Mohon tunggu...
Gamvinoza
Gamvinoza Mohon Tunggu... -

Semoga ALLAH berkenaan mempermudah proses saya menjadi calon DOKTOR ilmu Ekonomi,amin

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berpengaruhkah Harga Ikan dengan Kesejahtraan?

9 Mei 2016   00:42 Diperbarui: 9 Mei 2016   12:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada hari minggu ini, saya di pagi hari menemani sang istri dan assiten untuk pergi kepasar dengan tujuan berbelanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari. 

Tanpa pikir panjang ajakan istri langsung ku ikuti dengan semangat, kami berempat ohyaa ditambah dengan anakku yang berusia 1 tahun ku ikut sertakan dengan kegiatan kami berbelanja. Tujuan kami berbelanja kepasar inpres kota Lhokseumawe, salah satu tempat destinasi belanja pasar rakyat yang ada dikota kami.

Hal yang menarik dalam ke jadian nyata ini adalah, ketika kami berempat berjalan masuk pasar melewati penjual ikan yang lagi bersemangat menjual barang dagangannya yaitu ikan segar, para penjual ikan dengan lapak hanya meja 1x1 m, alas seadanya berkata dengan lantang seperti ini “ayo bu merapat-merapat, ikan murah, ikan murah, ikan murah."

Indonesia sejahtera, rakyat sekarang bahagia dengan gaya marketing yang luar biasa. Penjual ikan tersebut tanpa butuh waktu lama, langsung dikerubungi oleh emak-emak. Ibu-ibu dan semua pembeli yang penasaran, yaa termasuk saya dan istri saya dengan  rasa penasaran, apa benar ikan mempengaruhi kesejahtraan, kalau emang benar apa buktinya dan sejauh mana signifikansiny.

Tak disangka dan tak terkira, salah satu yang membuat rakyat atau pembeli sejahtera itu karena harga ikan sekarang murah, sangat terjangkau, rakyat bisa makan sepuasnya, ikan tongkol ukuran dua buah jari telunjuk dan jari tengah orang dewasa dijual seharga Rp.5.000/kg, (harga belum tawar), dimana dulunya harga ikan tongkol seperti ini seharga Rp.15.000-Rp.20.000/kg. 

Sedangkan  ikan tuna dengan ukuran besar dengan berat 2kg lebih, dimana dulu harga sekilonya berkisar Rp. 35.000-Rp.40.000/kg  tetapi sekarang menjadi Rp.20.000/kg.

Dengan apiknya saya mencoba menanyakan kepada penjualnya, dengan bahasa daerah kami, bahasa Aceh (Pakon yueem engkot jeut murah that…?) artinya “kenapa harga ikan murah,” penjual yang bernama abang Ibrahim dengan lantang menjawab (nyoe dari ALLAh swt, geubrie petunjuk keu bu Menteri Susi. 

Mandum kapai pancuri engkot ditimbak ngen dipehancoee yang cook engkot tanyoe, bereh that bu susi ataa mentri dipilih jokowi, kamooe pilih jokowi pokok jih) artinya ”ini semua Karena ALLAH SWT, diberi petunujuk buat menteri susi untuk menembak dan menghancurkan semua kapal-kapal asing pencuri ikan yang mencuri di perairan kita, beres bu susi,menteri yang dipilih oleh bapak presiden jokowi.”

Lain dulu lain sekarang, bagaimana dulu bagaimana lagi sekarang, artinya pembicaraan tersebut menyiratkan seorang penjual ikan yang dalam rutinitas sehari-hari jangankan memikirkan siapa presiden, siapa lagi mentri susi, tetapi karena kiprah dan kerjanya seorang mentri berdampak positif terhadap mereka, terlihat nyata dimata masyarakat awam, maka yang dulunya harga ikan relative mahal.

Maka sekarang secara umum ikan dapat dengan mudah dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya kota kami Lhokseumawe Aceh. Menurut mereka, secara tersirat saya juga setuju, dengan harga ikan murah berpengaruh secara tidak langsung terhadap kesejahtraan.

Kemampuan membeli ikan hampir terjangkau oleh hampir seluruh masyarakat, jikalua kita bandingkan dengan harga ikan dulu, di mana ikan kita dicuri oleh kapal asing dan kembali djual dengan harga mahal (hasil  olahan) atau nelayan kita dengan susah payah menangkap ikan di negara sendiri, asal nenek moyangnya seorang pelaut pun sangat sulit menangkap ikan, hasil tangkapan hanya sisa-sisa dari pencuri ikan yang melintang diperairan Indonesia. 

Akan tetapi itu telah kita lewati, sekarang saatnya kita songsong masa depan dimana ikan dengan mudah didiapat oleh nelayan kita, dengan semngat gigih mereka menangkap ikan dilautan lepas, ikan kita hanya untuk kita dan dinikmati oleh kita.

Ikan salah satu makanan dengan kadar protein dan omega tinggi, memenuhi standar gizi yang baik, ketika salah satu makanan terbaik itu murah harganya maka tingkat konsumsi akan tinggi. 

Artinya kecukupan gizi akan protein tercukupi baik untuk anak-anak, dewasa maka tingkat pemenuhan akan gizi seimbang telah terpenuhi, tingkat lecerdasan manusia (sumber daya manusia) indeks pertumbuhan akan memenuhi standar, dengan begitu masyarakat kita akan menyongsong masa depan lebih cerah, gairah belajar anak-anak lebih baik.

Padahal kita hanya melihat dari sudut pandang satu sisi, seorang penjual ikan yang berlaku  orang awam, yang berpikir Indonesia sekarang mengalami perubahan menjadi lebih baik, lebih sehat dan bersaing, yang intinya benar, Indonesia sedang menuju negara dengan masyarakat yang sejahtera. Artinya kita sudah berjuang dijalan yang benar.

Hanya melihat dan memahami sekitar, tiada bermaksud menjadi pro atau kontra terhadap seorang tokoh ataupun membandingkan, Indonesia berhak maju seperti negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun