Mohon tunggu...
Vinsensius Patno
Vinsensius Patno Mohon Tunggu... Guru - Penulis Terhebat Adalah Penulis Yang Mampu Mengisnpirasi Banyak Orang

VINSENSIUS PATNO TINGGAL DI LABUAN BAJO MANGGARAI BARAT SEORANG GURU DAN JURNALIS Hp: 082144900530 email: vinsensius.patno1380@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memaknai Momentum Pemilu dengan Perayaan Kasih Sayang

12 Januari 2024   16:17 Diperbarui: 13 Januari 2024   13:06 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Valentine Day atau yang lebih dikenal dengan Hari Kasih Sayang merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan manusia.  Momen ini dijadikan sebagai sarana dalam mempererat  hubungan Kasih Sayang sesama manusia. Momen ini diperingati setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Hari yang sama pada peristiwa pemilu yang akan datang bangsa ini melaksanakan pemilu serentak. Seluruh masyarakat menentukan hak pilihnya sesuai dengan suara hati nuraninya.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah apa makna momentum pemilu di rayakan bertepatan dengan hari kasih sayang?

Tanggal 14 Februari 2024 semakin mendekat. Pada hari itu bukan hanya menandakan hari kasih sayang, tapi juga membawa agenda besar bagi bangsa Indonesia yakni pemungutan suara pemilu serentak. Momen dimana warga negara akan menyalurkan hak suaranya. Hari yang sama juga  bertepatan dengan Valentine's Day atau Hari Kasih Sayang.

Momentum hari kasih sayang menjadi kesempatan untuk memberikan suara dengan hati nurani. Hari itu bertepatan dengan hari pencoblosan suara. Ini  merupakan momentum yang syarat dengan seruan damai, kasih dan persaudaraan. Dua hal yang memiliki  makna dan nilai yang patut dicermati di balik tanggal tersebut. Di satu sisi, ada harapan agar masyarakat menumpahkan rasa cintanya terhadap negeri dengan menggunakan hak pilih secara bijak dan bertanggung jawab. Selain itu ada kekhawatiran yang sangat tinggi bahwa hiruk-pikuk Pemilu Serentak 2024 akan menggeser kemesraan di Hari Kasih Sayang. Akankah hiruk-pikuk pada pencoblosan 14 Februari 2024 menggeser kemesraan di Hari Kasih Sayang?

Kita mesti akui, Pemilu seringkali menjadi ajang gesekan antar-kandidat dan pendukungnya. Suasana inipun tak jarang merembet ke ranah kehidupan personal. Hal ini berpotensi memecah belah keharmonisan antar-teman, keluarga, bahkan kekasih. Hal inilah yang dikhawatirkan akan mengikis esensi Valentine's Day sebagai momen untuk merayakan cinta.Momen ini harus menjadi ajang refleksi untuk memahami esensi sejati keduanya.

Kasih Sayang tak melulu soal romantisme, ia juga terwujud dalam rasa peduli dan tanggung jawab terhadap sesamanya, termasuk bangsa dan negara. Pemilu pada hakikatnya adalah wujud nyata mencintai Indonesia dengan menentukan arah masa depannya.

Pada tanggal 14 Februari 2024 bertepatan dengan hari valentine atau hari kasih sayang  mengandung makna dan harapan agar pemilu berlangsung damai dan penuh kasih sayang.

Pemilu ini harus dirayakan dengan penuh kegembiraan. Mengajak semua masyarakat, terutama pemilih pemula, untuk memberikan hak suara mereka dengan riang gembira, tanpa adanya unsur keterpaksaan. Ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk memberikan hak suara kepada kontestan Pemilu dengan sukacita, tanpa merasa terpaksa atau memaksa dalam pesta demokrasi mendatang.

Untuk itu pada masa kampanye agar para kontestan pemilu 2024 menjalankan kampanye yang sehat dan berkualitas. Selain itu  para kontestan menjalankan kampanye yang semakin berkualitas dan menyehatkan demokrasi, serta tidak merusak tatanan bangsa

Di harapkan para kontestean pemilu memulai kampanye dengan mengurangi mobilisasi massa dan memanfaatkan teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi ini diharapkan dapat melahirkan kampanye yang berintegritas. Menolak penggunaan politik atas nama SARA dan politik identitas tetapi mengedepankan politik ide dan gagasan, karena yang ingin dibangun bukan demokrasi pengkultusan, bukan demokrasi idola, tapi demokrasi gagasan.

Situasi yang kita hadapi saat ini membutuhkan komitmen persatuan dari seluruh pihak, soliditas seluruh elemen bangsa. Memerlukan pemerintahan yang tenang dan kuat agar dapat bekerja sungguh-sungguh, memerlukan stabilitas politik dan keamanan untuk mengatasi tantangan di masa yang akan datang.

Karena itu memerlukan seluruh dukungan dari seluruh elemen bangsa untuk ikut berpartisipasi melakukan pengawasan, agar politik identitas tidak terjadi. Politik identitas berpotensi dapat memecah belah bangsa dan menghambat perkembangan demokrasi. Dampak politik identitas ini tidak hanya berpengaruh pada miskinnya ide dan gagasan tetapi juga dapat memecah belah bangsa dan memperlambat perkembangan demokrasi di Indonesia

14 Februari 2024 sebagai titik perjumpaan dan pertemuan yang bernuansa kasih. Saat yang sama dalam suasana kasih itu kita menentukan pilihan sesuai dengan suara hati nurani. Memilih dan mencoblos  pemimpin yang terbaik menurut hati nurani, bukan karena tekanan atau fanatisme, tapi didasari oleh cinta kepada Tanah Air.

Melalui perayaan kasih sayang ini kita wujudkan rasa cinta tanah air dengan saling menghargai perbedaan pandangan politik, jaga keharmonisan dengan tidak menjadikan Pemilu sebagai alat perpecahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun