Mohon tunggu...
Prila
Prila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswi Hubungan Internasional | Universitas Muhammadiyah Yogyakarta | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Book

Evolusi Sistem Pertahanan Jepang

2 Juli 2023   14:47 Diperbarui: 2 Juli 2023   15:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Review Buku Evolusi Sistem Pertahanan Jepang

Identitas Buku

Judul Buku : Evolusi Sistem Pertahanan Jepang

Penulis : Sugeng Riyanto

Editor : Mohammad Nizar 

Desain Cover : Kuswanto

Setting/Layout : Muklisina Lahudin 

Cetakan : Satu, Januari 2012

Penerbit : Prudent Media 

ISBN : 978-602-99413-9-5

Tentang Penulis

Sugeng Riyanto Lahir di sebuah kampung kawasan Sleman Yogyakarta, tahun 1970 yang lalu. Mengenyam pendidikan kesarjanaan di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dengan mengambil judul skripsi "Perdagangan Senjata Amerika Serikat Pasca Perang Dingin." serta memiliki pembimbing utama Prof. Dr. M. Amien Rais dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun yang sama, bergabung dengan almamaternya sebagai staf pengajar. Kajian "strategis." yang ditekuni semenjak S1, diteruskan pula ketika menempuh pendidikan master di Program Ilmu Politik Universitas Gadjahmada Yogyakarta, dengan menulis tentang Asean Regional Forum dalam kaitannya dengan penataan keamanan Asia. Dalam kesehariannya, selain mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional beliau juga mengajar mata kuliah Keamanan Asia Pasifik.

Ia pernah melakukan penelitian di ISEAS Singapura 2002, kemudian mengikuti Workshop International Humanitarian Law di Kuala Lumpur Malaysia 2005, Workshop tentang Perlucutan Senjata yang diselenggarakan oleh PBB di Bali 2006, dan yang terakhir beliau juga mengikuti serangkaian Pertemuan Kelompok Ahli yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Selain aktivitas mengajar, penulis juga mempunyai aktivitas lain, misalnya menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2004-2007, dan 2009-2011. Pernah pula menjadi PLT Wakil Dekan Fisipol tahun 2011. Di luar kampusnya, penulis ikut mendirikan dan menjadi Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) yang pertama tahun 2009-2011. Aktivitas sosialnya banyak dihabiskan di Muhammadiyah.

Sinopsis

Menggeluti isu-isu yang kini banyak ditinggal pemeluknya yakni isu kajian strategis khususnya menyangkut masalah pertahanan dan keamanan. Dalam khasanah  disiplin Ilmu Hubungan Internasional, kajian strategis merupakan salah satu core pembentuknya, dan menjadi isu dominan semenjak kelahirannya hingga saat Perang Dingin berakhir. Namun semenjak itu, kajian strategis mulai terpinggirkan, berganti dengan isu yang lebih menjual yakni ekonomi, kebudayaan, dan isu sosial lainnya. Dalam kerangka demikian, harus ada pihak yang rela bertahan menjaga agar kajian mengenai isu ini tetap berkembang dan tidak habis terkikis isu lain. 

Isu tentang Sistem Pertahanan Jepang ini dianggap layak untuk diangkat, justru karena negara ini jarang mengambil bagian dalam konstelasi keamanan Internasional karena sifat pasifismenya, dan justru ketika isu kajian strategis mulai surut. Asumsinya adalah karena Hubungan Internasional selalu mengalami dinamika dan pengulangan sejarah. Suatu saat isu ini akan kembali menyeruak, apalagi Jepang mempunyai catatan sejarah panjang soal kemiliteran, serta saat ini mengalami ketergantungan energi dari luar. Jika energi ini makin habis, tentu saja Jepang bisa jadi memainkan peran masa lalu nya meskipun berat perjalanan ke arah sana.

Buku ini bermanfaat bagi para penstudi Jepang dan penstudi Keamanan. 

Pembahasan 

Jepang modern pasca Perang Dunia Kedua adalah Jepang yang makmur dan kuar secara ekonomi. Sekalipun demikian, Jepang tidak dapat mengekspresikan dirinya sebagai negara dalam arti sesungguhnya karena tidak diperkenankan menggelar pasukan sejak kekalahannya dalam Perang Dunia II. Konstitusi Jepang yang disusun dibawah tekanan Amerika memang melarang negeri matahari terbit ini untuk memperlihatkan otot militernya karena dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan bagi Barat khususnya Amerika.

Keadaan tanpa kemampuan militer negara yang dipaksakan dari luar ini sesungguhnya tidak wajar. Oleh karena itu, sebenarnya dalam hati sebagian politisi maupun penduduk Jepang tetap ada keinginan untuk menjadi apa yang disebut sebagai negara normal yakni negara yang mampu membela dirinya dari serangan pihak lain dan dapat pula melakukan serangan balik bila diperlukan. Sampai dengan pecahnya perang melawan terorisme yang dilancarkan mantan Presiden Bush, Jepang tetap hidup dalam kondisi tunduk penuh terhadap konstitusi. Dalam kenyataan kekuatan militer Jepang hanya berkembang setingkat Badan Pertahanan Jepang (Japan Defence Agency) yang jauh lebih rendah dari sebuah Departemen Pertahanan yang biasa dimiliki oleh setiap negara yang normal.

Namun perkembangan regional dan Internasional pasca tragedi 11 September membuat keyakinan diliputi keraguan tersebut mulai diragukan manfaatnya oleh sebagian politisi Jepang yang merasa dituntut untuk memperkuat kembali nasionalisme Jepang. Kehadiran China sebagai kekuatan ekonomi, perdagangan, dan militer baru dalam kancah global membuat Jepang tidak mungkin berdiam diri. Ketidaksediaan Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya merupakan alasan lain yang mebuat sekelompok politik Jepang semakin bersemangat untuk menegakkan kembali kepala mereka ditengah perubahan konstelasi dunia yang telah jauh berbeda dari era pasca Perang Dunia II. Perilaku negara tetangga ini membuat Jepang makin hari semakin tidak aman mengingat posisi geografis kedua negara sangat berdekatan dan Jepang pun dalam jangkuan kekuatan nuklir Korea Utara.

Keinginan kuat untuk mendongkrak kekuatan militer Jepang ini menemukan momentumnya dengan naiknya Shinzo Abe ke panggung politik nasional. Tradisi politik yang membesarkan Perdana Menteri Shinzo Abe merupakan faktor penentu utama mengapa ia cenderung konservatif dan nasionalistis. Gabungan antara pertembuhan nasionalisme di kalangan politisi Jepang, perkembangan regional yang dianggap sebagai tantangan dan ancaman serius membuat pemerintah Jepang memutuskan untuk membentuk Departemen Pertahanan. Dengan demikian, Jepang di bawah pemimpin nasionalis menegaskan terjadinya pergeseran sistem pertahanan Jepang yang cenderung lebih aktif. Paling tidak Shinzo Abe sukses menaikkan gengsi Badan Pertahanan Jepang menjadi Departemen Pertahanan Jepang.

Kelebihan

Penulis menyajikan bacaan semuanya dengan penulisan yang baik sesuai kaidah Bahasa Indonesia, memberi pemahaman yang tidak rumit kepada pembaca sehingga bisa di mengerti dengan mudah. Menarik nya buku ini setiap Bab atau halaman bukunya tertera rincian notes jika ingin membaca lebih lanjut pada bacaan yang lain. Pembahasan buku ini tidak hanya bacaan, penulis juga memberi tabel sebagai pelengkap yang dimana menambah point bagi pembaca sehingga bisa menambah ilmu. Di akhir buku, penulis memberi lengkap data daftar pustaka, beliau menyertakan referensi buku-buku, terbitan berkala, dan yang terakhir Web-site based, hal ini begitu membantu bagi pembaca yang sekira nya ingin membaca lanjut tentang Isu Evolusi Pertahanan Pertahanan Jepang. Pemilihan cover buku yang bagus, tidak terkesan norak.

Kekurangan 

Menurut saya kekurangan dalam buku ini terletak pada rincian informasi tentang identitas buku seperti tidak adanya tebal buku, Ukuran buku. Kemudian, ada juga beberapa salah penulisan kata. Namun, selebihnya karangan buku ini sangat bermanfaat dan bagus untuk menambah wawasan. 

Kesimpulan 

Buku ini banyak membahas momen-momen penting perubahan paradigma pemikiran militer Jepang pada masa Shinzo Abe berkuasa. Karangan buku ini juga sangat menarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana faktor-faktor internal dan eksternal bersama-sama mempengaruhi proses pengambilan keputusan penting di Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun