Mohon tunggu...
Vinny Dubidu
Vinny Dubidu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

there's no coincidence in life. all you have is what you've chosen.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ayam atau Telur, Baik atau Jahat?

2 Maret 2011   19:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

berbicara tentang kebaikan, kadang saya jadi bertanya-tanya.

"emangnya ada orang baik? di dunia?"

bukannya kenapa-kenapa. menjadi baik itu bukan perkara gampang.
baik untuk kita belum tentu baik untuk orang. baik untuk orang, bisa jadi buruk untuk kita.
jadi bagaimana caranya kalau kita mau jadi orang baik? bisa jadi kita harus berlaku seolah itu baik untuk kita, padahal sebenarnya tidak. bukankah itu berarti bohong? emangnya bohong itu baik?

dalam dunia akademis, dunianya orang-orang pintar (atau sok pintar), ada istilah "white lie". yakni sebuah kebohongan yang dibungkus sedemikian rupa dengan rapinya sehingga tidak tercium sebagai sebuah kebohongan, melainkan sebuah kebenaran. jikalau akhirnya diketahui bahwa itu adalah sebuah kebohongan, maka akan muncul alasan 'kebetulan' untuk membelokkan kebohongan itu dari sebuah kejahatan.
apakah kebohongan versi ini masih bisa dibilang baik?

sekarang, bagaimana dengan orang jahat?

apakah menjadi jahat selalu salah? banyak yang bersikap jahat untuk alasan kebaikan?
"saya berkata jahat (dan jujur) kepada anda, karena saya ingin anda maju!"
lalu, apakah situasi itu masih pantas dilabeli cap "kesalahan"? atau "kejahatan"?

perkara baik dan jahat memang susah ditebak. susah ditelaah. susah dipastikan.

ibarat hati yang sedang jatuh cinta (boleh dong colongan :D), kata orang bisa berubah-ubah. hari ini suka , besok benci, lusa naksir, minggu depan ilfil. orang jahat bisa jadi baik. orang baik bisa jadi jahat.
lihat saja berapa banyak figur di sekeliling kita ,yang dulu dielu-elukan karena kebaikannya, kemudian 'digelari' seorang yang jahat beberapa tahun setelahnya. untuk alasan apa? alasan yang tidak bisa dipastikan juga kebenarannya.

saya pribadi merasa saya adalah orang yang baik. saya rela berkorban untuk teman. rela mendengar cerita teman. rela berpura-pura tersenyum demi teman. loh, jahat nggak kalau begitu? kalau itu jahat, berarti saya juga orang jahat.

ya sudahlah. anggap saja nggak ada orang baik di dunia. nggak ada juga orang jahat di dunia.
yang ada hanya, orang yang bisa jadi baik dan jahat, pada saat tertentu, waktu tertentu, tergantung keinginan, tergantung kebutuhan. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun