PETUAH SANG AYAH
Â
Ayahku seorang buruh tani dan tukang kayu keliling di eranya. Ia juga punya sedikit bekal pendidikan SR dan dipandang sebagai "guru agama terlatih". Akibatnya kehidupannya bergerak di antara koridor "ora et labora," dan terejawantah dalam petuah dan nasehatnya. Salah satu contoh petuah yang terwariskan, seperti ini "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak."
Jauh di kemudian hari barulah aku tahu dan mengerti bahwa asal muasal petuah itu dari Kitab-Kitab. Suatu  ketika aku mendengar langsung adiku mendapat wejangan serius dari ayah lantaran kedapatan bermalas-malasan. Ia tidak melaksanakan suruhan  ibu, yang urgent dan mendesak. Ingatlah anakku, "hidup itu  tidak semudah membalikan telapak tangan. Anak kelak harus "berjuang melalui pintu yang sesak,"  pesan ayah pada adiku. Jelang usiaku memasuki "kepala lima" dan harus bergolak di zaman teknologi yang semakin berkembang pesat ini, aku seperti teringat kembali dan mulai paham akan makna simbolik petuah sang ayah, "berjuang melalui pintu yang sesak."
Petuah sang ayah bersifat korelatif dengan dunia kerja. Bagiku sungguh benar dan betul. Realita hidup saat ini tidak menghendaki kita duduk diam atau duduk manis dan rezeki datang menjemput. Bahkan untuk "selamat" saja seseorang harus berjuang, harus bekerja bahkan harus bersaing. Katakan hidup harus "Per Transiit faciendo (Berjalan sambil berbuat/bekerja). Kita harus berjalan keluar dari rumah, ke desa, ke kota bahkan ke negara  untuk menyongsong rezeki (hidup). Sangat diharapkan "Per Transiit Benefaciendo (Berjalan sambil berbuat/bekerja baik) bukan "Per Transiit Malefaciendo (Berjalan sambil berbuat/bekerja jahat).
Untuk memahami petuah sang ayah ini kita diberi khans (chance) untuk menafsir. Kita boleh menafsir karena Tuhan telah beri kita pikiran/budi, hati/afeksi dan mengilhami kita untuk mampu menafsir, untuk menjabarkan maksud petuah itu untuk kehidupan kita. Saya mengarahkan tafsiran pada petuah berbahasa simbolik itu; "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak." Â Di sana ada 1 Kata Kerja, 1 kata Benda dan 1 kata sifat; BERJUANG, PINTU, Yang SESAK;
Berjuang adalah usaha personal (bisa juga komunal) atau daya atau energy yang ditimbulkan dalam diri (sesuai ajaran dan prosedural tertentu). Pintu adalah jalur, chanal atau tahapan yang dilalui dan Yang sesak, yang bermakna simbolik "keadaan yang tidak mudah", atau "situasi full tantangan".
Penegasan petuah simbolik ini membuka pemahaman kita bahwa untuk capai hasil akhir tidak boleh mengingkari proses. Atau "Hasil tidak mengkhianati proses." Dalam kaitan dengan "Sukses," tidak ada jalan pintas menuju atau meraih yang namanya "Sukses". Jika hal itu ada, hanya diyakini bahwa mukjisat sedang terjadi atau hadiah Cuma-Cuma dari Tuhan, yang dikredokan (Credere) sebagai Providentia Divina Dei (Penyelenggaraan Ilahi Allah).
Jika untuk sukses saja setiap kita dituntut untuk berjuang, bekerja keras, taat asas, melalui proses, apapula dengan "Selamat dalam arti spiritual ?" Sudah pasti dan harus dibutuhkan perjuangan. Kita diwajibakan tanpa kecuali untuk bersiap diri, terlibat dalam proses, harus "hadir" dan hendaknya kehadiran itu bermakna. Sama dengan "Benefaciendo."
Untuk sampai ke tahap hasil sebagai buah dari perjuangan diperlukan keseimbangan antara IC (intelegent Capital), EC (Emotional Capital), SC (Spiritual Capital) yang tampak nyata dalam pribadi yag berintegritas, Personal Integrity. Sudahkah seimbang ? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H