Kebodohan adalah penyakit utama peradaban. Orang malas masih bisa dididik menjadi rajin dengan paksaan, orang miskin bisa dipaksa menjadi kaya pula, tetapi orang bodoh hanya bisa dientaskan melalui edukasi. Sedangkan, seperti yang kita tahu, merubah bagaimana sistem edukasi berjalan di satu negara bukanlah hal mudah.Â
Dan ngerinya lagi, semakin anda enggan belajar, semakin anda mungkin untuk mengulang sejarah. Janganlah jauh-jauh, pandanglah covid-19 ini. Mengapa kita selalu mengalami pasang surut gelombang penularan? Jawabannya sangat simpel, karena kita jarang yang mau belajar.
Bukan hanya rakyat. Pemerintah, para pemangku kebijakan, para pemodal, badan-badan pendidikan dan lainnya pun sama-sama tidak mau belajar. Sudah tahu bahwa banyak kluster di daerah industri dan juga sekolah, malah dipaksakan untuk tetap 100%. Padahal, banyak hal di Industri yang bisa dikerjakan secara remote atau di-otomatisasi seperti pencatatan akuntansi.Â
Di bidang pendidikan pun sama. Banyak hal yang tidak perlu diselesaikan secara offline, bisa gunakan online saja. Tetapi, karena kita enggan belajar, dan memang tidak mau belajar, kita memaksakan diadakannya offline learning. Ujung-ujungnya, gelombang ke-3 pun mulai terlihat.
Ini belum termasuk bagaimana para influencer menyebarkan kebodohan demi konten dan semacamnya.Â
Dan bagaimana caranya agar kita tidak dihukum mengulangi sejarah? Belajar, mawas diri, dan ajak sekitarmu untuk ikut terlibat bersama. Ini penting!
Percuma saja kalau kamu belajar sendiri tetapi sekitarmu diisi oleh orang-orang bodoh. Tidak perlu waktu lama, mereka akan membawamu ke level mereka dan mencuci otakmu untuk setuju dengan mereka. Oleh sebab itu, didiklah mereka supaya jadi lebih "pintar". Kalau masih tidak bisa juga, tinggalkan jauh-jauh. Maka kamu, kemungkinan besar bisa lolos dari subjek sejarah yang berulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI