Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Orang Indonesia Kepo

9 Maret 2021   21:22 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:41 2037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bisik-bisik tetangga, kini mulai terdengar s'lalu........

Familiar dengan lagu dangdut tersebut? Familiar pula dengan perilaku orang Indonesia yang sama persis dengan lagu itu? 

Ya memang orang Indonesia terkenal kepo. Mungkin bukan hanya orang Indonesia, tetapi kebanyakan negara-negara di Asia pun memiliki unsur kepo ini. Kepo memang bukan penyakit, tetapi kalau terlalu kental, rasanya dapat memicu rasa risih. 

Tapi, pernah gak sih kalian berpikir, kenapa sih orang Indonesia itu kepo? Kenapa sih orang-orang di Indonesia terutama yang sudah tua-tua itu kayaknya rese dengan kehidupan orang lain?

Jawabannya adalah saya tidak tahu pasti. Tetapi, jikalau kita amati, perilaku kepo ini berkaitan dengan gaya hidup dan bentuk masyarakat Indonesia. Tidak percaya? Mari kita ulas.

Pertama-tama, kita bisa melihat dari konsentrasi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia, dari zaman dahulu, hingga sekarang, terkonsentrasi di pusat-pusat sumber daya. 

Pada zaman dulu, mereka hidup di dekat sungai sebagai sumber pengairan. Ada pula yang tinggal di dekat gunung berapi karena lahan yang subur. Bahkan, zaman sekarang pun mereka hidup di pusat-pusat industri sebagai sumber penghasilan. 

Dari konsentrasi masyarakat yang berkumpul di pusat-pusat sumber daya seperti ini, bukanlah tidak mungkin muncul suatu perasaan khusus. Perasaan itu disebut rasa kekeluargaan. 

Orang-orang Indonesia yang berkumpul di dalam suatu komunitas dan masyarakat yang berbentuk seperti ini akan merasa bahwa orang-orang di sekitar mereka adalah saudara mereka sendiri. Sehingga, mereka akan berusaha memunculkan rasa peduli kepada sesamanya, sebagai keluarga senasib (dapatlah kita sebut seperti itu). 

Sayangnya, rasa peduli ini ketika diimplementasikan, akan memunculkan 2 output. Output pertama adalah kebiasaan untuk bergotong royong dan berbagi dengan sesama, sedangkan output kedua adalah perilaku KEPO. 

Ya benar, KEPO. Kenapa kok harus kepo? Jikalau kita melihat kembali ke nenek moyang kita pada zaman prasejarah, mereka harus bersikap kepo kepada anggota kelompoknya untuk memastikan kalau kelompoknya baik-baik saja. 

Tidak ada yang sakit ataupun tidak ada yang berkhianat. Semua ini dilakukan untuk mempertahankan kelompok dan bertahan hidup di alam yang masih sangat ekstrim kala itu. Sehingga, di kebudayaan manapun yang berorientasi pada kelompok, akan selalu terjadi kebiasaan kepo ini. 

Lalu, jikalau kita lihat lagi, budaya Indonesia memang benar-benar mengembangkan budaya kepo ini. Terutama setelah masuknya feodalisme, di mana pada saat feodalisme masih sangat kental di Indonesia, hal-hal privat pun semakin tergerus sebagai bentuk adaptasi masyarakat. 

Dengan adanya pemerintahan dan budaya feodal, maka masyarakat hanya bisa mengandalkan sekitarnya. Karena semakin dekat seseorang dengan sekitarnya, terutama kalangan pejabat, maka hidupnya bisa jadi jauh lebih sejahtera. 

Maka menjadi kepo adalah bentuk reaksi manusia terhadap persaingan kala itu. Untuk mencapai kesejahteraan lebih, masyarakat Indonesia harus mengetahui kabar-kabar yang ada tentang siapa yang bisa mereka "tempel". 

Hal ini pun jelas memperbesar dan memperkuat kultur kepo masyarakat kita. Ditambah lagi dengan masuknya agama abrahamik yang menjadikan urusan agama sebagai urusan sosial. Makinlah jadi kultur kepo masyarakat kita hingga saat ini.

Namun, seiring berubahnya zaman, maka generasi muda sekarang pun menjadi lebih individualis. Oleh sebab itu, kultur kepo yang kita lestarikan ratusan hingga ribuan tahun lamanya mulai dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu kultur generasi muda yang ada. Maka, jangan heran, jikalau anak muda memandang kalau orang-orang kolot itu terlalu kepo, karena kerangka memandangnya saja sudah berbeda.

Sehingga, kita bisa tarik kesimpulan, bahwa menjadi kepo adalah cara bertahan hidup masyarakat Indonesia. Sayangnya, dengan adanya pergeseran budaya dan pola pikir masyarakat, hal-hal yang dahulu dianggap sebagai cara bertahan hidup, sekarang dipandang menjadi cara mengganggu hidup. Jangan salahkan siapapun! Beda zaman, beda pula cara bertahan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun