Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaksa Tutup Warung Makan Karena Berpuasa? Cupu!

4 April 2022   11:44 Diperbarui: 4 April 2022   11:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun berita ini sudah terlalu lama, tetapi berita ini sempat membuat gonjang-ganjing, terutama bagi masyarakat non-muslim di Bekasi. MUI Bekasi, menyatakan bahwa warung makan harus tutup agar ibadah lebih KHUSYUK! Meskipun, pada akhirnya, MUI Pusat menyatakan untuk tidak perlu ada penutupan warung makan dalam bulan puasa ini. Untuk mengakses beritanya, kalian bisa mengklik di sini. 

Sudah membacanya? Menurut anda, bijakkah pernyataan seperti itu? 

Menurut pandangan saya, tidaklah bijak, dan sungguh menyatakan kelemahan iman mereka jikalau kebijakan tersebut dikeluarkan. Apakah nilai ibadah yang begitu rahasia seperti puasa bisa digadaikan dengan semangkuk nasi ayam? Apakah orang yang benar-benar niat beribadah akan merasa goyah, jika ada nasi ayam di depannya? Berdasarkan pengalaman saya, pada saat atthasila, ada makanan pun saya tidak tertarik menyentuhnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa menutup dan merazia warung makan ketika bulan puasa adalah suatu hal yang cupu abis. Kegiatan yang hanya tertarik untuk dilakukan oleh orang-orang yang memang niat berpuasanya bukanlah ibadah, melainkan memuaskan ego pribadi. Orang yang niat puasanya hanya ikut-ikutan agar tidak dikucilkan oleh kelompok sosial. 

Padahal, dalam kisah-kisah Islam, banyak dan seringkali diberitakan bahwa Nabi Muhammad dan Sahabat-SahabatNya ketika beribadah ya beribadah saja. 

Ketika berperang pun, ketika beberapa pasukannya melakukan desersi, mereka tetap berperang demi agama dan pemikiran yang mereka pertahankan. Ini menunjukkan, bahwa ketika melakukan ibadah, ya lakukan untuk Tuhan dan diri anda sendiri. Tidaklah usah mengurusi hal remeh-temeh yang menjadi tantangan anda ketika menjalankan suatu ibadah.

Malah, menurut pandangan saya, yang bukan seorang muslim, menyediakan makanan bagi kami yang tidak berpuasa adalah sebuah ladang pahala bagi para penjualnya. 

Toh, selama yang mereka lakukan halal di mata hukum dan agama, seharusnya tidaklah menjadi sebuah masalah. Justru yang menjadi masalah adalah ketika mereka yang berpuasa, tanpa perlu disuruh, malah melipir ke rumah makan. Nah, ini yang perlu diregulasi, orang-orang yang katanya menjalankan agama tetapi membohongi Tuhan, sesama, dan dirinya sendiri. 

Semoga kawan-kawan yang berpuasa tidaklah tergoda untuk masuk ke warung makan dan dapat menjalankan ibadah puasa full sampai akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun