Pertama, prinsip identitas (principium identitatis) menegaskan bahwa "tiap-tiap hal identik (sama) dengan dirinya sendiri." Prinsip ini berperan penting sebagai titik tolak untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan kita tentang "kuda" hanya mungkin jika hewan yang disebut kuda itu sama dengan dirinya sendiri. Kata "identik" (sama) di sini berarti "tetap" menjadi kuda dan tidak berubah menjadi sesuatu yang lain. Dari sudut objek, objek yang kita amati mempunya ciri-ciri yang relatif tetap sama, sehingga kita mampu mengenalnya seperti itu kapan dan dimana saja. Kita tidak akan mengenal sesuatu dengan ciri tertentu kalau setiap saat ciri-ciri sesuatu itu berubah-ubah. Dari segi subjek yang mengenal, kita hanya mungkin mengenal sesuatu bila kita yakin bahwa sesuatu itu benar-benar demikian. Kita tidak mungkin mengenal bahwa binatang tertentu itu kuda kalau kita selalu ragu apakah binatang tertentu yang kita amati itu kuda atau sesuatu yang lain. Secara simbolis, prinsip identitas ini dirumuskan demikian: A = A. Karena kita mengenali sesuatu sebagai yang tetap sama, maka kita memberikan nama tertentu untuk sesuatu itu. Jadi menamai berarti menegaskan identitas sesuatu.
Kedua, prinsip kontradiksi (principium contradictionis) menegaskan bahwa "tiap-tiap hal tidak dapat positif dan negatif serentak pada waktu yang sama." Prinsip ini menegaskan perbedaan radikal antara pengakuan (mengatakan sesuatu secara positif) dan penyangkalan (mengatakan sesuatu secara negatif). Putusan "Anton sakit saat ini" tidak mungkin benar dan salah pada yang waktu yang sama. Rumusan simbolis: A = B dan tidak sekaligus A B.
Ketiga, prinsip pengesampingan jalan ketiga (principium tertii exclusi) menegaskan bahwa "tiap-tiap hal itu haruslah positif atau negatif." Prinsip ini menegaskan bahwa di antara dua hal yang bertentangan dikesampingkan kemungkinan bahwa ada sesuatu di tengah. Hanya ada "ya" atau "tidak", tidak ada kemungkinan ketiga antara "ya" dan "tidak". Ada perbedaan antara prinsip kontradiksi dan prinsip pengesampingan jalan ketiga. Prinsip kontradiksi menegaskan bahwa di antara dua pernyataan yang kontradiktoris tidak dapat keduanya benar pada waktu yang sama; salah satu di antaranya harus salah. Prinsip pengesampingan jalan ketiga menegaskan bahwa di antara dua pernyataan kontradiktoris tidak dapat keduanya salah; salah satu di antaranya harus benar. Rumusan simbolis: A = B atau A B.
Keempat, prinsip alasan yang mencukupi (principium rationis sufficientis) menegaskan bahwa "untuk hal yang sebelumnya ada dan sekarang tidak ada lagi, dan yang sebelumnya tidak ada dan sekarang ada harus ada alasan yang mencukupi untuk menjelaskan keberadaan dan ketiadaannya". Selalu dituntut alasan yang menjelaskan perubahan dari ada ke tidak ada; dan sebaliknya, dituntut alasan yang menjelaskan secukupnya perubahan dari tidak ada menjadi ada. Dengan kata lain, kalau sesuatu berubah, maka harus ada alasan yang mencukupi yang dapat menjelaskan perubahan tersebut.
4. Pokok-pokok Bahasan Logika
Ada tiga kegiatan akal budi yang dibedakan berdasarkan urutan keberlangsungan dan tingkatan kerumitannya. Kegiatan pertama akal budi adalah mengerti, yakni menangkap secara abstrak dan dalam bentuk umum inti dari sesuatu hal yang dalam bentuk inderawinya bersifat individual dan material. Kegiatan akal budi yang kedua adalah membentuk putusan, yaitu menghubungkan pengertian-pengertian dengan jalan menegaskan atau menyangkal hubungan itu. Kegiatan akal budi yang ketiga adalah menyimpulkan, yang dilakukan dengan menghubungkan putusan-putusan untuk menghasilkan satu putusan baru. Singkat kata, bahan dasar dari putusan adalah pengertian, sementara bahan dasar penyimpulan adalah putusan.
Logika yang kita pelajari akan membahas tiga pokok penting ini: Pengertian, yang disebut juga konsep atau ide; Putusan, yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang menegaskan atau menyangkal sesuatu tentang sesuatu yang lain, yang disebut juga proposisi; dan Penyimpulan, yang dalam logika bisa dicapai melalui jalan deduksi dan induksi, yang disebut juga inferensi, penalaran atau argumentasi. Selain itu, logika juga membahas tentang kesesatan-kesesatan (fallacia) yang sering terjadi dalam proses berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H