Sudah seminggu semenjak serangan pertama Rusia ke Ukraina pada 23 Februari 2022. Sanksi telah dijatuhkan dan banyak negara yang sudah bereaksi. Bahkan PBB sampai menggelar pertemuan khusus untuk membahas kasus ini.
Apakah selesai? Sampai saat ini, baru ada pertemuan-pertemuan saja. Akan tetapi, invasi untuk merebut Kiev tetap berlanjut.Â
Kalau USA sudah tidak menghentikan Rusia dengan sanksi ekonominya, kira-kira apa yang bisa menghentikan invasi Rusia ke Ukraina ini? Siapakah yang bisa menjadi Game Changer dalam konflik yang digadang-gadang menjadi pemicu perang dunia ke 3 ini?
1. Swiss
Dilansir dari berbagai sumber, Swiss ikut dengan EU dalam menjatuhkan sanksi pada Rusia. Hal ini dinilai sebagai sebuah langkah yang akan men-skak Rusia secara ekonomi. Secara, Swiss selama ini berada dalam posisi netral dan menyimpan harta dari berbagai politikus dan oligarki di seluruh dunia.Â
Ikut campurnya Swiss dalam sanksi terhadap Rusia ini bisa menjadi pukulan yang sangat telak. Karena ada sekitar 11 Miliar USD yang disimpan oleh para oligarki dan juga politisi Rusia di bank Swiss. Sanksi Swiss juga berdampak pada hancurnya nilai Rubel Rusia. Hancurnya ekonomi di suatu negara secara tidak langsung akan mengancam posisi politik dari pemimpin negara tersebut.Â
Jika Putin tidak mau digulingkan, maka sepertinya damai adalah jalan yang lebih baik. Kira-kira begitulah pesan yang disampaikan oleh Swiss dalam rangka ikut campurnya negara netral ini.
2. Cryptocurrency
Siapa yang bilang kalau teknologi tidak bisa menjadi Game Changer dalam suatu peperangan. Pada zaman dahulu, memang semua aset akan hancur ketika sebuah mata uang hancur, tetapi jika Rusia cukup cerdik, Cryptocurrency bisa menjadi solusi dalam menghadapi sanksi ekonomi.
Alasannya sederhana, karena prinsip desentralisasi dalam Crypto memang menjamin adanya hak untuk setiap orang terlepas dari kepentingan politiknya untuk memiliki aset. Prinsip desentralisasi inilah yang menjadi landasan dari CZ dan berbagai bos exchange lainnya untuk tidak ikut campur dalam konflik ini. Bahkan, nilai BTC, meskipun sempat ambrol di awal invasi, telah naik hingga mencapai 13%. Diprediksi, para oligarki Rusia sudah mulai mengamankan aset mereka dalam Cryptocurrency.Â
Kalau begini, kemungkinan perang bisa saja menjadi jauh lebih lama berlangsung dan Rusia akan terus meneruskan agresinya hingga Ukraina menjadi sejarah. Atau setidaknya, hingga Ukraina menyetujui keinginan Rusia untuk terus menjadi bumper state antara Eropa barat dan timur
3. China
Seperti yang banyak orang ketahui dan khawatirkan, China dapat menjadi game changer dalam konflik ini. Posisi China sendiri pada saat ini tetap netral, tetapi condong untuk mendukung Rusia. Hal ini wajar, karena China sedang berusaha menanamkan kukunya di kancah perpolitikan global lewat invasi ekonomi proyek OBOR.Â
Namun, bukan tidak mungkin, jikalau China akan bertindak ketika Amerika mulai keterlaluan. Secara di atas kertas, China memang masih berada di bawah Amerika, namun China memiliki kekuatan yang sudah bisa menyeimbangi Amerika. Jikalau bantuan secara militer dinilai kurang menguntungkan bagi China, bukan tidak mungkin, bantuan yang diberikan berupa pinjaman utang luar negeri.Â
Meskipun secara militer memang berada di bawah Amerika, namun secara ekonomi China telah terbukti lebih sustain. Hal ini dicatatkan oleh China dengan pertumbuhan yang positif sebesar 8.1% secara rata-rata di 2021. Sementara USA hanya mencatatkan angka senilai 5.7% di 2021.Â
4. NATO dan EU
Meskipun sepertinya kita tidak melihat perubahan sikap Rusia semenjak disanksi oleh negara-negara EU dan NATO, kita tidak dapat meragukan bahwa mereka bisa saja menjadi Game Changer. Jika NATO dan EU menggila dan menekan Rusia dengan menerima Ukraina sebagai negara anggota, Rusia bisa saja memberhentikan serangannya. Itu pun jika Rusia dan Putin masih punya akal sehat. Akan tetapi, jikalau Rusia sama gilanya, hal ini bisa menjadi bencana besar. Karena teater Eropa dalam PD 3 benar-benar terbuka. Intinya ide NATO sebagai game changer bukanlah hal yang baik.
Namun, meskipun memiliki anggota yang kurang lebih sama, EU dapat menjadi game changer yang lebih kuat. Setelah dikeluarkannya tim Rusia dari UEFA dan FIFA, serta dikeluarkannya Rusia dari jaringan SWIFT, EU masih dapat lebih menekan lagi Rusia secara ekonomi. Sekuat-kuatnya ekonomi Rusia, jika sanksi yang diberikan terlalu besar, maka akan jatuh juga. Dan sanksi terbesar dari EU adalah dengan memberhentikan pemakaian gas alam yang diekspor dari Rusia.Â
Sekuat-kuatnya negara produsen, jikalau mereka tidak memiliki pembeli, maka akan menjadi bencana besar. Ongkos produksi akan berjalan terus, sedangkan di sisi lain, Rusia diisolasi seluruh dunia. Hal ini tentunya akan membuat sistem ekonomi Rusia ambruk dan hancur dalam skala yang tidak dapat dibayangkan.
EPILOG
Kita berharap saja agar tidak ada satupun game changer yang membuat perang Rusia-Ukraina ini menjadi pintu masuk teater Eropa. Kita hanya cukup berharap Rusia menyelesaikan konflik ini tanpa membutuhkan tekanan dari manapun. Sangat berbahaya apabila ekonomi Rusia mengalami kehancuran. Dampak yang ditimbulkan bisa jadi bukan hanya bagi Rusia, namun bagi seluruh dunia. Mengingat Rusia adalah negara dengan GDP terbesar ke-11 di dunia. Keruntuhan Rusia akan membawa bencana ekonomi setidaknya untuk regional Eropa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H