Udara pagi, dingin, angin berhembus mengelus wajah. Burung-burung berkicau menghiasi nyanyian dan susana desa ini. Lembah yang mempesona dan jalannya menakutkan. Betapa tidak, dari dulu sampai hari ini infrastruktur jalan masih memperihatinkan dan menyedihkan. Namun Rego tetap mempesona dan indah. Ia tetap tegak berdiri dengan keindahannya yang mempesona. Budaya dan adat istiadat sebagai dasar utama hidup bersama. Kita bisa menikmati dan memandang indahnya desa lain dari ketinggiannya. Tentangmu desa Rego menjadi perhatian bagi saya penulis karena tempat darah mengalir dan air susu menetes.
Desa Rego terletak sekitar 100 km ke arah timur Kota Labuan Bajo Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, 64 KM dari Kota Ruteng Ibu Kota Kabupaten Manggarai dan 38 km dari Reo Kota Pelabuhan Minyak dan Peti Kemas Kabupaten Manggarai. Desa Rego dilalui Jalan Provinsi dari Kota Labuan Bajo-Boleng-Pacar-Rego-Reo yang kini keadaannya masih sangat buruk dan jalannya menakutkan menjadi kisah tersendiri.
Kota Labuan Bajo dan Desa Rego berjarak sekitar 100 km masih ditempuh antara 6 hingga 8 jam dengan Bis Kayu. Jalannya menakutkan karena penuh dengan liku-lku. Bis Kayu adalah alat transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat. Bis Kayu yang berangkat dari Labuan Bajo jam 7.00 pagi tiba di Desa Rego jam 3.00 sore pada hari yang sama.
Rego bergunung-gunung dan beriklim sedang. Tidak ada aliran sungai besar yang melintasi desa ini. Hingga Juli 2020 jumlah penduduknya adalah sekitar 1500 jiwa, 400 kepala keluarga dan 99% adalah petani. Rego memiliki ikon pariwisata yang terpendam dan belum terkenal yakni Watu Timbang Raung dan Guang Nisi Ketek . Dua tempat ini memiliki sejarah yang syarat makna
Rego beriklim sedang dan semua tanaman bisa tumbuh subur di desa ini. Kehidupan sebagian besar penduduknya masuk kategori sebagai keluarga sederhana. Ada banyak keluarga yang merupakan penerima PKH dan penerima bantuan Sosial. Desa Rego sudah sejak dulu hingga hari ini masih menderita kesulitan air minum. Mereka masih memperoleh air untuk keperluan rumah tangga dengan cara menimba dan membawa air ke rumah dengan memakai serigen dan dengan tenaga manusia dari beberapa mata air yang volumenya sangat kecil dan letaknya 1km lebih dari kampung atau dari rumah-rumah mereka.
Sejujurnya banyak tempat yang jauh lebih indah dari desa ini, tapi desa ini memberikan keindahan dan kenangan tersendiri. Mungkin kebanyakan orang yang setiap hari melewati desa ini merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Padahal, desa ini memiliki pariwisata yang indah. Namun, perlahan banyak tumbuh rumah-rumah yang dibangun. Lambat laun, kemungkinan besar pemandangan tak akan lagi seindah dulu dan sekarang. Sekarang saja sudah jauh berbeda dari dahulu.
Pertanyaan besar mengapa desa Rego tidak pernah berkembang dan berubah? Air yang dirindukan kini terlihat keran-keran dan bak-bak kosong. Listrik yang dirindukan dililit dengan persoalan, bantuan sosial untuk masyarakat kini berbuntut pada ranah hukum dan masih banyak persoalan lain yang belum terungkap.
Teringat ketika pulang dan melihat perbedaan desa Rego dan desa lain sangat berbeda. Baru sadar bahwa hal yang indah dulu akan hilang dan hal buruk selalu mengikuti hal yang indah. Apa mungkin desa Rego akan berubah? Pertanyaan itu yang selalu menghantui pikiran hingga akhirnya menemukan jawaban itu. Bahwa hal indah akan hancur ketika pemerintah desa dan tidak memperhatikan lagi. Pemerintah kabupatenpun hanya menjadi penonton dan cerita lelucon tentang buruknya infrastruktur jalan ke Rego.
Harapan bahwa akan ada perubahan didesa ini kedepan seperti tanaman padi yang serempak bergoyang bersamaan sesuai alur angin yang membawanya bergerak, langit biru yang begitu damai dipandang, awan putih yang selalu setia menemani langit biru membuat suasana tersebut terasa damai dan mempesona, Tidak ada cerita lagi kecelakaan mobil serta motor terguling dan tidak terdengar lagi jalan yang menakutkan.
Rego tetaplah menjadi desa yang selalu dikenang kendati infrastruktur yang menakutkan. Impian selalu ingin pulang ke sana menjadi sebuah kerinduan setiap saat. Karena di desa itu ada sosok yang selalu dirindukan. Berharap semoga desa Rego yang kecil nan indah itu selalu menjadi desa yang makmur, tentram dan damai. Adakah yang lebih indah dari semua potret desa Rego ini ? Rumah mungil dan cerita cinta yang megah bermandi cahaya di pandang bintang bahagia. Sepenggal lagu itu membuat saya yakin bahwa desa Rego tetap menjadi desa yang penuh cerita, cinta, dan cahaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H