nasional II kali ini, menepis jauh paham minority dan majority, kemudian menggarisbawahi paham "Kita adalah anak bangsa." Anak-anak Bangsa Indonesia sebagaimana isi sumpah Pemuda yang diikrarkan dan kini dibacakan lagi  oleh para pemuda, utusan dari 34 provisni di Indonesia pada opening ceremony Pesparani Nasional II di Kupang yang bertepatan dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober.
Sebelum sumpa itu dibacakan, telah berkumandang "Lagu Satu Nusa, Satu Bangsa." Lantunan lagu yang membahana megah oleh seluruh hadirin di opening ceremony itu membakar jiwa anak-anak bangsa  untuk tetap mengakui dan terus berjuang mempertahankan NKRI. NKRI harga mati.Â
Dan sebagai wujud cinta akan tanah air Indonesia  bergema juga Lagu Rayuan Pulau Kelapa" dari seluruh hadirin untuk menjawab "Tanya: Siapa kita ?" "Kita Indonesia." "Kita Pancasila." "Kita Bhineka Tunggal Ika."
Kita yang datang dari berbagai pulau dan daratan, wilayah provinsi dan daerah, kita datang untuk Pesparani Nasional ini. Karena itu "Mari bangun bhakti kita untuk Tuhan, sesama dan bangsa tercinta, Indonesia," demikian ajakan bernilai spiritual dan mengundang aksi nyata dari setiap kita anak bangsa yang disampaikan  oleh Kardinal Mgr. Ignatius Suhario, pada khotbah Ibadat/ Misa  Pembukaan Pesparani Nasional II.
Pesparani yang telah usai itu sudah mewujudkan visi dan misi Pesparani Nasional, mengukuhkan persahabatan dan mengikat kuat persaudaraan sejati. Ia telah meramu persatuan dan kerukunan antarkita yang datang dari aneka daerah, suku, budaya, agama dan bahasa.
Bahwa dalam dan melalui Pesparani ini secara bersama kita telah memberi aneka hal positif dan berguna untuk Indonesia tercinta ini. "Dari Nusa Tenggara  Timur untuk Indonesia."
Dinafasi tema realistis ini Pesparani berjalan lancar dan sukses dari awal sampai akhir. Namun ketika mencari "Tematik Biblis" pada plang  yang dipajang, tidak nampak.Â
Padahal hematku, tema biblis jika ada maka dialah dasar dari tema realis di atas dan diyakini sebagai nadi, hati dan jantungnya Pesparani Nasional II ini.
Lalu aku mengemas untuk para sahabat suatu tema biblis seperti ini, "Magnificat anima mea Dominum" (Jiwaku Memuliakan Tuhan) dengan rangkaian syair: "Laudate Dominum Omnes Gentes, Laudate Eium Omnes Populi. Spiritus Omnis Laudet Dominum."
Tema biblis ini boleh jadi spiritualitas Pesta Paduan Sura Gerejani kita. Suatu spiritualitas yang hendaknya ada dan tertera pada event keagamaan dengan nama "Pesparani Nasional."
Dari padanya gambaran "keseranian" kita terpahat dan terekspresi pada realita, bahwa "dengan keanekaan kita menjadi kaya dan dalam kebesamaan kita menjadi kuat." Â Ke depannya, pasti tertera dan terbaca bahkan dihidupi.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H