Programmable Logic Controller (Pengontrol logika yang dapat diprogram) adalah kepanjangan dari PLC. Seperti namanya, PLC berfungsi sebagai pengontrol dalam proses industri. PLC mengontrol kontak-kontak dan sensor yang terhubung padanya dengan menggunakan skema gerbang logika. Dari gerbang-gerbang logika inilah kita dapat mengontrol gerak-gerik suatu mesin, melakukan data logging, hingga mengatur parameter-parameter yang ada dalam sebuah mesin untuk mencapai suatu proses tertentu.Â
Perbedaan PLC dan Programming pada Umumnya
Terdapat banyak perbedaan antara PLC dan pemrograman pada umumnya. Meskipun sama-sama berbasis kepada algoritma dan skema if-else, tetapi ada perbedaan mendasar yang hanya dapat dirasakan ketika kita sudah memulai memprogram sesuatu dengan PLC. Beberapa perbedaannya adalah sebagai berikut,
1. Basis Penyusunan Program
Basis penyusunan program pada pemrograman biasa didasarkan kepada use-case dari pemrograman tersebut. Anda membutuhkan latar belakang mengapa program tersebut disusun dengan melihat penggunaan dari program tersebut nantinya. Apakah program tersebut akan digunakan untuk melakukan Machine Learning, atau mungkin hanya program-program pengolahan data sederhana.Â
Tetapi dalam melakukan pemrograman PLC, dasar penyusunan program lebih banyak didasarkan kepada sensor dan bagaimana proses sebuah mesin ingin berjalan. Sebagai contoh, jikalau kita membuat sebuah mesin untuk melakukan pengelompokkan barang, maka kita harus melihat sensor apa yang dipakai dan juga bagian mana saja yang akan terpengaruh oleh program PLC kita. Sehingga, dasar pemrograman dari PLC lebih banyak didasarkan pada bagaimana rangkaian kelistrikan dan mekanik dari suatu mesin berjalan.
2. Â Bahasa yang Digunakan
Jikalau pada pemrograman pada umumnya kita menggunakan bahasa pemrograman yang berbasis pada teks, maka PLC tidak hanya terbatas pada bahasa pemrograman seperti itu. PLC memiliki 3 jenis bahasa yang sering dipakai dalam proses industri, diklasifikasikan dari bentuknya. Bahasa-bahasa tersebut adalah Ladder (LD), Structured-Text (ST), dan Function Block Diagram (FBD).Â
Mengapa perlu bentuk yang berbeda-beda? Karena pada dasarnya, proses industri tidaklah sama untuk semua merek dan juga manufaktur. Serta adanya perbedaan kemampuan antara satu bahasa dengan bahasa yang lainnya. Sebagai contoh, ketika suatu program terlalu kompleks dalam bahasa Ladder, maka bisa jadi dengan menggunakan FBD, kompleksitas dari suatu program bisa berkurang. Dan mungkin pula terjadi sebaliknya, hal-hal sederhana tidak akan berguna ketika dituliskan menggunakan FBD, tetapi akan jadi jauh lebih jelas dengan menggunakan Ladder.Â
3. Keluwesan Program
Perlu diakui bahwa keluwesan program juga menjadi sebuah kekurangan dari pemrograman PLC dibanding dengan pemrograman pada umumnya. Dalam pemrograman PLC, sebuah program yang ditulis pada program untuk merek Omron misalnya, tidak akan bisa digunakan untuk merek Mitsubishi. Kecuali, program tersebut ditulis ulang pada program untuk merek Mitsubishi.Â