Mohon tunggu...
Vinna RamadhanySy
Vinna RamadhanySy Mohon Tunggu... Dosen - Penulis artikel

Artikel Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Anak Berkebutuhan Khusus (ADHD Vs Autisme)

29 November 2020   18:20 Diperbarui: 29 November 2020   18:28 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dewasa ini, isu mengenai anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah semakin terangkat kepada masyarakat dan kepedulian masyarakat terkait ABK mulai mengalami peningkatan. 

Akan tetapi stigma terkait anak berkebutuhan ini masih menggambarkan bahwa masyarakat memahami anak ABK ini hanya memiliki "kekurangan". Khususnya pada anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan Autism, masyarakat umum masih memiliki kesulitan membedakan antara ADHD dan Autism.

Hal ini  mengakibatkan anak -- anak tersebut belum mendapatkan perlakuan yang tepat, baik dari teman sebaya maupun orang dewasa di sekelilingnya. Maka sebetulnya apa perbedaan mendasar yang dapat menggambarkan keduanya? 

Pertama adalah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), siapa itu anak ADHD? ADHD merupakan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) impulsivitas yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir dan mengendalikan emosi; masalah rentang perhatian (inattentive), dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. 

Adapun terdapat 3 tipe dari ADHD ini yaitu inattentive, hyperactivity-impulsive, dan tipe kombinasi. Beberapa perilaku sering terlihat dari anak ADHD misalnya mudah terdistraksi dengan stimulus lain (penglihatan, suara, gerakan dalam lingkungan), kesulitan mengingat dan mengikuti arahan, kesulitan memusatkan perhatian pada tugas dan aktivitas bermain, sangat enerjik, hampir selalu bergerak, menginterupsi orang lain, menjawab sebelum pertanyaan selesai, kesulitan menunggu giliran dalam permainan dan kegiatan, dan lain -- lainnya. 

Pada awalnya, orang tua mungkin tidak menyadari bahwa perilaku ini adalah bagian dari ADHD. Ini mungkin tampak seperti anak kecil yang bertingkah buruk karena sulitnya anak -- anak tersebut memusatkan perhatian dan terus bergerak. 

Selanjutnya, apa itu Autism? Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang secara umum berpengaruh pada kemamuan komunikasi, interaksi sosial, dan pola -- pola perilaku repetitif. ASD ini merupakan suatu spektrum bisa dari ringan hingga sangat berat dan hanya bisa didiagnosis oleh professional.

Adapun anak dengan autise memperlihatkan perilaku kesulitan menjaga kontak mata, menampilkan ekspresi wajah, kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah, seringnya mengulang -- ulang frasa, memiliki cara bermain yang kurang variatif atau imajinatif,  sering terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas, dan lain -- lain.

Maka melalui penjelasan di atas dapat terlihat perbedaan pada kedua jenis kebutuhan khususnya, ADHD berfokus pada kurang atentifnya anak dan dapat disertai dengan hiperaktivitas.

Sementara autism berfokus pada terhambatnya pola interaksi sosial dan komunikasi anak berkebutuhan tersebut. Lalu apa yang dapat dilakukan? Anak ABK sendiri sebetulnya tetaplah individu yang sama hanya mereka memiliki perilaku yang berbeda, hal ini pun menunjukkan selain "kekurangan" yang terlihat mereka pun memiliki kelebihan yang dapat dikembangkan. 

Acceptance (penerimaan) berperan penting dan besar karena ketika kita mengetahui anak ADHD dan Autism memiliki keunikan dalam diri mereka tetapi seperti kita ketahui lingkungan memiliki peran dalam usaha ABK beradaptasi, salah satunya adalah sekolah. 

Kompetensi tertentu perlu dimiliki oleh tenaga pendidik dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Namun pada kenyataan di lapangan, masih banyak sekolah Inklusi yang guru-gurunya masih belum mendapatkan gambaran menyeluruh tentang Autis dan ADHD. 

Berdasarkan fenomena tersebut, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta menginisiasi perlu diadakannya psikoedukasi bagi para guru untuk menjawab permasalahan terkait ABK di sekolah dan mengangkat tema mengenai anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder) dan Autisme.

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, seminar edukasi menjadi salah satu wadah bagi semua orang dalam memperbarui ilmu yang dimiliki. Seminar edukasi dilaksanakan ini bertujuan untuk mengedukasi para tenaga pengajar dalam melakukan intervensi kepada anak dengan gangguan ADHD dan Autisme. 

Seminar online (webinar atau web seminar) bernama Seminar Edukasi (Siedu) sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat untuk guru mengenai awareness terhadap anak berkebutuhan khusus, khususnya anak Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Autisme.

Dikarenakan tujuan kegiatan webinar ini selain meningkatkan awareness guru-guru akan pemahaman akan perbedaan antara ADHD dan Autism, dan ciri-ciri utama yang dimiliki anak-anak dengan gangguan ini, sehingga guru-guru dapat mengenali anak didik mereka.

Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ juga melalui webinar ini ingin memberikan beberapa insight atau masukan cara-cara menghadapi atau penanganan anak dengan ADHD dan Autistm di sekolah.

Tentu saja antara anak ADHD dan Autism memiliki keunikan, keterbatasan, dan kelebihan mereka yang berbeda-beda. Penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi gangguan si Anak, dapat memberikan hasil yang optimal untuk perkembangan anak, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.

Anak dengan gangguan Autism yang cenderung tidak dapat memahami perkataan orang lain, meskipun begitu dalam berkomunikasi guru sebaiknya tetap berbicara langsung kepada anak, serta melibatkan orang tua dalam seluruh rencana perlakuan terhadap anak, Dalam belajar anak Autism akan lebih mudah memproses informasi berupa visual, dibuatkan kegiatan harian yang terstruktur, memberikan contoh kejadian yang real, agar anak lebih paham, harus melibatkan semua gesture pendukung untuk menjelaskan pelajaran kepada anak Autism, serta menyederhanakan perintah atau instruksi untuk anak Autism

Anak ADHD juga memiliki keunikan sendiri, guru sebaiknya menyesuaikan metode pembelajaran dengan keunikan anak. Salah satunya adalah dengan cara mengakomodasi apa yang harus dikerjakan anak, dengan instruksi yang lebih jelas. 

Anak ADHD mudah sekali terganggu konsentrasinya ketika ada objek lain yang lebih menarik, jadi hindarkan menempatkan anak ADHD duduk di daerah jendela, instruksi harus jelas dan singkat untuk menghindari anak kehilangan konsentrasi ditengah-tengah pemberian instruksi, melakukan organisasi tugas, menjaga eye-contact, menggunakan gambar dan grafik dalam menjelaskan, beri jeda istirahat di tengah pelajaran jika anak merasa bosan dan sudah tidak dapat konsentrasi lagi.

Kegiatan seminar edukasi ini berlangsung pada tanggal 4 Juli 2020 pukul 13.00-15.00. Sebelum pelaksanaan seminar edukasi ini, tenaga pendidik terlebih dahulu diminta untuk mengisi pendaftaran dan pre-test via google form untuk mengetahui apa yang belum diketahui dari anak ADHD dan Autisme. 

Setelah mengikuti webinar, guru-guru diminta lagi untuk mengisi post-test dengan platform yang sama untuk mengetahui feedback dari webinar ini. Berikut foto poster, infografis, dan kegiatan webinar SIEDU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun