Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sedih Bukan?!

16 Juni 2023   23:04 Diperbarui: 16 Juni 2023   23:12 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah menjadi kebiasaan bagi Kehidupan untuk berputar-putar dan mengelilingi dunia ini. Kali ini, Kehidupan melihat sekali lagi ratap tangis di pemakaman. Tentu saja, Kematian, kawannya, ada pula di sana. 

Tak pakai lama, Kehidupan pun segera menghampiri kawannya yang sedang berdiri dengan tenang di samping liang kubur tersebut.

"Sedih bukan? Melihat orang yang telah kuberikan kepada mereka, pada akhirnya harus kau ambil." Sapa Kehidupan kepada Kematian. 

"Mungkin jawabanku tak akan memuaskanmu, tetapi aku tidaklah sedih sedikitpun pada apa yang mereka sebut sebagai kematian." Jawab Kematian. 

"Um... mengapa begitu? Apakah nuranimu sudah mati?" 

Kematian sepertinya paham kalau Kehidupan memiliki nilai yang berbeda darinya. Maka Kematian pun mengajak Kehidupan untuk berpindah bersamanya ke atas dahan pohon Kamboja yang ada di kuburan tersebut. 

"Begini, bagiku, kematian adalah sama dengan dirimu memberikan kehidupan. Itu adalah konsekuensi daripada tugas kita menjaga keseimbangan dunia ini." Jelas Kematian.

"Terlebih lagi, banyak orang yang pada akhirnya merasakan kebahagiaan seperti ketika kau memberikan kehidupan kepada mereka. Mereka yang semasa hidupnya mengidap penyakit kronis, hidup tersiksa, atau bahkan tidak pernah diberlakukan seperti manusia, mereka bahagia ketika aku menjemput mereka." Sambungnya. 

"Ah begitukah..? Tapi mengapa kau juga dengan tega mencabut nyawa anak-anak kecil yang tidak bersalah dalam perang? Bukankah kau juga bisa memilih siapa yang akan kau ambil?" Tanya Kehidupan kembali. 

"Lantas kuberikan pertanyaan kepadamu untuk menjawab hal ini, mengapa kau tega untuk tetap memberikan kehidupan kepada janin-janin yang akan lahir di medan pertempuran? Mengapa kau tetap memberikan kehidupan kepada janin-janin yang akan lahir di kala dunia sedang dalam keadaan krisis dan juga penuh dengan kelaparan dan penyakit?" 

Setelah pertanyaan itu dilemparkan, keduanya pun terdiam. Kehidupan lalu bangkit dan pergi meninggalkan Kematian tanpa sedikitpun jawaban. 

Kematian hanya menatap kosong kepada langit, dan lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun