Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Punya Masalah dalam Berbisnis itu Wajar

19 Maret 2021   12:58 Diperbarui: 19 Maret 2021   13:36 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang sekarang bisnisnya sedang mengalami masalah? Mungkin banyak ya. Saya juga salah satunya. Bisnis joki dan cupang saya sedang tidak berjalan dengan baik. 

Punya masalah dalam bisnis itu wajar saudara. Justru, kalau bisnis berjalan mulus-mulus terus, kita harus curiga. Loh kok begitu? Iya benar memang begitu. Mari saya jelaskan.

Bisnis itu memang harus selalu ada naik turunnya, ada saat di mana mereka untung dan ada yang harus sedikit merugi. Karena memang bisnis yang baik itu bersifat siklikal, kecuali untuk beberapa hal yang memang pangsa pasarnya luar biasa besar. Namun, untuk bisnis-bisnis yang pangsa pasarnya sangat spesifik, seharusnya berjalan secara siklikal (meskipun harus dalam batas wajar). 

Sebagai contoh, ketika anda bergerak di bisnis bunga atau tanaman, pasti ada masa-masa di mana tanaman akan sangat jarang yang beli. Sepertinya sih di musim kemarau yang sedang puncak-puncaknya. Itu wajar saudara, karena pembeli pun kebanyakan takut kalau membeli dalam keadaan super panas. Adapun, misalnya bisnis cupang saya saat ini sedang dilanda hewan yang mati dalam jumlah banyak. 

Hal itu memang menyakitkan dan memusingkan saya, tetapi kalau di lihat, ini adalah momentum untuk berganti jenis dan membuat harga cupang yang sedang turun menjadi cukup naik kembali. See? Bisnis yang berjalan secara siklikal sebenarnya adalah metode alamiah untuk menyetabilkan harga. 

Nah, kebalikannya malah terdapat dalam bisnis yang spesifik tetapi keadaannya selalu lancar jaya. Bahkan, keuntungannya sudah "tidak tahu diri". Hal ini bisa menjadi indikasi jikalau anda sedang berjalan di dalam bisnis yang terkena economic bubble. Suatu indikasi, jikalau anda tidak cepat-cepat keluar, anda malah jadi gigit jari.

Apa itu economic bubble? Sederhananya begini saudara, ketika harga sedang bullish, dan semua orang berbondong-bondong mengincar suatu barang yang sedang trend, harga akan naik secara signifikan karena stock di masyarakat berkurang. Hal ini bukanlah fenomena yang terjadi secara wajar seperti kasus ikan cupang atau tanaman saya tadi, tetapi hal ini adalah suatu kenaikan harga yang "dipaksakan". 

Harga barang yang diperjualbelikan dipaksa untuk naik ke level tertentu dengan sistematika pasar. Hal ini tentunya tidak sehat bagi perekonomian. Kasus-kasus seperti ini bisa ditemui di kasus ikan lohan, janda bolong, batu akik, dan hal-hal lainnya seperti coffee shop.

Nah, ketika harga naik terus menerus, pasar pun akan masuk ke dalam kondisi bubble tadi. Seperti yang kita tahu, bahwa pasar dibangun oleh dua unsur yaitu demand and supply. Bayangkan saja jikalau demand terus tinggi tetapi supply terbatas, harga pasti akan terus naik dan naik terus hingga pada suatu saat mencapai batas harga tertingginya. 

Tau apa yang akan dilakukan ketika harga sudah terlampau tinggi? Ya, pastinya para pembeli yang membeli di harga murah ingin mendapat keuntungan dengan menjualnya kembali. 

Tetapi apa yang akan terjadi jikalau orang-orang hanya ingin jual tanpa ada yang membeli? Ya jelas sekali, supply secara tiba-tiba menjadi tinggi sedangkan demand berada di titik terendah. Harga yang tadinya berada di atas langit, secara tiba-tiba jatuh ke bawah bumi. Semua harga pasar akan hancur dan anda yang terlibat dalam bisnis tersebut akan menderita kerugian. 

See? Alangkah lebih baik jikalau bisnis yang anda jalani mengalami pasang surut. Sekalipun menderita kerugian, anda masih bisa mengejarnya di bulan-bulan atau masa-masa berikutnya. Akan tetapi, jikalau anda terlibat dalam bisnis yang terkena gorengan economic bubble, anda tidaklah lebih baik daripada seseorang yang sedang berjudi. 

Maka, bagi kawan-kawan kompasianer ataupun saudara-saudara semua yang membaca tulisan saya ini, janganlah takut gagal. Memang memusingkan ketika keadaan sedang tidak berpihak pada kita. Namun, bukankah lebih baik keadaan tidak berpihak pada kita sementara, dibandingkan kita merasa di"ninabobo"kan keadaan lalu dibanting dari atas menara?

Mencari cuan memang baik, tetapi memelihara cuan jauh lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun