Misalnya saja, jika pada tahun ini kita mempunyai jumlah uang Rp 10 juta, kemudian prediksi inflasi Indonesia oleh Bank Indonesia selama setahun ini adalah 5%, maka targetkan bahwa Rp 10 juta itu tahun depan harus menjadi Rp 10,5 juta (5% x Rp 10 juta = Rp 500.000,-). Target minimal ini yang oleh beberapa praktisi investasi personal yang saya kenal secara pribadi selama ini sebut sebagai ‘batas awal melek keuangan dalam hal investasi’. Jika anda tidak bisa menambah penghasilan dari pekerjaan, minimal, anda harus bisa mencari cara supaya nilai uang anda bisa terjaga agar tetap sama seiring dengan perkembangan zaman.
BAGAIMANA CARANYA MENYIASATI DAMPAK NEGATIF INFLASI?
Salah satu caranya yang paling umum adalah, seperti yang sudah disebutkan tadi, yaitu berinvestasi. Prinsip dasarnya adalah “berinvestasilah di instrumen-instrumen investasi apapun, baik itu aset fisik maupun aset keuangan, yang dapat memberikan imbal hasil/return yang persentasenya berada di atas tingkat persentase inflasi”. Jika anda menggunakan uang anda untuk membeli instrumen investasi yang memberikan imbal hasil di bawah tingkat inflasi, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai kegiatan ‘berinvestasi’.
Beberapa jenis investasi bisa menjadi solusi bagi para pekerja tetap yang merasa ‘tidak punya waktu’ untuk menambah jumlah pendapatannya seorang diri, misalnya saja dengan menjalankan bisnis atau usaha sampingan yang dapat memecah konsentrasinya dan mengancam etika profesionalisme nya di tempat kerja masing-masing. Untuk itulah, kita akan fokuskan saja dulu artikel ini pada aset-aset keuangan atau non-fisik.
Apakah yang penting hanya dengan berinvestasi di instrumen yang memberikan tingkat imbal hasil setinggi-tingginya? Semuanya harus kembali dulu ke tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko yang dimiliki oleh masing-masing orang, dimana ketiganya bisa saja berbeda seorang dengan yang lainnya meskipun terdapat beberapa kesamaan demografis, misalnya saja umurnya sama atau tingkat pendidikannya sama..
Secara umum, ada tiga jenis atau kelas aset keuangan yang pernah didengar walau hanya sekali oleh orang awam sekali pun ketika mereka membaca atau mendengar berita-berita ekonomi di koran maupun televisi: SAHAM, OBLIGASI/SURAT HUTANG, dan PASAR UANG. Setiap kelas aset keuangan tersebut memiliki kinerja, potensi risiko, dan rekomendasi jangka waktu investasi yang berbeda-beda. Oleh karena itulah, penting untuk mengetahui dan menetapkan ketiga hal utama di paragraf sebelumnya terlebih dahulu sebelum berinvestasi dengan benar dan tepat guna.
Apakah ketiga jenis aset keuangan tersebut bisa menjamin kita supaya kita tidak terkena dampak negatif inflasi?
Pada prinsipnya, selama aset-aset keuangan tersebut bisa memberikan imbal hasil di atas inflasi, maka jawabannya adalah iya. Terutama sekali bila berinvestasi di aset-aset keuangan yang risikonya memang tergolong rendah dan aman untuk dibeli. Contohnya saja seperti instrumen investasi di pasar uang dan pasar obligasi yang memiliki risiko rendah namun pada umumnya memiliki tingkat pengembalian yang lebih baik dari deposito bank umum. Kita bisa membeli aset-aset tersebut, baik secara langsung maupun dengan membeli ‘versi’ reksadana yang lebih terjangkau oleh kita-kita yang mungkin merasa diri ini bukan kaum para sultan pemilik ladang minyak atau tambang emas.
Namun, jika aset keuangan yang dipilih adalah saham, baik membeli saham secara langsung maupun dalam bentuk reksadana, maka sangat disarankan untuk melakukannya dengan pemikiran bahwa anda akan mengambil hasilnya dalam jangka panjang atau lebih dari sepuluh tahun. Hal ini disebabkan oleh ‘sifat alami’ pasar saham yang lebih berisiko atau fluktuatif perkembangan nilainya sehingga ada saatnya pasar saham mengalami penurunan selama beberapa tahun dalam periode sepuluh tahunan.
Bagaimana kalau kita mempunyai tujuan keuangan yang terbilang jangka pendek, tapi kita juga tidak mau nilai uang kita menjadi berada di bawah tingkat inflasi? Atau, bisa juga karena kita tidak tahu apa tujuan keuangan kita saat ini tapi tetap ingin belajar berinvestasi. Produk investasi macam apa yang bisa digunakan?
Dalam kebanyakan kasus, pertanyaan ini lebih mengarah kepada masalah likuiditas, dimana orang-orang ingin berinvestasi tapi tidak mau jika kegiatan tersebut sampai akan mengorbankan kepentingan mereka yang sewaktu-waktu butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari yang sifatnya darurat. Jika memang anda lebih termotivasi karena ingin latihan praktik kegiatan investasi yang gampang dan aman, aset keuangan dari pasar uang maupun pasar obligasi dalam bentuk reksadana bisa menjadi pilihan terbaik untuk anda.