Kemajuan teknologi mempermudah siapapun dalam mengakses informasi. Kegiatan literasi kini tidak hanya tentang buku fisik tetapi juga media digital. Literasi informasi merupakan kemampuan untuk mengevaluasi, memadukan, dan melihat kembali tujuan ulang informasi (repurposing).Â
Repurposing mengacu pada proses merevisi materi untuk tujuan tertentu sehingga informasi menjadi lebih cocok dengan audiens. Bagaimana penulis mengatur dan menyampaikan informasi sangatlah penting agar informasi dapat tersampaikan dengan baik, sehingga khalayak mengerti. Dalam penyampaian informasi penulis tidak hanya sekedar menulis saja, tetapi menyisipkan retorika di dalamnya.Â
Baik sebagai penulis maupun pembaca seringkali kita melontarkan beberapa pertanyaan terkait informasi. Misalnya, apakah informasinya akurat ? Apakah informasinya berguna ? Bagaimana reaksi pembaca setelah membaca informasi tersebut ? dan lain sebagainya. Agar dapat menyajikan tulisan yang baik, terlebih dahulu kita merancang dan mempertimbangkan beberapa hal penting.Â
Skenario Penulisan di Web
Dapat diakses publik
Menautkan dengan konten orang lain yang relevan
Mengembangkan ide-ide
Dapat diakses dari waktu ke waktu
Menerapkan komponen multimedia konten seperti audio, video, dan animasi
Mempromosikan ide, orang, hingga acara
Tulisan dapat menjadi arsip dan instalasi yang dapat digunakan orang lain
Meskipun menulis berbasis web dan berbasis cetak sama-sama memuat informasi, tetapi ada perbedaan konten berbasis cetak dan digital di web. Berikut adalah perbedaannya.
Perbandingan Konten Berbasis Cetak dan Digital di Web
Konten Berbasis Cetak
Teks lebih panjang
Tidak dapat menyisipkan hyperlink, atau konten multimedia (audio, video, dan animasi)
Desain minimalis
Pola baca linier dan berurutan, pembaca pembaca mulai membaca dari kiri hingga bawah halaman
Konten tidak dapat diubah
Konten Berbasis Digital
Teks lebih singkat
Menggunakan hyperlink dan konten multimedia
Design lebih menarik
Pola baca non linier, yang berarti pembaca bebas memulai dari bagian tulisan mana yang ia butuhkan
Konten dapat diubah atau diperbarui
Setiap tulisan memiliki karakter, bentuk, dan fungsinya masing-masing. Pada pencarian di Google misalnya, kita akan sering menemukan Web dan file dalam berbagai variasi format. Biasanya kita menemukan format HTML (hypertext markup language), PDF (portable document format), RTF (rich text format) dan masih banyak lagi. Beberapa dokumen dibuat untuk kepentingan publikasi cetak. Adapun file lain juga dari awal dibuat dengan tujuan untuk Web.Â
Tulisan berbasis cetak dengan berbasis Web mungkin sepintas terlihat sedikit saja perbedaannya. Namun, sebagai pembaca yang cermat dan penulis konten berbasis online, kita bisa belajar membedakan dan mengapresiasi konten yang secara khusus dibuat untuk Web. Konten berbasis cetak dan konten digital mungkin akan menunjukkan beberapa karakteristik yang lain.Â
Betul memang setiap orang memiliki kesempatan untuk menulis di Web dengan gaya penulisannya masing-masing. Namun, agar tulisan yang disajikan lebih menarik, ada pertimbangan untuk gaya penulisan yang dapat digunakan. Salah satunya adalah W3C (World Wide Web Consortium).Â
Panduan W3C untuk Gaya Menulis
Upayakan menggunakan deskripsi tautan yang akurat serta judul yang informatif agar pembaca dapat memindai dengan cepat untuk mencari informasi.
Sebutkan topik pada awal paragraf untuk menarik minat pembaca.
Buatlah satu paragraf dengan satu gagasan utama.
Hindari bahasa gaul, jargon, atau kata-kata yang asing didengar.
Gunakanlah kata-kata yang mudah dipahami atau kata-kata yang biasa digunakan.
Menggunakan kalimat aktif, sebisa mungkin menghindari penggunaan kalimat pasif.
Hindari penggunaan bahasa yang berbelit-belit.
Meskipun siapa saja bisa menulis dengan bebas di web, namun tulisan juga tidak boleh dibuat asal-asalan. Dalam beberapa konteks seperti bisnis, akademis, ide dianggap sebagai komoditas yang bisa disebarluaskan, dibeli, dan dijual. Setiap orang memiliki hak tertentu atas karya mereka saat dipublikasikan. Siapapun dapat mengklaim kepemilikan ide dan konten lainnya dengan menetapkan hak cipta.Â
Hak Cipta
Hak cipta merupakan kumpulan hak hukum yang diberikan oleh pemerintah, yang berkaitan dengan reproduksi, distribusi, dan pertunjukan karya sastra, visual, artistik, atau drama asli (Blaksley & Hoogeveen, 2011, h. 362).
Hak Milik Intelektual
Hak milik intelektual merupakan hak cipta pada konten yang tidak berwujud seperti properti merek dagang, penemuan dan paten, ide, dan desain (Blaksley & Hoogeveen, 2011, h. 362).Â
Adanya hak cipta dan hak milik intelektual juga merupakan salah satu bentuk perlindungan serta penghargaan yang diberikan terhadap suatu karya atau konten. Sehingga dengan adanya hak cipta dan hak milik intelektual, kita tidak bisa sembarangan untuk mengklaim ide maupun karya orang lain.Â
Hal ini menjadi penting untuk kita ketahui agar informasi yang kita berikan kepada khalayak tidak menyesatkan dan tidak merugikan pihak lain. Ketika kita menulis pada web, jika kita mengutip ide dari orang lain, maka jangan lupa untuk menyisipkan sumber kutipan. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menggunakan panduan atau ketentuan dalam menulis agar tulisan kita menarik dan dapat mempengaruhi pembaca.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H