Mohon tunggu...
Vinka Kristy Andriani
Vinka Kristy Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik'18

menulis adalah hobiku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perbedaan yang Menyatukan pada Film "Cinta tapi Beda"

23 September 2020   21:20 Diperbarui: 24 September 2020   07:57 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan sekedar cerita lucu, namun banyak hal yang kita udah lewati. Termasuk cerita tentang aku dan juga tentang kamu. Masing-masing udah kita ketahui. Namun, dari semuanya itu, aku gak tahu kemana kita akan melangkah. - Cahyo

Apa yang kamu rasakan ketika melihat kutipan yang ada di atas? Apakah perasaan itu sedih dan menyakitkan?

Perasaan tersebut tentunya akan kita rasakan ketika kita sedang berada dalam suatu masalah. Hal itu juga dapat kita temukan pada film Cinta Tapi Beda (2012). Film tersebut menceritakan sepasang kekasih yang saling mencintai, namun terhalang dengan perbedaan keyakinan yang dianut.

Film "Cinta Tapi Beda" merupakan salah satu film Indonesia yang mengangkat isu sosial yang sangat sensitif bagi masyarakat Indonesia. Film tersebut dapat kita lihat dari sudut pandang paradigma fungsionalisme.

Paradigma Fungsionalisme dalam Film "Cinta Tapi Beda"


Paradigma fungsionalisme yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Talcott Parsons. Paradigma ini menitikberatkan pada suatu keteraturan dan mengabaikan konflik yang terjadi ditengah masyarakat. 

Apabila terjadi konflik, maka tidak adanya keseimbangan atau tidak berfungsinya integrasi sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Keseimbangan pada masyarakat harus ditegakkan, sedangkan konflik harus dihindari.

Pada film tersebut, Cahyo yang bekerja di Jakarta sebagai seorang chef tidak sengaja bertemu dengan Diana, yaitu seorang penari yang diajarkan oleh tante Cahyo. Mereka pun mulai saling berkenalan. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka saling jatuh cinta. Cinta yang mereka miliki satu dengan lainnya tidak memandang keyakinan yang mereka anut.

Hal tersebut tentu menjadi suatu konflik yang sulit bagi masing-masing keluarga. Keluarga Cahyo sangat menentang hubungan Cahyo dan Diana, begitu pula dengan keluarga Diana. Adanya ketidakseimbangan yang terjadi pada film tersebut membuat tidak berfungsinya integrasi sosial ditengah keluarga Cahyo dan Diana.

Isu pernikahan beda keyakinan menjadi isu yang sensitif dan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat orang lain dapat memahaminya. Pada film tersebut dijelaskan bahwa memang sangatlah sulit untuk membuat apa yang sebelumnya ditentang oleh orang lain menjadi suatu hal yang dapat diterima oleh masyarakat.

Konflik demi konflik yang selalu bermunculan pun sempat membuat Cahyo dan Diana memutuskan untuk tidak bertemu. Cahyo dan Diana yang selalu berusaha meyakinkan kedua orang tua mereka pun mulai menyerah karena tidak ada restu yang diberikan. Sehingga, Cahyo dan Diana mulai mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tua mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun