Bagaimana contoh memahaminya? Katakanlah kelak kita ingin pensiun umur 56 tahun. Kita hendak menanamkan Rp 10.000.000 ke dalam sebuah tabungan berjangka atau deposito di sebuah BPR yang memberikan tingkat bunga 6% per tahun (sudah dipotong pajak bunga). Di sini, kita memiliki dua macam skenario, yaitu dimana kita berinvestasi pada saat umur kita masih 15 tahun dengan kita baru memulainya pada umur 20 tahun.
Tunggu! Umur 22 tahun belum punya tabungan berjangka atau deposito?? Percayalah, sebagian kecil mahasiswa yang pernah saya ajar masih memiliki pengetahuan keuangan yang memprihatinkan; tidak pernah dididik melek keuangan oleh orang tua mereka. Oleh karena itu, di contoh kasus ini, saya tetap menggunakan asumsi bahwa tabungan berjangka dan deposito masih dapat dikatakan sebuah "investasi yang bagus untuk pemula".
Dengan mengaplikasikan rumus Future Value (FV) yang menggunakan asumsi bunga-berbunga, ketika kita mulai membuka deposito pada umur 17 tahun maka uang 10 juta rupiah tersebut akan menjadi Rp 97.035.075 pada umur 56 tahun. Sedangkan ketika kita baru mulai membuka deposito pada umur 22 tahun, maka uang tersebut akan menjadi Rp 72.510.253 pada saat kita pensiun nantinya. Ada perbedaan hasil akhir sekitar Rp 24-25 juta ketika kita menunda lima tahun untuk memulai perencanaan investasi kita.
Intinya, menunda-nunda akan menyebabkan hasilnya tidak bisa maksimal. Selain itu, dengan semakin dini kita memulainya, kita juga akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar beragam investasi sehingga kita bisa berstrategi lebih baik dalam menjalani hidup kita.Â
Kita bisa lebih tanggap terhadap tren terbaru di dunia keuangan yang mungkin membuat kita mampu melakukan diversifikasi investasi yang sesuai dengan arah dunia ini ke depannya. Harapannya adalah supaya kita dapat merealisasikan tujuan hidup kita dengan sebaik-baiknya; dalam contoh di atas misalnya adalah ingin pensiun dengan tenang tanpa perlu khawatir lagi soal dana pensiun.
Sama halnya dengan asuransi, memulai dari usia yang bahkan terbilang masih belasan atau nyaris menuju kepala dua adalah tindakan yang bagus. Mengapa? Karena uang premi asuransi yang harus dibayarkan akan semakin rendah, sebagai akibat dari asumsi bahwa risiko manusia ketika masih muda cenderung kecil.
Ketika anda baru mengajukan aplikasi asuransi pada umur 30 tahun, atau bahkan ketika sudah berusia kepala lima, yakinlah uang premi yang harus dibayarkan akan semakin mahal. Tentunya kita sudah terbiasa mendengar, baik dari stigma masyarakat maupun pengalaman nyata orang-orang di sekitar kita, bahwa semakin tua semakin rentan dan banyak pula penyakit yang bisa atau bahkan sedang dideritanya.
"Tapi kalau masih muda kan, masih sering kena sindrom kanker (baca: kantong kering) pak. Lalu mana yang perlu didahulukan? Investasi atau asuransi?"
Pertanyaan ini cukup rumit karena kita harus berangkat dari kondisi masing-masing orang, baik secara pribadi maupun latar belakang keluarganya. Ada yang sedari kecil sudah diikutkan beberapa asuransi oleh orang tuanya, sehingga mereka tinggal berpikir untuk memulai investasi pribadinya saja sejak dini. Saya ucapkan selamat kepada kalian, karena orang tua kalian adalah salah satu orang tua yang terbaik yang bisa kalian miliki.
Namun, jangan berkecil hati bagi yang belum memperoleh perlindungan asuransi dari orang tuanya sejak kecil. Pemerintah kita telah memikirkan kebutuhan proteksi kesehatan berbentuk keanggotaan wajib di BPJS Kesehatan (dulunya bernama PT Askes Indonesia). Terlepas dari pro & kontra yang ada di masyarakat sekarang ini, BPJS Kesehatan nyatanya merupakan perwujudan asuransi kesehatan yang menjadi hak segenap warga negara.
Pemerintah kita ingin supaya kita melek asuransi juga, meskipun dengan sedikit pemaksaan berupa keanggotaan wajib. Kalau tidak dipaksa, ya kapan mulainya? Benar kan? Jika anda merasa banyak sekali kelemahan yang ada dalam praktik penggunannya di lapangan, maka itu harusnya menjadi satu lagi alasan kuat bagi anda semua untuk mencari aplikasi asuransi yang lainnya.