Mohon tunggu...
Vindy Putri
Vindy Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Program Studi Sistem Informasi '10 Universitas Jember.\r\n\r\nPenulis 'Barbore Si Cabe Rawit' 2011\r\n6 Antologi 2011\r\n\r\nDiantaranya:\r\n"Hewan Peliharaan"\r\n"Andai Aku Miskin"\r\n"Lagu Opick Inspirasiku"\r\n"Selaksa Makna Ramadhan"\r\n"Surat Terakhir Untuk Mars #6"\r\n"Curcol Konyol"\r\n"Poligami"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi Ramadhan] 10 Puisi tentang Ramadhan oleh Vindy Putri

8 Agustus 2011   13:49 Diperbarui: 18 Juni 2020   21:43 29538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Ratna Fitry dari Pixabay

[1] Buka Senjaku

Adzan berkumandang

Melantunkan syair-syair agung

Tatkala senja beradu paduan daratan

Mulalah wangi pandan menyeruak hidung

Es kolak manis temani senjaku

Manis lidah halalkan buka

Sejenak hati bersyukur lirih

Semoga bukaku akan menutup ibadahku hari ini

Dan mnyingsing sahur esok…

---

[2] Kurma Ramadhanku

Sejuk hati ini,

Mengingat Allah berpeluk hati

Debur ombak

Dasyatnya topan

Sekecil pohon kurma melindungiku

Air mata emosi

Terbakar amarah

Menjadi datu

Namun manisnya kurma

Melamurkan semua

Tak kusangka ramadhanku penuh kerikil

Kerikil-kerikil tumpul

Namun tak semua kerikil,

Kutemukan satu kurma sebagai hikmah ramadhanku…

---

[3] Sahur..., Sahur...!

Pagi buta yang sangat buta

Tatkala bulan bersembunyi

Tatkala matahari tertidur

Pijakkan kaki pada lantai yang dingin

Mata air pun layaknya samudra es

Semua tahu inilah udara terdingin dalam kehidupan

Semua tahu inilah saat mata terlelelap manja

Namun semua tahu, inilah saatnya niat ‘tuk berpuasa…

---

[4] Kunanti Hari Fitri

Lantunan doa mengalir sekujur darah

Melekat sungguh lekat

Pejamkan mata menyusup makna

Resapi bagian terkecil kehidupan

Teringat setitik hina dan seluas pandangan dosa

Terkeruk pasrah sucikan diri

Aduhai ringan tubuh ini

Melayang lepas tinggalkan bait-bait pahit

Malam hilang terbitlah sang fajar

Mencerahkan gelap dengan dinginnya embun

Kunanti hari fitri itu

Penuh harap kan fitrah diri

---

Puisi ini menang dalam kompetisi kecil-kecilan. Dan alhamdulillah..., mendapat pulsa gratis senilai Rp 10.000,00.

[5] Dua Puluh Lima Persen

Dua puluh lima persen

Mengais sudut-sudut peti harta

Dipadu niat tersungging manis

Berbalut plastic atau kertas tipis

Di ujung sana tampak gadis kecil terbalut harap

Hatinya menari namun terbungkus kain goni

Tak urung pakaian pantas pakai melekat erat ditubuhnya

Tangannya kusam namun doanya mulus

Segenggam beras dua setengah kilogram

Atau dua puluh lima persen harta

Sucikan hati dan niat kehidupan

Kembali ke fitri…

---

[6] Malas

Cukupkah dalam sebulan,

hanya dengan menahan lapar dan haus

Menunda aktivitas berat

Menghindari terik siang

Terlelap dalam tutupan kain tebal

bermimpi hidangan special

setetes liur menuntaskan hasrat

tak guna membuat dosa

kumandang bedhug memecah lelap

seraya terbangun dri kegelapan

berharap bedhung senja telah tiba

---

[7] Batal

Pecah…

Akhirnya pecah juga

Lemah dan ringkih

Sejalan sehari penuh godaan

Pecah dan berlubang

Batal…

Akhirnya batal juga

Gagal dan kecewa

Sejalan sehari penuh ujian

Batal dan berhutang puasa

---

[8] Sedari Kecil

Masih kecil pintar puasa

Menitih pahala sedari kecil

Berlama-lama menahan haus

Meski hasrat ingin air susu

Masih kecil pintar puasa

Belajar ibadah sedari kecil

Bersabar-sabar manahan emosi

Meski hasrat ingin menangis

Masih kecil pintar puasa

Mencari hikmah saat bermain

Tidur terlelap menahan lapar

Meski hasrat ingin terlelap kenyang

Sedari kecil mencintai ibadah

Jika sudah besar ahli ibadah

Menitih pahala hingga tua

Kelak masuk surga dalam kenikmatan…

---

[9] Lapar

Meraih kertas coklat berisi

Meraih plastik bening berisi

Namun tangan itu tak sampai

Tak mampu!

Terbuka telapak tangannya

Berharap rizeki menyambutnya

Mengingat sahur belum mengisi kantung perutnya

Berkelana mencari arah

Menyusuri jalan ramai

Meminta sebutir nasi

Meminta setetes air

Tertatih hingga berjumpa dengan malaikat

Kiranya ia kan kenyang di alam sana

---

[10] Taubat di Bulan Ramadhan

Dulu tidak serajin ini

Shalat lima waktu,

Mengaji tadarus,

Melengkapi dengan shalat sunah

Hingga berdzikir disela kesibukan

Dulu acuh tak acuh

Bermain sampai lelah

Tidur pulas hingga pagi

Meninggalkan serangkaian shalat

Hingga mengucap kata-kata tak pantas

Sekarang berbeda

Bulan ramadhan mendapat berkah

Telapak tangannya dicuci bersih

Mulutnya dikumur bersih

Kotoran hidungnya mengilang bersih

Wajahnya cerah bersinar

Lengannya lembab bersih

Rambutnya basah dan segar

Telinganya terbasuh sejuh

Hingga kakinya dingin bersih…

Dan kembali ke jalan Allah

Di bulan suci Ramadhan ini

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun