Selain menemukan pengharapan pada kemurahan Tuhan, kita juga dipanggil untuk menemukan pengharapan pada tanda-tanda zaman yang Tuhan berikan kepada kita. Paus mengungkap beberapa tanda zaman, berikut ini sangat membutuhkan penyertaan Tuhan, dan hendaknya juga menjadi tanda pengharapan untuk kita perjuangkan.
Keinginan akan perdamaian di dunia, yang sekali lagi sedang tenggelam dalam tragedi perang. Sejumlah negara mengalami penurunan angka kelahiran yang mengkhawatirkan, ketakutan akan masa depan, kurangnya jaminan kerja dan sosial yang memadai. Tanda harapan semoga nyata bagi para tahanan.
Semoga pada Tahun Yobel ini pemerintah mengambil inisiatif yang bertujuan memulihkan harapan; bentuk bentuk amnesti atau pengampunan untuk membantu individu mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka sendiri dan masyarakat. Paus Fransiskus sendiri ingin membuka Pintu Suci di penjara, sebagai tanda yang mengundang para tahanan untuk menatap masa depan dengan harapan dan rasa percaya diri yang diperbarui.
Tanda-tanda harapan hendaknya juga diperlihatkan kepada orang sakit, di rumah atau di rumah sakit. Penderitaan mereka dapat diredakan melalui kedekatan dan kasih sayang orang-orang yang mengunjungi mereka. Tanda-tanda pengharapan juga dibutuhkan oleh mereka yang merupakan perwujudan pengharapan, yaitu kaum muda. Sayangnya, mereka seringkali menemui impian dan cita-cita mereka tampak buram belakangan ini.
Tanda-tanda harapan juga harus ada bagi para imigran yang meninggalkan tanah air mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Harapan mereka tidak boleh digagalkan oleh kecurigaan dan penolakan.
Para lansia, yang sering merasa kesepian dan ditinggalkan, juga berhak mendapatkan tanda-tanda harapan. Menghargai harta karun yang mereka miliki, pengalaman hidup mereka, akumulasi kebijaksanaan mereka dan kontribusi yang masih dapat mereka berikan.
Saya mohon dengan sepenuh hati agar harapan diberikan kepada miliaran orang miskin, yang seringkali kekurangan kebutuhan pokok dalam hidup. Kita tidak boleh menutup mata terhadap situasi dramatis yang kini kita temui di sekitar kita, tidak hanya di belahan dunia tertentu. Setiap hari kita bertemu dengan orang-orang yang miskin atau dimiskinkan; bisa jadi mereka adalah tetangga sebelah kita.
Ziarah tentu saja menjadi unsur mendasar dalam setiap acara Yubileum. Ziarah atau sebuah perjalanan secara tradisional dikaitkan dengan pencarian manusia akan makna hidup. Ziarah dengan berjalan kaki sangat mendukung penemuan kembali nilai keheningan, dan kesederhanaan hidup..
Selain melakukan peziarahan, seluruh umat Allah juga diundang untuk semakin mendekatkan diri pada Sakramen Rekonsiliasi, titik awal yang esensial dari setiap perjalanan pertobatan sejati. Dalam Gereja partikular (Keuskupan), perhatian khusus harus diberikan untuk mempersiapkan Para Imam dan umat merayakan Sakramen Pengakuan Dosa dan menyediakannya dalam bentuk pengakuan pribadi.
Karena itu gerakan tahun Yubileum 2025 Keuskupan Labuan Bajo yakni pertama Gerakan Rohani Dimana pembukaan Tahun Yubileum Keuskupan Labuan Bajo dilaksanakan bersamaan dengan Perayaan Ekaristi Penutupan Sidang Pastoral Keuskupan Labuan Bajo pada 16 Januari 2025.