Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hendaklah Ini Kerap Kali Direnungkan

13 September 2021   09:57 Diperbarui: 13 September 2021   10:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan spiritual saya di usia yang sangat muda ini mungkin tidak akan semenarik mereka yang telah menyentuh usia 40 atau 50 tahun. Juga mungkin pengalaman spiritual ini adalah pengalaman spiritual yang masih berada di fase "kulitnya" saja. 

Namun, saya hendak membagikan sedikit dari pengalaman spiritual saya dengan Buddhisme yang berhasil membantu saya, walau belum sepenuhnya, namun sudah cukup bisa mengurangi rasa bersalah saya akibat kejadian masa SMA saya yang tidak membahagiakan.

Saya mulai tertarik dengan Buddhisme sejak umur 12 tahun sebenarnya, menurut saya agama ini adalah agama yang unik. Buddhisme mengajarkan bahwa anda tak perlu percaya pada apapun di dunia ini. 

Buddhisme mengajarkan anda untuk menelisik sesuatu terlebih dahulu, diselidiki saja lebih dulu. Kalau cocok ya monggo, kalau ndak cocok ya monggo. Kurang lebih seperti itu prinsip Buddhisme. 

Ketertarikan saya semakin memuncak ketika saya berjumpa dengan mantan HTS saya di masa SMA dulu. Meskipun perjalanan percintaan saya dengannya tak terlalu baik, namun perjalanan saya mengenal Buddhism tak akan secepat ini jikalau saya tidak bertemu dengannya. Dia mengajarkan saya bahwa seluruh hal yang ada di dunia ini sebenarnya hanya sebatas permasalahan karma saja. 

Sesuatu yang baik yang saya dapatkan, segala sesuatu yang buruk yang saya dapatkan, semuanya hanya permasalahan karma saja. Saya bisa bertemu dengannya pun semata-mata hanya permasalahan utang karma. 

Mungkin saja di masa lalu kami pernah menjadi sepasang kekasih dan bertengkar, sehingga di masa kehidupan sekarang ini pun kami mengalami hal yang sama. 

Namun apakah karma dapat dirubah? Karma tidak akan hilang, tetapi buah karma atau dampak yang ditimbulkan dari karma inilah yang dapat diubah. 

Sebagai contoh, andai saja waktu itu saya bisa lebih menahan diri dan juga bisa mengendalikan perbuatan saya, mungkin hasil akhirnya dapat berubah. Saya mungkin bisa menjadi kekasih resmi baginya. 

Namun, karena saya melakukan perbuatan yang kurang baik, maka hasil akhirnya sekarang ini adalah saya dengan dirinya menjadi canggung dan sudah jarang berkomunikasi lagi. 

Hal ini merupakan konsep yang Wah bagi saya. Selain konsep karma tadi, saya pun diajarkan oleh mantan HTS saya tentang satu bagian Paritta yang saya masih sangat suka hingga sekarang. Namanya adalah Abhinapaccavekkhana. Isi dari Paritta ini adalah sebagai berikut,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun